Mohon tunggu...
ditanovita
ditanovita Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

menulis dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bandung 090919

28 November 2024   07:43 Diperbarui: 28 November 2024   08:04 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan deras yang mengguyur kota Bandung bersanding dengan gemuruh petir, aku terbangun dari tidurku, saat aku membuka mata aku meraih ponsel di tumpukan bantal dan menyalakannya, ternyata jam sudah menunjukan pukul 3 sore, 

hari itu aku menyeduh secangkir coklat panas, duduk di atas sofa yang usang sambil membaca novel yang belum selesai aku baca, sambil merasakan dinginnya udara kota Bandung, gemuruh petir mengingatkanku pada kejadian kelam waktu itu, karna kejadian itu aku kini tinggal sendiri tanpa seorangpun yang menemaniku, saat itu ayah bunda dan adik perempuanku mereka kecelakaan saat berjalan pulang menuju rumah, karna hujan yang begitu deras dan petir yang begitu kencang membuat mobil yang mereka tumpangi tergelincir akibat pandangan mata yang buram oleh derasnya hujan tersebut, 

mereka semua meninggalkanku hingga aku hidup sendirian, sakit rasanya melihat orang yang tersayang meninggalkan kita untuk selamanya, sisanya aku hanya melanjutkan hidup, orang mengatakan "Aku hidup karna aku masih hidup." Menyedihkan bukan?, mau bagaimanapun itu takdir, takdir yang menyakitkann yang merenggut semua kebahagianku dalam sekejap. Hai namaku Anatasya orang sering menyebut namaku Ana. 

Hari ini aku ingin pergi keluar menikmati suasana Bandung di malam hari, mungkin akan terasa dingin karna cuaca di Bandung akhir-akhir ini tidak seperti biasanya akibat hujan yang melanda sepanjang hari, aku keluar dengan menggunakan kaos pendek, sendal jepit berwarna biru, sambil memasang earphone di telingaku "Secukupnya." Lagu yang aku putar, lagu yang di mainkan oleh hindia lagu ini bercerita tentang "Kita boleh sedih tapi secukupnya saja karna hidup terus berputar."

 Sama seperti halnya diriku sampai kapan aku harus terus bersedih?, pada akhirnya hidup terus berjalan bukan?, aku tersenyum, berjalan menikmati suasana Bandung di malam hari cahaya lampu menyinari semua sudut Bandung, gemercik air hujan masih terdengar di telingaku aku suka sekali berjalan di bawah air hujan, karna tidak ada seorang pun yang bisa mendengarkanku menangis.

Aku menyadari air hujan yang jatuh ke tubuhku tiba tiba hilang entah kemana perginya, aku berpikir "Apa hujan sudah reda?" Ternyata dugaanku salah, melihat ke sekeliling, lalu melihat keatas kepalaku, payung berwarna hitam menutup penuh tubuhku hingga air hujan tidak bisa menyentuhku, seorang laki-laki berbadan tinggi dengan menggunakan jaket tebalnya berdiri di samping memegang payung hitam dan berkata "Bandung sekarang dingin nanti lo bisa sakit."

 Ucapnya aku menjawab " Bukan urusan lo, yang sakit juga gua.", " Keras kepala" Balas lelaki itu, sambil mengayunkan tangan ingin berkenalan dengan perempuan di hadapannya, lelaki itu bertanya"Siapa nama lo?? " Padahal lelaki itu sudah mengetahui nama perempuan dihadapanya, perempuan itu menjawab " Ana." Dengan nada yang sedikit menyentak, lelaki itu menyaut "Gua Nares." Ana hanya melirik tidak berucap apapun "Udah kenalannya gua mau balik." Ucap Ana, Nares mengulurkan tangannya memberi payung hitam itu " Bawa payung gua, hujannya makin deras. "

 Dengan hati yang terpaksa karna dinginnya udara memasuki tubuh Ana dia menerima payung yang Nares berikan " Lo gimana?? " Ucap Ana, "Rumah gua dekat sekitaran sini." Ucap Nares, "Besok gua balikin." Balas Ana, Nares hanya berkata "Ya." Di dalam benak hatinya dia berkata "Semoga ini terakhir kalinya dia hujan-hujanan di malam hari." 

Karna Nares sudah sering sekali melihat Ana hujan-hujanan di malam hari, sebenarnya Nares ingin bertanya pada perempuan itu kenapa hujan- hujan di malam hari? dan yang membuat nares semakin penasaran karna kelopak mata perempuan itu yang sembab akibat menangis, ahh sudah lahh buat apa juga aku bertanya tentang itu semua. Sesampainya ana di rumahnya dia segera membersihkan badannya, mengganti baju yang basah dengan baju kering, dan melilitkan handuk di rambut basahnya itu akibat air hujan yang mengguyur penuh tubuhnya. 

Mata yang sangat sembab akibat menangis lebih dari 3 jam menimbulkan rasa ngantuk, perempuan itu akhirnya tertidur lelap dalam selimut hangat dan kasur yang empuk. Pagi harinya aku terbangun oleh sengatan sinar matahari yang melewati jendela kamar kecilku, saat membuka mata, silau menyergap, aku mengintip jendela seorang lelaki sedang berlari kecil "Sepertinya sedang berolahraga." 

Aku memperhatikan lelaki itu lalu aku tersadar itu lelaki yang memberi payung hitam kepadaku tadi malam, dengan rambut acak acakan dan muka yang kusut aku berlari keluar rumah menghampiri lelaki itu dan berteriak "NARESSS PAYUNG LO." 

Lelaki yang sedang berlari itu berhenti menghampiri perempuan yang ada di belakangnya mengulurkan tangan dan mengambil payung hitamnya itu, lelaki itu tidak berkata apapun.

 Ana berucap "Makasi.", "Iya sama-sama." Nares membalas "Oh iya Ana, gua sebenarnya suka sama lo dari lama.", Ana terdiam dia terkejut mendengar ucapan lelaki di hadapannya itu "Kita baru kenal tadi malam." Ucap Ana, lalu Nares menjawab "Lo doang, gua kenal lo dari lama." Ana semakin terkejut "Kapan? " Ucap ana." Pas lo lagi nangis di bangku putih, di pinggir jalan raya, sekitar jam 1 malam, mungkin lo gasadar gua di situ merhatiin lo. Ana menjawab "Kenapa lo bisa suka sama gua." Dengan nada yang sedikit tinggi "Gua suka semua tentang lo, gua akan menerima semua tentang lo na." 

Apa alasannya?? kata ana, "Alasannya cuma 1 na, karna itu lo." Hati ana berdegup kencang saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu, rasanya bumi juga ikut tersenyum ketika mendengar ucapan manis lelaki itu."Res gua berantakan, hidup gua hancur, gua terjebak sama masalalu kelam gua, dan lo tiba-tiba hadir bawa cinta buat gua? lo gasalah res??" Ucap Ana, Nares menjawab dengan lantang, "Engga na sama sekali ga salah, gua bakal bantu lo memperbaiki semuanya, sakitnya kasih juga ke gua na jangan sakit sendirian. 

Lo mau kan jadi pacar gua?? ayoo na kita sembuh bareng-bareng." Ana yang bingung dan terkejut dengan pertanyaan dan ucapan lelaki itu akhirnya ia menjawab "Iya ress gua mau, bantu gua sembuhin semuanya ya ress tolongg." Jawaban yang ingin di dengar oleh lelaki itu akhirnya keluar dari mulut perempuan yang sangat di cintainya, "Pasti na pastii" Ucap lelaki itu kepada perempuan di hadapannya. 

Pelukan hangat lelaki itu menangkap erat tubuh mungil di hadapannya kebahagian langsung menghampiri kisah cinta mereka berdua, bandung saksinya, " Bandung adalah saksi cinta mereka berdua." Banyak orang yang berkata "Bandung itu indah, syahdu, kalo ada kamu di dalamnya." Akhirnya kisah cinta mereka berakhir dan mereka berdua resmi menikah pada 09-09-19 tanggal yang indah, seperti kisah cintaa aku dan kamu yang berakhir menjadi kita, semoga pernikahan kita seperti lagu "Sampai jadi debu."

 Yang dalam bait lagunya, "Selamanya sampai kita tua sampai jadi debu ku di liang yang satu ku di sebelahmu." Aku akan terus bersamamu, menikmati masa tua, yang berjanji untuk tetap setia hingga maut memisahkan kita berdua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun