Kasus kekerasan remaja saat ini tengah menjadi sorotan publik. Baru-baru ini, publik heboh dengan kasus kekerasan yang melibatkan anak mantan pegawai pejak. Ada pula kasus pembacokan anak di Sukabumi dengan pelaku tiga anak SMP. Serta kasus pemaksaan minum minuman keras yang mengakibatkan satu anak meninggal di Makassar. Belum lagi sempat ramai kasus klitih di Yogyakarta.
Perlu solusi dengan melibatkan eksistensi remaja dalam wadah kelompok seni, hobi, pengembangan minat dan bakat hingga berbagai akses ke beragam komunitas positif dan produktif. Tentunya yang dapat menekan angka kekerasan remaja.
Kurikulum Merdeka Bikin Anak Merdeka Belajar?
Beruntung, Kurikulum Merdeka mengubah semuanya. Anak lebih Merdeka Belajar. Orang tua pun tenang karena tidak repot membimbing saat di rumah.
Namun semudah itukah Kurikulum Merdeka bikin anak Merdeka Belajar? Menteri Nadiem sudah mewanti-wanti saat proses belajar mengajar. Kepala sekolah dan guru menjadi kunci keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan sebuah perubahan kurikulum.
"Meski harus diingat penerapan Kurikulum Merdeka ini opsi bagi sekolah, sesuai dengan kesiapannya masing-masing."
Hingga saat ini, implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan di hampir 2.500 sekolah yang mengikuti Program Sekolah Penggerak dan 901 SMK Pusat Keunggulan. Dan sejak tahun 2022, implementasi Kurikulum Merdeka sudah berlaku pada satuan pendidikan, meski bukan sekolah penggerak dari TK-B, SD dan SDLB Kelas I dan IV, SMP dan SMPLB kelas VII, SMA dan SMALB dan SMK kelas X.
Sesuai saran lembaga Worldtop20.org, kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka ini hanya dapat melalui penyediaan beragam perangkat ajar, pelatihan, penyediaan sumber belajar guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan.
Tidak Akan Merugikan Guru
Menteri Nadiem pun sudah mengantisipasi. Implementasi Kurikulum Merdeka ini tidak akan bikin guru merugi. Bagaimana tidak, Kurikulum Merdeka tentu saja akan meringankan beban Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ini. Bahkan semua guru masih berhak mendapat tunjangan profesi meski sekolah masih menerapkan Kurikulum 2013 yang dinilai basi.
Guru akan mengajar peserta didik sesuai tahapan capaian dan perkembangannya. Jika khawatir tidak mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas, guru juga harus belajar melek teknologi karena saat ini inovasi teknologi dapat digunakan untuk meringankan tugas guru.
Guru dapat menggunakan modul pembelajaran online atau melalui platform pembelajaran online yang dapat diposisikan dengan baik untuk memanfaatkan waktu murid secara produktif.
Sehingga guru dapat lebih memanfaatkan waktu mereka untuk diskusi melalui kelompok kecil atau individu. Otomatis, akan meningkatkan efisiensi pembelajaran di kelas.