Mohon tunggu...
dita agriyani
dita agriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pamulang

Bismillah, dimulai lagi dari awal...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Agama dan Politik pada Puisi Dosa Karya E. Nurzaman AM

7 Desember 2023   14:48 Diperbarui: 7 Desember 2023   15:06 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa dan sastra merupakan dua unsur penting dalam kehidupan yang tidak dapat terpisahkan. Keduanya ibarat sebuah magnet yang tarik menarik antara satu sama lain. Bahasa tanpa sastra menjadi bahasa yang tidak memiliki keindahan jika diterapkan dan sastra tanpa bahasa adalah sebuah ketidakmungkinan. Sebab, bahasa merupakan unsur utama di dalam pembuatan karya sastra. Bahasa dan sastra juga memiliki peranan besar dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan dan kehidupan. Di dalam agama, ada nilai-nilai yang dapat dipelajari oleh masyarakat pada umumnya, khususnya bagi para pecinta sastra. Karya sastra yang baik, akan selalu memberikan pesan kepada pembacanya untuk berbuat baik. Maksudnya, karya sastra tersebut mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi nilai-nilai baik agar memberikan kebaikan di dalam kehidupan manusia. Eksistensi agama pada ruang lingkup sastra juga tidak pernah surut sampai sekarang. Oleh karena itu, setiap karya sastra yang berkualitas selalu memiliki semangat keagamaan. Salah satunya yaitu bahasa dan sastra berperan di dalam sebuah agama atau keyakinan. 

Bahasa menjadi penghubung yang menghubungkan sastrawan dengan khalayak. Melalui sastra, penulis mengeksploitasi potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan gagasannya untuk tujuan tertentu. bahasa unsur penting bagi sastra. Begitu pula dengan politik. Bahasa dapat digunakan untuk mencapai tujuan politik. Bahasa bisa digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan politik. . Politik adalah masalah kekuasaan, yaitu kekuasaan utntuk membuat keputusan, mengendalikan sumber daya, mengendalikan perilaku orang lain dan seringkali mengendalikan nilai-nilai yang dianut orang lain. 

Pada pembahasan kali ini kita akan membahas puisi dengan judul “Dosa” yang akan kita analisis ke dalam Agama dan politik

Dosa 

Ya Robb, hidupku bersimbah penuh dosa

Amalku tak seberapa, bahkan mungkin tak ada 

Walau tertatih kucoba untuk terus menghamba 

Kini aku di rumah Rosul kekasih Mu

Tempat suci makbulnya do'a kepada Mu 

Ku berserah diri, mohon ampunan Mu

Yaa Robb, ampuni dan ampunilah hamba Mu

(E. Nurzaman AM)


Analisis agamanya, 

Puisi ini mencerminkan sebuah ungkapan kerendahan hati, penyesalan, dan permohonan ampun kepada Tuhan. Dari segi agama, puisi ini menunjukkan pemahaman tentang dosa, kerendahan diri di hadapan Tuhan, dan harapan akan ampunan-Nya. Beberapa elemen agama yang bisa ditemukan dalam puisi ini antara lain:

  1. Pengakuan Dosa: Puisi ini mencerminkan kesadaran akan dosa dan kekurangan dalam beribadah. Pengakuan dosa merupakan langkah pertama dalam meminta ampunan.

  2. Penyesalan: Penyair menyampaikan perasaan penyesalan atas amal perbuatannya yang dianggap tidak memadai. Hal ini mencerminkan keinginan untuk bertobat dan memperbaiki diri.

  3. Upaya untuk Menghamba: Meskipun penyair menyadari kekurangannya, ia tetap mencoba untuk terus menghamba dan memperbaiki diri. Ini menunjukkan tekad untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

  4. Tempat Suci: Puisi menyebutkan "rumah Rosul" sebagai tempat suci. Ini bisa merujuk kepada tempat-tempat ibadah Islam atau secara khusus Ka'bah di Mekah. Tempat-tempat ini dianggap suci dan menjadi tempat yang makbul untuk berdoa.

  5. Permohonan Ampun: Puisi penuh dengan permohonan ampun kepada Tuhan. Ini mencerminkan keyakinan dalam kemurahan Tuhan untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang bertaubat.

  6. Penyerahan Diri: Penutup puisi menunjukkan penyerahan diri kepada Tuhan, dengan memohon ampunan dan merendahkan diri sebagai hamba Tuhan.

Puisi ini secara keseluruhan mencerminkan nuansa spiritual dan religius, dengan fokus pada hubungan antara hamba dan Tuhan, serta keinginan untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui permohonan ampun dan taubat.

Sedangkan politiknya yaitu, 

Puisi ini terlihat sangat terkait dengan dimensi spiritual dan keagamaan, namun tidak secara eksplisit berkaitan dengan politik. Puisi ini lebih fokus pada hubungan individu dengan Tuhan dan ekspresi penyesalan serta permohonan ampun atas dosa-dosa. Namun, jika kita mencoba mencari analogi atau metafora yang mungkin berkaitan dengan politik, kita dapat mengeksplorasi beberapa kemungkinan interpretasi:

  1. Metafora Keterbatasan Pemerintahan:

    • Hidup yang "bersimbah penuh dosa" dapat diartikan sebagai masa pemerintahan yang dianggap penuh dengan kesalahan atau tindakan yang tidak benar.
    • "Amalku tak seberapa" bisa mencerminkan evaluasi terhadap kebijakan atau tindakan pemerintahan yang dianggap kurang memadai atau tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.
    • "Tertatih kucoba untuk terus menghamba" dapat diartikan sebagai upaya untuk tetap setia pada nilai-nilai atau tujuan tertentu, meskipun dalam kondisi sulit.
  2. Metafora Harapan pada Pemimpin:

    • "Kini aku di rumah Rosul kekasih Mu" bisa diartikan sebagai harapan akan adanya pemimpin atau pemerintahan yang dianggap mendekati atau mengikuti teladan kebijaksanaan dan keadilan.
    • "Tempat suci makbulnya do'a kepada Mu" dapat diinterpretasikan sebagai harapan bahwa pemerintahan yang baik dapat menjadi tempat di mana doa-doa dan aspirasi masyarakat didengar dan dikabulkan.
  3. Metafora Penyerahan Diri kepada Otoritas:

    • "Ku berserah diri, mohon ampunan Mu" dapat diartikan sebagai sikap tunduk atau penyerahan diri kepada otoritas tertentu, mungkin pemerintah, dengan harapan mendapatkan keadilan atau pemulihan.

Meskipun puisi ini pada dasarnya lebih bersifat keagamaan daripada politik, interpretasi tergantung pada pandangan pembaca dan konteks sosial-politik di mana puisi tersebut dibaca. Puisi seringkali memiliki banyak lapisan makna dan dapat diartikan dengan berbagai cara oleh pembaca yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun