Mohon tunggu...
Dr.Dito Anurogo
Dr.Dito Anurogo Mohon Tunggu... profesional -

Dr. Dito Anurogo, dokter online, penemu Hematopsikiatri, penulis buku dan ebook, pecinta budaya-sastra-seni-filsafat, yang pernah aktif di FLP (Forum Lingkar Pena) Semarang dan Member of IFMSA (International Federation of Medical Students' Associations). Prestasinya: pernah menjadi satu-satunya delegasi Indonesia untuk INTERNATIONAL TRAINING EXCHANGE PROGRAMME di Hungaria, satu-satunya Delegasi Indonesia untuk riset di Italia. Tulisannya menghiasi rubrik Kesehatan Suara Merdeka. Pernah juga menjadi Nominator Lomba Penulisan Esai Ilmiah Populer Harun Yahya International Award 2003. Delegasi SMU Negeri 1 Semarang dalam Olimpiade Matematika tingkat Internasional. Adapun sebagian karyanya: Pelangi Jiwa, Hematopsikiatri: Hubungan Golongan Darah dengan Depresi, Burung Jiwa, dsb. Dapat dihubungi via email: ditoanurogo(at)gmail(dot)com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perayaan Salat Idul Adha di Taipei

28 Oktober 2012   23:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grand Mosque, Taipei

(Credit Photo by: Ida Dewi Sudaryono)

Taipei, 26/10/2012– Ada hal unik dari perayaan salat Idul Adha di Taipei. Khutbah seusai salat disampaikan dalam bahasa Mandarin. Sayangnya tidak diterjemahkan, sehingga bagi jamaah yang belum fasih dan paham bahasa Mandarin, tentu kesulitan memahaminya. Ada lagi hal menarik lainnya. Sebelum salat, tata cara salat diberitahukan dalam tiga bahasa, yaitu: Mandarin, Inggris, dan bahasa Indonesia.

Keunikan lain dapat diketahui dari tata cara salatnya. Di salat Idul Adha yang bertempat di Grand Mosque Taipei itu, rakaat pertama: 4x, membaca Alfatihah, surat pendek, ruku, sujud. Rakaat kedua: takbir, membaca Alfatihah, surat pendek, takbir lagi 3 x, ruku, sujud, tahiyat, salam. Padahal sesuai ketentuan fikih, salat Idul Adha di rakaat pertama takbiratul ihram 7x, sedangkan di rakaat kedua sebanyak 5x.

Perayaan Idul Adha yang berlangsung dari pukul 8.00 – 8.30 waktu setempat, dan dihadiri lebih dari seratus orang itu menimbulkan keharuan dan sensasi tersendiri bagi Listiya Eka, mahasiswi jurusan jurnalistik, fakultas komunikasi di Chinese Culture University. “Senang dan haru, bisa bertemu saudara seiman yang berasal dari beragam etnis dan bangsa.” Ujarnya. Dikatakannya lagi, jamaah salat Idul Adha ada yang berasal dari Yordania, Pakistan, Turki, India, Bangladesh, muslim Cina, Indonesia, dan beberapa negara dari Afrika. Eka juga menceritakan bahwa rasa kekeluargaan lebih terasa saat bertemu teman-teman, mungkin disebabkan karena jauh dari keluarga dan rumah.

13514658641604855493
13514658641604855493

Jamaah Salat Idul Adha di Grand Mosque, Taipei

(Credit Photo by: Ida Dewi Sudaryono)

Eka dan teman-teman makan di luar masjid, meskipun dari takmir masjid menyediakan kurma dan air mineral. Sayangnya, mahasiswi yang ngekos di Da Ya building ini tidak tahu berapa jumlah hewan kurban. “Aku nggak ngerti berapa jumlah hewan kurban. Mmm…. Hewan kurbannya belum disembelih.” Jelasnya mengakhiri pembicaraan. (Dito Anurogo, peserta sekolah jurnalisme Indonesia yang disponsori oleh UNESCO)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun