Mohon tunggu...
Dita Silalahi
Dita Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Do u think all humans are same?

In life, no matter who is loved or hated, because the important thing is that God loves you.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sungguhkah Masih Ada Tempat untuk Pulang?

25 Januari 2022   21:42 Diperbarui: 25 Januari 2022   21:46 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hembusan angin malam ini berhasil melewati rongga-rongga kulitku, sangat terasa ia menerobos masuk sampai ke tulang. Secangkir kopi menemaniku mengejar deadline yang tak kunjung selesai, aku harus kerja lembur bagai kuda.

*2 panggilan tak terjawab

Terpampang jelas di layar handphoneku panggilan tak terjawab dari Ryan, setelah beberapa minggu aku berusaha menghindarinya. Siapa sangka akan jadi seperti ini, aku yakin banyak pertanyaan yang akan dilontarkan Ryan kepadaku jika ia ada di hadapanku saat ini, namun membayangkannya saja aku tidak yakin aku bisa menjawab semua pernyataan itu.

"Maafin aku yan, aku egois, aku mengabaikanmu bahkan saat kamu gak ada salah" gumamku dalam hati setelah membaca isi pesannya dari notifikasi handphone ku.

"tapi ini yang terbaik untuk saat ini." gumamku lagi.

Ini sudah hampir satu bulan setelah aku mendapat kabar tentang perpisahan kedua orangtuaku, yang berhasil membuatku berubah, dunia terasa melelahkan, membuat aku mengabaikan segalanya, pekerjaanku, sahabatku, bahkan Ryan yang masih tetap setia menungguku untuk bercerita.

Satu bulan terasa masalah datang silih berganti, baik masalah kecil maupun masalah yang bagaikan badai topan.

"Jujur saya sedikit kecewa sama kamu Raya, belakangan ini saya lihat kinerja kamu turun drastis" ucap pak Budi atasanku yang sebenarnya tidak pernah berkomentar jelek dengan kerjaku dan aku akui perkataannya tidak ada yang salah, aku hanya bisa menundukkan kepala.

"Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi sama kamu, tetapi inget kamu disini bekerja, apapun masalah kamu jangan sampai mempengaruhi kinerjamu. Saya masih menghargai kamu karena kerja keras kamu selama ini, kinerja kamu yang tidak pernah mengecewakan saya, saya masih beri kamu kesempatan untuk kembali seperti sebelumnya, saya tidak akan memberikan kamu surat peringatan, tetapi sebagai gantinya ada perubahan setelah ini." ucap pak Budi.

"Baik pak. Terimakasih." aku meninggalkan ruangan pak Budi dengan emosi yang bercampur aduk, rasa sedih, marah dan kecewa atas diri sendiri.

"I have to refresh my mind" aku putar balik arah kendaraanku menuju pantai menikmati senja dan menghirup udara segar. Sudah cukup hirup pikuk yang menyelengit di dadaku.

Kedua bola mataku mengikuti langkah orang-orang di sekitarku, menatap ke arah raut wajah mereka, ada yang tertawa, ada yang asik berbicara, ada yang sangat terlihat gembira dengan keluarganya, ada yang hanya duduk diam sama seperti yang ku lakukan saat ini. Yang menjadi bahan perbincangan antara hati dan pikiranku adalah :

- apakah mereka yang terlihat bahagia, sungguh bahagia? apakah mereka baik-baik saja? atau mereka hanya berusaha menutupi kesedihannya?

- apakah mereka yang saat ini bersama keluarganya baik-baik saja? apakah semua keluarga memiliki masalah? kira-kira keluarga itu ada masalah gak ya sama seperti keluargaku? apakah kebahagiaan mereka juga hanya sandiwara?

-mereka yang terlihat hanya duduk diam melamun, kira-kira mereka sedang memikirkan apa ya? mereka ada masalah apa ya? apa mereka juga merasakan hal yang sama denganku?

Dan pada akhirnya, aku hanya bisa membanding-bandingkan diriku dengan orang disekitarku, dengan segala keributan yang ada di dalam kepalaku. Hingga pada akhirnya, semua keributan itu buyar setelah melihat Ryan berdiri dihadapanku menghalangi sang mentari yang kian mulai memudar.

"Ryan? Kok kamu disini?" tanyaku, belum menjawab pertanyaanku, Ryan duduk disebelahku lalu merangkul pundakku.

"What's going on bby? are u okay?" menjadi pertanyaan pertama Ryan.

"Everything's okay Yan, im okay" jawabku.

"Kamu ngga usah bohong ke aku Rayaaaaa, kamu cerita ke aku, aku siap mendengar semuanya. aku tau kamu gak baik-baik aja, kamu gak akan menghindar gini. atau aku ada salah sama kamu?"

"Ngga Yan, kamu gak salah kok."

"Kamu cerita ke aku, aku mau menjadi tempat kamu bercerita, seperti yang biasa kamu lakukan. I will always be there for you bby"

Mulai terasa ada sesuatu yang sangat mengganjal di mataku, genangan airmata sudah bercucuran perlahan di pipiku, dan rangkulan Ryan yang semakin erat membuat airmataku tak bisa berhenti mengalir.

"Yannnn, mama papa pisah" ucapku pelan. Ryan hanya diam tanpa sepatah kata, telapak tangannya terasa sangat hangat mengelus pundakku, mengisyaratkan untuk aku tetap kuat.

"Aku rasa duniaku hancur Yan, aku gak pernah ngebayangin ini bakalan terjadi di keluarga, ku pikir semuanya akan baik-baik saja, aku ingin kedua orangtuaku tetap bersama, tapi aku gak bisa berbuat apa-apa" dadaku mulai sesak mengingat kejadian itu lagi.

"Rayaaaa, aku tahu ini berat buat kamu, tidak ada anak yang menginginkan orangtuanya berpisah, aku ngga tahu yang menjadi permasalahan mama papa  apa, tapi aku yakin mereka sudah memikirkan ini mateng-mateng dan kamu pun ngga bisa mengubah hati seseorang dalam waktu semalam meskipun kamu teriak, menangis."

Mendengar perkataan Ryan, aku hanya bisa menjatuhkan kepalaku diatas kedua lututku menutupi wajah ku yang penuh airmata itu.

"Tapi Yann, aku harus gimana sekarang? tempat aku pulang kemana Yan? ke depannya aku gimana? apa aku bakalan baik-baik aja?"

"Tentu Raya, kamu pasti baik-baik saja. Percayalah, apapun yang terjadi dalam hidup, semuanya sudah diatur sama yang maha kuasa. Yang perlu kamu lakukan saat ini, berdoa untuk mama papa, kesehatan mereka, rezeki mereka, dan terlebih diri kamu sendiri. Apapun ceritanya, dalam hidupmu, yang paling penting adalah diri kamu sendiri, pikirkan masa depanmu, dan belajar untuk menerima kenyataan." nasehat Ryan yang mulai berhasil menenangkan hatiku.

"Terus kamu tetap bakalan stay sama aku yan? is it okay for you dengan situasi orangtua ku sekarang?" tanya ku pada Ryan dengan ragu.

"Rayaa, kamu menghindar dari aku karena ini? Aku ngga tahu pasti yang menjadi alesan mama papa untuk pisah, tapi yang pasti aku gak bakalan ninggalin kamu sayang, ini masalah orangtua kamu, ini bukan kesalahan kamu. Dengan kamu menghindari aku, bukan nyelesaiin masalah Yyaaa, yang ada malah panjang urusannya. Apapun yang terjadi, you have to face it Yyaa."

"Iya, aku tahu Yann ini salah dan jujur akupun merasa bersalah udah dengan sengaja mengabaikanmu, menghilang gitu aja kayak pengecut, tapi aku terlalu takut dan malu untuk ketemu kamu, aku takut kamu gak bakalan bisa terima aku lagi, aku takut kamu juga akan memutuskan untuk pisah. Aku juga malu kalau kamu harus tahu keadaan orangtua ku yang sekarang."

"Gini ya sayang, aku ingetin kamu lagi, i will always be there for you no matter what, dan akupun ngga pernah sedikitpun berpikiran seperti itu Yyaa. Jadi, kamu jangan mikirin hal-hal negatif seperti itu. Apapun masalah yang kamu hadapi, inget kamu punya aku untuk tempat bercerita, kamu bisa bersandar di pundakku, menceritakan semua kesedihanmu, kebahagiaanmu maupun kegundahanmu, apapun itu." ucap Ryan sambil mengangkat pelan kepalaku ke pundaknya dan mengusap dengan lembut airmata di pipiku.

"Tapi aku bakalan baik-baik aja kan Yann?" tanyaku pada Ryan sambil menatap ke arah mentari yang sudah berganti dengan gelapnya malam tanpa sinar rembulan.

"Trust me Raya, kamu akan baik-baik saja. Aku tahu kamu wanita yang kuat. You are stronger than you think" ucapan Ryan kini kian menenangkanku, jauh lebih lega setelah menuangkan semua airmata, semua kesedihan, semua yang ada di dalam benakku di dalam rangkulannya.

Menatap langit dengan ribuan bintang yang berserakan, diisi dengan suara ombak dan desas-desus suara orang-orang di pantai, malam ini jauh lebih baik dari malam yang kemarin. Bersembunyi dari orang-orang dengan alasan menutupi masalah yang terjadi bukan menjadi pilihan yang tepat. Kita butuh seseorang untuk bercerita, kita butuh didengar.

"Pulang yuk" ajak Ryan. Mendengar ajakan Ryan, aku merasa aku menemukan tempat untuk pulang. Ada Ryan dalam hidupku yang bersedia menjadi tempatku untuk pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun