Mohon tunggu...
Lyfe

Alasan Industri Hiburan Indonesia Jalan di Tempat?

7 Mei 2017   07:24 Diperbarui: 7 Mei 2017   07:45 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kalian suka mendengarkan musik? Jika ya, jenis musik apa yang sering kalian dengarkan? Apakah lagu tersebut dari dalam negeri atau luar negeri? Sebelum kalian menjawabnya, saya akan menjawab terlebih dahulu. Saya sangat menyukai musik bahkan sempat terlintas untuk menjadi seorang penyanyi, lucu memang. Tapi itu dulu, sekarang hanya sebagai penikmat musik sejati yang notabennya wajib mengetahui lagu apa yang baru saja dirilis sehingga menjadi trending topic saat itu.

Saya menyukai musik bergenre pop. Lagu-lagu yang sering saya dengarkan pun kebanyakan bukan lagu dalam negeri melainkan lagu serta musik dari luar negeri. Bukan berarti saya tidak menghargai lagu-lagu ciptaan anak bangsa, bukan, saya juga menyukai lagu-lagu pop dalam negeri, apalagi kini banyak penyanyi yang mmulai go internasional, tetapi saya tidak terlalu mengikuti perkembangan mengenai musik di dalam negeri, mengapa demikian? Saya mempunyai alasan khsusus, saya berpendapat bahwa kualitas lagu atau musik yang dihasilkan sehingga dapat dinikmati oleh para pendengar bahkan penggemar sangat jauh berbeda. Mulai dari kualitas penyanyi itu sendiri, suara, bahkan sampai video klipnya pun dapat dilihat yang mana yang memiliki kualitas yang bagus atau yang tidak.

Pernah tidak kalian melihat seorang penyanyi yang dapat dikatakan telah professional bahkan memiliki penggemar yang cukup banyak serta fanatik, jika saat ia perform lipsing? Nah hal ini tentu tidak pantas atau tidak seharusnya dilakukan oleh penyanyi professional tersebut. Jika memang merasa bahwa tidak mempunyai skill menyanyi yang bagus kenapa harus menjadi penyanyi?? Aneh memang, tetapi saya melihat fenomena ini telah menjadi rahasia umum, ini salah satu alasan mengapa industri seni di Indonesia tidak dapat mensejajarkan posisinya dengan negara-negara yang telah lebih dulu maju, bahkan para penyanyi tetap memiliki penggemar yang banyak baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Sebagai contoh negara yang memiliki kualitas hiburan yang bagus, yaitu di negara Korea Selatan, di sana industri seni, mulai dari industri perfilman, musik, yang tidak sedikit remaja Indonesia mengangumi para k-pop star dari negara gingseng tersebut. Tetapi saya bukan termasuk army loh ya, saya hanya menyukai drama-drama  yang diperankan oleh para aktor dan aktris dari sana yang hanya ber-episode belasan atau paling banyak puluhan. Jika ditanya drama apa saja yang saya suka dari Indonesia, jujur saya bingung menjawabnya. Alasan utamanya karena saya tidak terlalu sering menonton televisi, jadi saya tidak mengetahui sinetron atau drama apa saja yang sedang naik daun sekarang. Alasan lain, bahwa di Indonesia sendiri, sinetron-sinetron yang ditayangkan terkadang sudah bisa ditebak jalan ceritanya , sehingga tidak memiliki sensasi atau penonton menjadi tidak tertarik lagi dengan alur cerita tersebut.

Selain itu jika di negara yang ber-ibu kota Seoul tersebut memang menjadikan industri hiburan sebagai pemasukan utama bagi negara mereka, tidak heran bahwa hampir setiap tahunnya mereka menghasilkan sebuah karya yang memang banyak digandrungi orang-orang termasuk remaja dari Indonesia. Tetapi bukan berarti Indonesia tidak mempunyai ciri khas musik. Jika di Korea Selatan identik dengan musik k-pop, lain halnya dengan Indonesia yang mempunyai musik dangdut.

Musik aliran dangdut sendiri telah menjadi kekhasan atau identitas bangsa Indonesia sehingga menjadi kebanggaan tersendiri, tetapi semakin berkembangnya zaman, musik dangdut dianggap sebagai musik yang kuno, karena sekarang banyak muncul musik yang beraliran pop bahkan r&b dari luar negeri sehingga banyak penggemar bahkan dari Indonesia termasuk saya sendiri. Memang ini merupakan tugas kita terutama saya sebagai kaum remaja, untuk tetap mempertahankan ciri khas sehingga dapa dinikmati untuk generasi selanjutnya.

Tetapi di balik itu semua, yang terkadang saya menjadi kesal, banyak penyanyi dangdut yang malah mencari ketenaran dengan sensasi yang ia buat, sehingga musik dangdut selalu menjadi sigma negatif bagi masyarakat. Jika itu pandangan saya mengenai kondisi musik bahkan penyanyi di Indonensia dengan mencanegara, kini saya akan memberi pandangan sedikit mengenai kondisi hiburan khusunya sinetron di Indonesia. Sebagai contoh di negara Korea Selatan yang makanan khas mereka yaitu kimchi, di sana drama-drama Korea hanya berepisode belasan atau paling banyak puluhan, yang tentunya kualitas darma mereka tidak perlu diragukan lagi.

Hal ini berbanding terbalik dengan di Indonesia, yang sinetronnya memiliki episode ratusan bahkan sampai ribuan yang berkualitas rendah. Tentu ini tidak sebanding dengan negara-negara di luar sana yang mengejar kualitas bukan kuantitas. Bahkan sinetron di Indonesia yang diperankan beberapa aktor atau aktris, seolah-olah berakting kejar tanyang dan hanya sekedar memerankan perannya tidak ada pesan yang ingin disampaikan. Selain itu para seniman dalam negeri pada umumnya hanya mencari ketenaran atau popularitas semata dengan mencari sensasi sana-sini agar ia dibahas atau diperbincangkan di khalangan publik. Tetapi itu tidak akan menjamin melainkan popularitas yang ia buat hanya akan bertahan sementara jika dibandingkan dengan orang-orang yang memang merintis kepopulerannya dari nol dan tidak heran bahwa mereka masih eksis hingga sekarang walaupun sudah banyak muncul generasi-generasi baru.

Faktor lain mengapa umumnya industri hiburan tanah air banyak kekurangan, salah satu fenomena yang menurut saya unik ialah jika para kaum remaja Indonesia menyukai para bintang Korea, tidak lain halnya dengan para orang tua yang malah asyik menonton drama-drama dari India dan juga dari Turki. Seolah-olah negara tersebut mencari jati diri di Indonesia dengan  cara memikat penonton tanah air. Tetapi saya tidak menampik bahwa kualitas drama dari negara-negara tersebut.

Sehingga ini merupakan tugas besar bagi Indonesia bukan hanya bagi pemerintah tapi juga masyarakat yang menonton tayangan-tayangan serta musik, harus memfilter terlebih dahulu sebelum ditonton. Hal ini juga berlaku bagi pelaku seni itu sendiri. Jika di dunia perfilman buat lah suatu karya yang dapat menarik perhatian masyarakat, artinya jangan hanya sekedar mengejar rating semata sehingga mengesampingkan kualitas, sehingga dunia hiburan tanah air tidak dapat mengakses para peminat dari luar negeri dan hal yang paling penting yang terkadang menjadi hal yang diremehkan sehingga berdampak luas di masyarakat bahwa, buatlah suatu  drama yang memang ada pesan yang bermanfaat bagi para penonton, bukan hanya semata mendapatkan rating yang tinggi, tapi tidak ada manfaat atau pesan yang memang dapat diterapkan terutama dalam kehidupan sehari-hari, karena yang saya lihat belakangan ini banyak sinetron yang diperankan oleh artis muda yang kebanyakan membahas mengenai percintaan dan ini membuat dampak negatif karena mentalitas anak muda semakin rendah.

Begitu juga dengan kualitas musik Indonesia, di sini saya berharap untuk acara musik yang kebanyakan bukan membahas musik melainkan gossip yang sedang hangat diperbincangkan dan kebanyakan bukan memberi info mengenai musik, tetapi kebalikannya seperti acara komedi. Dalam hal ini termasuk juga para penyanyi yang diundang seperti telah terbiasa menyanyi lipsing dan hanya menonjolkan style atau busana yang ia kenakan, tentu ini tidak mewakilkan bahwa ia seorang penyanyi yang professional, jika hanya lipsing semua orang tentu bisa juga kalii hehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun