Begitu banyak himbauan dan peringatan untuk bijak bermedia sosial. Begitu banyak pula agar kita menjadi smart netizen serta mengedepankan literasi, sebelum mempercayai setiap informasi yang berkembang di media sosial. Hal ini penting karena media sosial telah menjadi media yang bebas tanpa batas.
Tidak ada batasan dalam melakukan ekspresi, taka da batasan dalam menulis ataupun berujar. Karena tidak adanya batasan itulah yang bisa melahirkan ekspresi yang menyinggung orang lain, yang membakar amarah, dan memprovokasi orang lain untuk mengajak melakukan hal-hal yang tidak semestinya.
Meski banyaknya himbauan agar tetap bijak dalam media sosial, kenyataannya masih saja ada pihak-pihak yang menyinggung orang lain dengan semaunya, masih ada orang yang mencaci atau menjelekkan orang lain dengan alasan yang mereka buat.
Di media sosial masih bisa kita temukan cacian hanya karena berbeda keyakinan, berbeda pandangan, bahkan berbeda pilihan politik. Usai pemilihan presiden dan wakil presiden, ujaran kebencian dan hoaks terus menguat di media sosial.
Karena kuatnya pergerakan mereka, pemerintah sampai akhirnya membatasi media sosial setelah terjadinya kerusuhan di depan gedung Bawaslu beberapa waktu lalu.
Semua itu terpaksa dilakukan karena provokasi dan hoaks yang dilakukan oleh oknum tertentu, telah begitu mengkhawatirkan.
Kondisi ini pun akhirnya dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk berencana melakukan makar ataupun membuat kerusuhan dan lain sebagainya. Hanya dari provokasi di media sosial, bisa membuat kedamaian dan ketenteraman negeri ini terancam.
Kita semua sebenarnya punya pengalaman tentang bagaimana bahayanya provokasi media sosial terhadap masyarakat. Masih ingat kasus pembakaran beberapa tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa tahun lalu? Tahukah kalau amuk massa itu salah satunya dipicu oleh provokasi di media sosial?
Bayangkan begitu mengerikannnya kita. Karena terprovokasi, keramahan yang selama ini melekat pada diri kita mendadak langsung hilang. Rasa toleransi antar sesama, mendadak berkurang berganti dengan menguatnya rasa intoleransi.
Indonesia adalah negara yang menjunjung perdamaian. Indonesia adalah negara yang mengedepankan toleransi antar sesama. Artinya apa? Tidak ada orang yang merasa paling benar, karen yang paling benar adalah Allah SWT. Tidak ada mayoritas minoritas, karena semua orang mempunyai hak yang sama. Tidak ada kuat dan lemah, karena semuanya mempunyai kedudukan yang sama.
Mari kita saling hidup berdampingan antar sesama. Media sosial dibuat untuk menyatukan semua keragaman yang ada, bukan untuk menceraiberaikan keragaman. Media sosial dibuat untuk menebar bibit kedamaian, bukan untuk menebar kebencian. Karena itu, hentikan segala bentuk ujaran kebencian dan kebohongan di media sosial, agar generasi berikutnya bisa tumbuh menjadi generasi toleran, yang tidak melupakan adat istiadat dan budaya negaranya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H