Mohon tunggu...
Dita Magdalena
Dita Magdalena Mohon Tunggu... Lainnya - Yang terasa singkat semoga lebih bermakna

@ditamagdalena_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Membenci Sahabatku

10 Juli 2021   19:28 Diperbarui: 11 Juli 2021   12:21 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melirik jam ditanganku, waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 wib. Artinya sudah hampir setengah jam aku duduk sendirian di salah satu bangku sebuah taman. Aku memang sedang menunggu seseorang, yang datang tepat waktu bukanlah kebiasaan dan bukan juga keahliannya.

Orang-orang bilang menunggu seseorang sendirian itu bisa membuat kita mengingat kembali rentetan peristiwa yang telah dilewatkan bersama. Oleh karena itu, untuk semua cerita yang pernah kami lalui bersama ingin sekali aku menjerit

Aku membenci sahabatku

Kami menempuh pendidikan di sekolah yang sama bahkan berada di satu ruang kelas yang sama. Setiap kali hasil ulangan dibagikan, aku selalu melihat sosoknya berdiri sendirian di depan jendela. Aku sering bertanya-tanya, mengapa dia tidak seperti teman-teman yang lainnya? Mereka semua datang mengerubungi mejaku untuk memuji hasil ulanganku yang mendapatkan nilai sempurna, atau sekedar bertanya tentang bagaimana caraku belajar.

Disetiap momen hasil ulangan, dia tidak pernah melakukan apapun. Selalu saja sibuk dengan pemandangan di luar jendela dengan raut wajah datar andalannya itu. Seakan-akan sesuatu yang tertangkap pandangan matanya itu lebih penting daripada mengucapkan selamat kepadaku. Dalam pikiranku dia adalah orang yang menyebalkan waktu itu.

Aku mengenalnya sebagai sosok yang mudah bicara. Jika kalian mencoba menghabiskan satu hari bersamanya, mungkin tidak akan terasa nyaman. Ia kerap mengatakan sesuatu yang tidak ingin orang lain dengarkan. Untuk setiap permasalahan yang kuceritakan padanya, tak pernah sekalipun telinggaku mendengar kata kata penghiburan darinya. Selalu saja kalimat sarkas yang meluncur sempurna dari mulutnya. Sosoknya itu benar-benar seperti orang yang tidak mengerti perasaan.

Kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama, baik itu pergi ke kantin ataupun sekedar bersantai di warung kopi. Entah kenapa dia lebih suka menghabiskan waktu seorang diri. Dia sama sekali tidak pernah mengajakku untuk pergi menemaninya melakukan aktivitas yang ia sukai. Sampai-sampai aku tidak merasa heran lagi, jika pada satu hari ia menjadi sosok yang sulit untuk dihubungi. Bisa kukatakan bahwa tidak ada istilah "surat dan prangko berjalan" dalam hubungan persahabatan ini.

Aku sering melihat keseruan seseorang yang menghabiskan waktunya bersama orang lain padahal mereka hanya sekedar minum teh es berjam-jam di sebuah cafe free wifi. Saat aku membuka sosial media banyak sekali orang orang membagikan foto bersama sahabat mereka. Bahkan ada banyak sekali definisi sahabat dengan arti yang menyenangkan di internet. Kami berbeda, tidak sama seperti mereka, dan memikirkan itu terkadang membuatku bertanya,

Bagaimana bisa hubunganku dengan orang menyebalkan itu memiliki nama sahabat? Untuk pertanyaan itu bagian lucunya adalah aku yang bertanya, aku juga yang menjawab.

Setiap kali mendekati ulangan ataupun ujian, hanya sahabatku itu yang dengan senang hati datang kerumahku hingga larut untuk membantuku mengulang kembali materi pelajaran yang kurang kupahami. Dan ketika aku mendapat hasil yang sempurna, wajahnya mungkin terlihat datar, namun sorot matanya yang cokelat itu berulang kali mengucapkan selamat.

Dia itu tipikal orang yang tidak suka berbasa basi, apalagi berkata kata manis. Untuk sesuatu yang tidak ia sukai, semua hal yang ia ucapkan akan terasa menyakitkan. Untuk setiap permasalahanku tidak akan ada kalimat penghiburan darinya, meskipun begitu telinggaku juga tidak pernah mendengar nada intimidasi darinya. Kehadirannya disetiap kali aku merasa tertekan selalu saja memberi rasa kelegaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun