Pendekatan literasi yang diterapkan tidak hanya berpengaruh pada kemampuan bahasa anak, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap pengembangan keterampilan sosial dan kognitif mereka. Melalui keterlibatan dalam aktivitas pembelajaran yang menarik dan interaktif, anak-anak di panti asuhan dapat meningkatkan kemampuan kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah. Metode pembelajaran yang menyenangkan, seperti bercerita, bermain peran, dan menciptakan karya tulis sederhana, menjadi bagian dari pendekatan literasi ini. Selain itu, penggunaan buku cerita dan materi literasi yang sesuai dengan usia anak, serta penciptaan lingkungan belajar yang nyaman, juga merupakan elemen penting dalam keberhasilan pendidikan literasi di usia dini. Semua ini akan berdampak positif pada kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan berpartisipasi dalam masyarakat di masa depan. Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan, sangat diperlukan untuk memastikan akses pendidikan literasi di usia dini dapat dinikmati secara merata oleh seluruh anak di Indonesia.
Literasi adalah kemampuan dasar dalam membaca dan menulis, namun seiring dengan perkembangan zaman, konsep ini telah meluas menjadi multiliterasi (Farhan, 2021). Dalam konteks berbahasa Indonesia, terdapat empat aspek utama yang saling terkait, yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan dengan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai setiap hari. Gerakan literasi sekolah mencakup tiga komponen utama, yaitu pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan melalui penerapan budaya literasi secara teratur.Â
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas Gerakan literasi sekolah antara lain: (1) guru diharapkan dapat memberikan teladan yang baik dengan disiplin dalam melaksanakan kegiatan gerakan literasi sekolah, (2) penyediaan fasilitas buku yang memadai oleh guru, dan (3) guru perlu memberikan motivasi yang kreatif agar siswa lebih tertarik. Jika semua hal tersebut dapat diimplementasikan dengan baik, maka hasil yang diperoleh akan optimal. Siswa akan merasa senang dalam berliterasi, sehingga terbentuk budaya literasi yang kuat dalam diri mereka dan mendorong munculnya kreativitas yang maksimal untuk berkarya.
Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa literasi memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif, akademik, dan karakter siswa. Literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman teks, analisis informasi, dan keterampilan berpikir kritis. Pendidikan literasi sejak usia dini sangat penting untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan, serta mendukung perkembangan sosial dan kognitif anak. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui pembiasaan membaca, pengembangan keterampilan literasi, dan pemberian fasilitas yang memadai, dapat menciptakan budaya literasi yang kuat dan mendorong kreativitas siswa. Dukungan dari orang tua, pendidik, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan program literasi dapat dijalankan dengan efektif, memberikan manfaat yang signifikan bagi perkembangan anak-anak di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI