Dita Nur Safitri / Universitas Darussalam Gontor
Pada masa kebangkitan Islam, Â lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Dimuaki dengan adanya kuttab / maktab yang menjadi tempat anak-anak menegnal dasar-dasar ilmu seperti ilmu hitung, tulis, baca, dan ilmu agama. Untuk tingkat yang lebih tinggi misalnya pemuda muslim pergi menuju daerah lain untuk menuntut ilmu kepada seorang guru atau beberapa orang yang ahli di bidangnya masing-masing.Â
Pada masa Daulah Abbasiyah, pendidikan berkembang dengan dibentuknya lembaga pendidikan berupa perpustakaan dan akademi, Perpustakaan pada masa itu bukan hanya sekedar tempat untuk membaca buku namun lebih bersifat sebagai sebuah universitas.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, gerakan penerjemahan juga berkembang dengan pesat. Fase pertama dimulai pada masa pemerintahan khalifah al-Manshur sampai dengan Harun Ar-Rasyid. Buku-buku yang banyak diterjemahkan berasal dari buku-buku ilmu astronomu dan mantiq.Â
Fase kedua dimulai pada masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun sampai dengan tahun 300 H. Karya berupa filsafat dan kedokteran menjadi buku-buku utama yang diterjemahkan pada fase ini.Â
Selanjutnya, fase terakhir dimulai pasca tahun 300 H, ditandai dengan adanya pembuatan kertas. Ilmu-ilmu yang berusaha didapat pun semakin banyak sehingga penerjemahan yang dilakukan pun semakin meluas.
Gerakan penerjemahan terlihat sangat berpengaruh dalam perkembangan sektor pengetahuan umum, seperti dalam bidang kedokteran, filsafa, kimia, sejarah, astronomi, dan lain sebagainya. Dalam ilmu kedokteran, masa ini terkenal dengan nama ar-Razi serta Ibnu Sina. Ar-Razi sebagai tokoh pertama yang mampu membedakan antara penyakit cacar dengan measles.Â
Selain itu Ar-Razi berperan pula sebagau orang pertama yang berhasil menyusun buku engenai kedokteran anak. Selain itu hadir pula Ibnu Sina yang juga seorang filosof.Â
Ia berhasil menemukan sistem perdedaran darah dalam tubuh manusia. Al-Qanuun fii tiib menjadi karya nya yang paling terkenal sekalgus sebagai ensiklopedi kedokteran paling besar sepanjang sejarah.
Dalam bidang filsfat banyak tokoh yang muncul pada zaman Dinasti Abbasiyah. Tokoh tersebut antara lain al Farabi, Ibnu Rusyd , serta Ibnu Sina. Al-Farabi banyak menghasilkan karya yang berhubungan dengan filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, serta etika dan interpretasiterhadap filsafat Aristoteles.Â
Selain itupakar filsafat yang juga pakar kedokteran, Ibnu Sina juga banyak mengarang buku mengenai ilmu filsafat, salah satu yang paling terkenal berjudul asy-syifa'. Selain itu ada pula Ibu Rusyd yang jika di barat terkenal dengan nama Averroes.Â
Ia memberikan banyak pengaruh bagi filsafat barat sehingga di barat terdapat aliran yang disebut Averroisme. Pada masa Daulah Abbasiyah ini, Islam mengalami perkembangan yang signifikan dalam bidang ilmu pengetahuan. Â
Salah satu dari sekian banyak inovasi besar pada masa Daulah ini adalah banyak diterjemahkannya karya-karya dalam bidang pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, serta Hindustan.
Demikianlah kemajuan politik seta kebudayaan yang terjadi pada masa Daulah Abbasiyah yang saat itu berkembang pesat dan tidak ada tandingannya. Â Pada masa ini, kemajuan bidang politik sejalan dengan kemajuan kebudayaan dan peradaban, sehingga Islam mampu mencapai masa keemasan dan kejayaan.Â
Masa keemasan ini berlangsung pada periode pertama masa pemerintahan Daulah Abbasiyah namun saat periode ini berakhir peradaban Islam mengalami kemunduran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H