Banyak yang bilang, liburan lah kalian selagi muda. Nanti kalau sudah menikah dan punya anak, bakal susah lagi ke mana-mana.
Menurut survei, sekitar 75 persen orang berusia di atas 35 tahun menyesal tidak sering liburan sewaktu muda.Â
Ya emang ada benarnya sih pernyataan itu. Kebanyakan orang yang sudah berkeluarga akan fokus aktivitas masing-masing, terutama pekerjaan. Untuk mencari cuti bersama, sangat sulit dilakukan, kecuali saat libur hari besar keagamaan.
Namun saat libur panjang, biaya transportasi pun melonjak signifikan. Alhasil, malah nggak jadi liburan karena sayang duitnya kalau dihambur-hamburkan. Lebih baik duit disimpan, buat bekal pendidikan anak atau buat jajan di pusat perbelanjaan.
Ngemal Jadi Tren Tempat Liburan
Sudah beberapa tahun terakhir ini, liburan di pusat perbelanjaan menjadi lumrah. Masyarakat enggan susah payah, apalagi ngabisin duit jutaan, hanya untuk kesenangan sesaat.
Pusat perbelanjaan pun menyadari perubahan pola konsumsi masyarakat. Pusat perbelanjaan tak bisa lagi hanya jadi tempat jual beli barang atau jasa. Tapi harus menjadi tempat rekreasi murah namun tetap mewah.Â
Apalagi diperparah dengan pandemi hampir tiga tahun terakhir yang memicu masyarakat lebih senang berbelanja daring (online).
Maka, pusat perbelanjaan makin mempercantik indoor dan outdoor untuk menarik minat masyarakat. Terbukti sekitar delapan mal di Jakarta memiliki area outdoor yang luas dan instagramable.
Begitu juga pusat perbelanjaan di kota-kota lain yang makin memoles kondisinya. Misal Mal Tentrem di Semarang yang membuat akuarium raksasa di bagian atapnya. Akuarium tu menampilkan pemandangan bawah laut, lengkap dengan ikan-ikannya.
Padahal aslinya, itu adalah tampilan videotron LED yang dapat diganti dengan pemandangan lain. Kreatif sih, tapi jadinya membohongi masyarakat yang hanya ingin benar-benar melihat ikan raksasa.
Pandemi Menyadarkan Kita
Pandemi COVID-19 menyadarkan kita bahwa seketika dunia berubah cepat. Manusia terpaksa melakukan kebiasaan baru.
Direktur Program Lingkungan Global Universitas Chicago Sabina Shaikh bilang, sekarang ini lebih sedikit orang melakukan perjalanan dengan pesawat dan mobil. Sehingga berdampak positif terhadap lingkungan. Â
Saat penggunaan kendaraan (mobil) lebih sedikit, ada lebih banyak ruang dan keamanan untuk bersepda dan berjalan kaki. Dampaknya, kualitas udara meningkat di seluruh dunia.
Bahkan, saat banyak negara menerapkan lockdown, banyak orang yang biasanya bergantung pada produk impor, beralih ke pasar dalam negeri. Menurut laporan Pemerintah Provinsi Alberta, Kanada, masyarakat membeli makanan yang ditanam secara lokal untuk meminalkan jejak karbondioksida pribadi.Â
Sebagian emisi gas rumah kaca berasal dari pengangkutan makanan untuk mencapai tujuannya, yang disebut laporan "Mil Makanan".
Temuan Mencengangkan Wisata Alam
Studi Scientific Report pada 2019 melaporkan, pergi ke alam dapat memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental. Individu yang menghabiskan setidaknya dua jam dalam sepekan di alam, hanya satu dari tujuh orang yang mengalami dampak buruk kesehatan.
Hal ini dikokohkan dengan penelitian di Frontiers in Psychology yang menemukan anak-anak dapat menuai manfaat dari menghabiskan waktu secara teratur di alam. Anak-anak yang terhubung dengan alam akan lebih altruistik dan mendapat skor tinggi pada skala kebahagiaan.Â
Sindiran Presiden Jokowi
Untuk mencapai kebahagiaan, setiap orang memiliki cara tersendiri dalam meraihnya. Ada yang menghabiskan liburan hanya di rumah saja. Namun ada juga yang berwisata ke luar negeri, padahal saat itu negara sedang terdampak krisis global.
Ya! Itulah sindiran Presiden Joko Widodo pada pejabat yang senang melakukan perjalanan ke luar negeri, lantas pamer kemewahan di akun media sosialnya.Â
Padahal, kata Presiden, Indonesia memiliki ribuan destinasi wisata yang sangat bagus. Tujuannya, pejabat harus memberi contoh yang bagus agar masyarakat juga mau berwisata di negeri sendiri, sekaligus dapat memajukan perekonomian di sekitarnya.
Masalahnya, saat masyarakat justru senang berwisata di luar negeri, cadangan devisa juga tertekan. Apalagi jika tak diimbangi dengan surplus neraca perdagangan. Ini terbukti dengan laporan Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2022 mencapai US$ 130,2 miliar, sedikit menurun dibandingkan pada akhir September 2022 sebesar US$ 130,8 miliar.
Memang traveling ke luar negeri tak banyak menggerus cadangan devisa domestik. Namun, alangkah lebih baik duit terus berputar di dalam negeri agar perekonomian juga dapat bergerak. Itulah sebabnya, pemerintah terus menggenjot kunjungan wisatawan asing ke Nusantara. Agar cadangan devisa juga meningkat, ekonomi masyarakat sekitar destinasi juga terangkat.
Festival Kreatif Lokal Bangkitkan Perekonomian
Apa sih Festival Kreatif Lokal itu? Jadi ini tuh sebuah program yang meliputi desa wisata kreatif, festival pasar rakyat, dan desa wisata ramah berkendara.Â
Khusus desa wisata kreatif berupa pemberdayaan pelaku wisata desa atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau yang belum memiliki usaha kecil agar lebih berdaya. Misalnya pelatihan digital marketing, mengemas paket wisata, foto dan videografi, mengelola media sosial, hospitality & customer relationship hingga tata kelola desa wisata.
Selain itu, ada Festival Pasar Rakyat, yang akan memutar roda perekonomian masyarakat sekitar. Kegiatannya meliputi pemberdayaan, edukasi, kesenian dan budaya hingga mendorong pasar rakyat menjadi ruang publik yang kreatif.
Asyiknya lagi ada program Jelajah Desa Wisata Ramah Berkendara. Di sini tuh bakalan ada 10 komunitas motor yang touring menuju sebuah desa wisata dan festival pasar rakyat yang sudah ditentukan.Â
Mereka menikmati paket wisata yang ditawarkan desa tersebut. Tentu saja masyarakat Indonesia, tak terkecuali yang dekat lokasi destinasi juga dapat melihat keseruannya di sana.
Desa Wisata Ramah Berkendara
Tahun ini, Desa Wisata Ramah Berkendara berlokasi di Desa Wisata Saung Ciburial Garut Jawa Barat, Desa Wisata Karanganyar Jawa Tengah, Desa Wisata Rejowinangun Yogyakarta, Desa Wisata Sanakerto Malang, dan Desa Wisata Carangsari Badung Bali.
Lokasi desa Wisata Ramah Berkendara ini tentu saja sudah memiliki akses transportasi yang mudah, bahkan hanya memakai sepeda motor. Akses di sini meliputi jalan hingga penerangan selama menuju lokasi wisata.Â
Dengan kemudahan ini, masyarakat dapat berwisata murah tapi tetap mewah. Apalagi lengkap dengan keindahan alam, keharmonisan masyarakat, ketersediaan akomodasi di sekitar destinasi, hingga makanan dan oleh-oleh yang harus diicip dan dibawa sebagai buah tangan.
Bantuan Adira Finance
Festival Kreatif Lokal ini menjadi salah satu bagian program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) Tahunan Adira Finance. Tujuannya untuk memberdayakan ekonomi lokal di pelosok negeri sehingga ekonomi dapat tumbuh dan secara jangka panjang dapat memperkuat ekonomi Indonesia.
Adira Finance memberikan kontribusi nyata dengan mempromosikan destinasi serta eksplorasi produk lokal kepada sahabat Adira Finance. Tentu saja masyarakat lainnya di Indonesia dapat berkunjung ke desa wisata ini. Terbuka juga bagi wisatawan asing yang ingin menikmati keindahan desa wisata fenomenal tersebut.
Semoga tahun depan Adira Finance makin banyak membantu desa wisata lainnya agar terkelola dengan baik. Sehingga masyarakat akan lebih bangga berwisata di dalam negerinya sendiri karena lebih murah dan banyak destinasi wisata yang indah.
Sekali lagi, liburan tiap minggu di tempat sederhana apalagi dekat rumah lebih baik daripada liburan hanya sekali setahun di tempat jauh dan mewah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H