Mohon tunggu...
Ditha Aditya P
Ditha Aditya P Mohon Tunggu... Lainnya - Be different be you are

Be different be you are

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dinamika Perkembangan Film Indonesia

13 April 2021   09:40 Diperbarui: 13 April 2021   12:04 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era ekplorasi tahun 1960-180 disebut dengan era kegelapan. Mengapa? karena terjadi krisis eknomi politik yang mempengaruhi sektor ekonomi dunia perfilm Indonesia.  Film bergenre horror,komedi dan seks mendominasi di era ekplorasi tahun 1960-1980. Di tahun 1980 awal munculnya biskop yang bernama Cinemascope atau yang lebih dikenal dengan Bioskop 21.

Dinamika yang terjadi di era orde baru yaitu Pembangunan budaya ditelantarkan, tidak ada film yang menampilkan budaya bangsa sebagai identitas, film asing menyerang film nasional, namun pemerintah tidak peduli.

Faktor penyebab jatuhnya film nasional di era 90an diantaranya

  • Rendahnya perlindungan yang diberikan negara (pemerintah) terhadap industri perfilman nasional.
  • Mutu film rendah
  • Tantangan media televisi
  • Tergerus film impor
  • Perubahan tuntutan pasar

Di era 90an, film Indonesia bisa dikatakan mengalami mati suri. Konteks mati suri disini ialah tidak berkembangnya ide cerita dan tema yang ada dalam perfilman nasional. Tema seksual dan sadisme terus saja diusung dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, padahal di sisi lain tema-tema tersebut tidaklah serratus persen menjanjikan keuntungan yang besar.

Ekplorasi pada tahun 1999-sekarang
Era ini dianggap sebagai era kebangkitan perfilman nasional. Kebangkitan ini ditunjukkan dari kondisi perfilman Indonesia yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi yang menggembirakan. 

Film pertama yang muncul di era ini adalah Cinta dalam Sepotong Roti karya Garin Nugroho. Setelah itu muncul Mira Lesmana dengan Petualangan Sherina dan Rudi Soedjarwo dengan Ada Apa dengan Cinta? (AADC) yang sukses di pasaran.

Sampe saat ini jumlah produksi film Indonesia terus meningkat pesat meski masih didominasi oleh tema-tema film horor dan film remaja. Pada tahun 2005, hadir Blitzmegaplex di dua kota besar di Indonesia, Jakarta dan Bandung. Kehadiran bioskop dengan konsep baru ini mengakhiri dominasi Cineplex yang dimiliki oleh kelompok 21 yang selama bertahun-tahun mendominasi penayangan film.

Dinamika Produksi Film di Era Pasca 1999-Sekarang
Ditandai dengan adanya muncul film Indonesia dengan genre terbaru seperti film Kuldesak yang merupakan gabungan dari 4 film pendek Garapan Sinema Indonesia. Film Kuldesak mendapatkan penghargaan di Forum Bandung (FFB) dan Festival Film Asia Pasifik. (FFAP) di tahun 1999. Bukan hanya itu saja, beberapa karya Mira Lesmana dan Riri Reza dalam Film Petualangan Sherina, merupakan film anak-anak pertama di layar lebar yang memiliki isi atau cerita yang sangat segar dan natural yang berhasil mendapat berbagai penghargaan di FFB, FFL, dan FFAP. 

Adapun film yang lainnya karya Garin Nugroho yang memenangkan Film Indonesia pertama dengan format beta can digital, mendapat penghargaan dan Silver Video Leopand Award, New York, dan Festival Film di Singapura tahun 2002.

Selain itu ada dinamika dari segi film Horor sejak era reformasi, karena lepasnya pengaruh politik yang pemerintahan sebelumnya. Film Horor di Indonesia mempunyai gaya narasi yang berbeda-beda. Para sineas horror kemudian membuat film horror yang tidak lagi berbicara antara kebaikan dan kejahatan, tidak lagi menggunakan peran ustad atau pendeta dalam menghadapi setan. Cerita-cerita horror yang berada di pedesaan pindah ke perkotaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi film di Era Pasca 1999-Sekarang
a. Adanya Kemajuan Teknologi
b. Adanya Globalisasi
c. Adanya pola pikir dan kreatvitas dari setiap orang-orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun