Perceraian akhir -- akhir ini menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat dan tidak asing lagi untuk didengar. Banyak sekali berita- berita perceraian yang beredar di social media seperti perceraian para arti- artis yang beredar. Berbicara tentang perceraian tidak sedikit dampak buruk yang akan dialami khususnya terhadap anak mereka. Akibat dari keegoisan yang terjadi pada orang tua akan menimbulkan dampak yang tidak baik tehadap anak mereka.
Perceraian mempunyai pengaruh besar terhadap psikologis anak, khususnya anak yang berada pada umur yang masih labil seperti anak yang masih berada di jenjang SMP. Seperti kasus yang dialami oleh Reno , ia merupakan siswa yang termasuk anak Broken Home. Ibunya yang bercerai dengan ayahnya mengakibatkan Reno kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Sehingga ia bersekolah dengan seenaknya sendiri. Sering bolos sekolah, tidak mengerjakan PR, terkadangpun  jika tidak disekolah reno ikut dalam geng anak Punk di wilayah lampu merah daerahnya. Kondisi reno termasuk kondisi yang parah.
Anak seumuran reno seharusnya masih bergantung kepada orang tua dan masih butuh perhatian khusus dari orang tua karena kondisi yang masih labih dan masih rentan dengan hal- hal yang baru ia ketahui. Dampak dari keegoisan orang tua yang mengakibatkan kondisi anak mengalami trauma, tretekan dan terkadang seorang anak akan mengalami rasa iri kepada teman mereka yang masih mempunyai orang tua utuh.
Dalam strategi intervensi yang dilakukan guru BK dapat menggunakan strategi konseling individual. Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang dialakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien( Prayitno: 1994).
Dengan menggunakan konseling individual konseli (siswa) dapat lebih leluasa untuk menceritakan semua permasalahannya. Serta guru BK juga dapat lebih mudah untuk memahami. Saat melakukan konseling dengan siswa konselor atau guru BK juga haru dapat memberikan respons yang baik terhadap konseli (murit).
Cara agar konselor dapat memahami dan memberi  respons dengan baik kepada konseli, konselor harus dapat membedakan pesan kognitif serta afektif yang diberikan oleh siswa. Maksud pesan disini adalah pesan yang disampaikan konselor terhadap klien. Sang konselor harus menyesuaikan bagaimana cara atau metode penyampaian pesan, dengan melihat masalah yang dihadapi klien dan melihat dalam sudut pandang klien, sehingga jangan sampai pesan yang disampaikan tidak sesuai kebutuhan yang akan menyebabkan pasifnya salah satu kemampuan yang dimiliki klien sebelum konseling. Terdapat 2 pendekatan yaitu Kognitif (akal) dan Afektif (sikap, perasaan).Â
Perbedaan antara keduanya adalah Kognitif, yaitu pendekatan melaluipemahaman.Pengetahuan/hafalan/ingatan, analisis dan lain sebagainya, sedangkan Afektif adalah pendekatan melalui perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Dengan kedua pendekatan tersebut konselor dapat membedakan pendekatan mana atau pesan apa yang akan diberikan terhadap klien yang sesuai dengan masalahnya.
Jadi dengan menggunakan strategi tersebut konselor dapat menyelaesaikan masalah yang dialami oleh siswa tersebut. Dan juga disini para orang tua diharapkan jangan mengambil keegoisannya sendiri tetapi juga memikirkan kondisi psikologis yang dialami anak mereka. Agar pertumbuhan anak mengalami hal yang baik.
sumber :Achmad Juntika, Bimbingan dan Konseling dalam berbagai Latar Kehidupan (Bandung: Refika Aditama, 2006)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H