Banyak orang tahu Abu Bakar Baasyir sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin di Ngruki, Sukoharjo, Solo Jawa Tengah. Ponpes itu dikenal sampai ke luar negeri karena beberapa alumnusnya dikenal pernah melakukan tindakan kekerasan yaitu terorisme, tepatnya Bom Bali 1 pada tahun 2002.
Tapi siapa sebenarnya Abu Bakar Baasyir atau dikenal sebagai ABB itu ?
ABB adalah seorang sepuh yang kurus dan terlihat rapuh tetapi pikirannya amat tajam dan kuat. Â Pikiran dan prinsipnya lebih mengarah pada sifat keras kepala yang dimilikinya. Meski keturunan Yaman, dia lahir di Jombang dan merupakan alumni Gontor.Â
Dia sangat menguasai ilmu Wahabi, namun gerakan-gerakannya dia terlihat Ikhwani. ABB sebelum ini dikenal sebagai seorang radikalis yang menolak mengaku bersalah dan menolak setia pada NKRI, apalagi Pancasila. Pancasila disebutnya sebagai syirik dan negara Indonesia dipandang sebagai thogut.
Jika sering mempelajari ikhwal Islam di Indonesia baik yang radikal maupun moderat, ABB pernah punya teman kental bernama Abdullah Sungkar seorang yang juga keturunan Arab yang menjadi pengurus al-Irsyad Solo.Â
Yang agak penting adalah pada tahun 1970, mantan Ketua Masyumi yaitu M. Natsir merekrut dua sahabat itu menjadi pimpinan Dewan Dakwah Islamiyah Indoensia (DDII) cabang Solo, lalu mereka direkrut menjadi anggota jamaah DI/NII oleh H. Ismail Pranoto.Â
Mereka harus menyingkir dari Indonesia pada tahun 1985 dan tinggal di Malaysia, karena Orde Baru diabawah Soeharto melakukan besar-besaran untuk aktivis DI/NII setelah memberlakukan azaz tunggal Pancasila.
Kepergian mereka ke Malaysia dibantu oleh M. Natsir dan tinggal di Kuala Pilah, Kuala Lumpur. Disana mereka hidup dengan para pengikutnya dan mereka mendapat momentum untuk mengaktualisasikan  faham mereka yang cenderung jihadis karena masa itu Uni Sovyet (Russia masa lalu) menginvasi Afganistan.Â
Aktualisasi itu berupa latihan perang (sampai bisa disebut sebagai tadrib askari (diklat militer) untuk membantu kaum mujahidin Afganistan. Lalu di masa akhir mereka di luar Indonesia, beberapa rekruitmen mereka pergi ke Filipina sebagai daerah konflik baru di Asia Tenggara.
Situasi itu sangat berpengaruh bagi pembentukan ideologi dan karakter dari ABB dan Sungkar serta pengikutnya yang tergabung dalam Jamaah Islamiyah (JI) yang mereka dirikan pada tahun 1993. Â Latihan alih-alih untuk mendukung Afganistan di Malaysia itu membuat mereka tidak hanya sekadar piawai menembak dan merakit bom, tetapi sangat ideologis dan militant.Â