Mohon tunggu...
Dita Dwi Pratiwi
Dita Dwi Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi : Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatnya Infeksi Menular Seksual pada Perempuan

5 Januari 2024   17:45 Diperbarui: 6 Januari 2024   17:42 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

     Infeksi   menular   seksual   merupakan infeksi   yang   Sebagian   besar   ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang tertular. World  Health  Organization (WHO)   memperkirakan   setiap   tahunnya terdapat sekitar  340  juta  penemuan  kasus baru dari penyakit  infeksi  menular  seksual. Penyakit infeksi menular seksual adalah  salah  satu  masalah  kesehatan serius di Indonesia, terutama di kalangan perempuan.   Perempuan   yang terkena infeksi menular seksual lebih jarang menunjukkan  gejala  dibandingkan infeksi pada  laki-laki.  Selain  itu  perempuan  juga terkadang sulit  untuk  membedakan  apakah gejala  yang  mereka  rasakan  itu adalah  hal yang  normal   atau   merupakan   tanda   dari suatu  penyakit.
     Infeksi menular seksual pada perempuan dapat berupa sifilis atau raja singa, gonore, kondiloma akuminata, chanroid, klamdia, kandidiasis, herpes genital, ataupun penyakit infeksi menular seksual lainnya, infeksi ini disebabkan oleh bakteri (misalnya: sifilis), jamur, virus (misalnya: herpes, HIV). Penyakit infeksi menular seksual memiliki hubungan erat dengan infeksi HIV. Pada Mei 2023 pihak Kementerian kesehatan Indonesia merilis bahwa angka penderita HIV dan Sifilis semakin hari semakin. meningkat. Selain angka kejadian yang meningkat juga diiringi dengan tingkat penularan yang cukup tinggi. Hal ini perlu diwaspadai dikarenakan kedua penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit yang serius dan cepat menular. Data Kemenkes menunjukkan 35 % HIV ini diderita oleh ibu rumah tangga. Dimana hal ini dikarenakan tertular dari pasangannya sendiri. Hal ini dikarenakan karena pasang yang suka berganti ganti pasangan dan juga tidak menggunakan pengaman atau pelindungan saat melakukan hubungan.
     Fenomena peningkatan kasus HIV menciptakan dampak serius pada kesehatan, terutama karena virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh secara bertahap. HIV dapat melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi lain, meningkatkan risiko terkena berbagai komplikasi penyakit. Dampak ini memberikan tekanan ekstra pada sistem kesehatan, dengan penderita HIV menjadi rentan terhadap penyakit infeksi dan gangguan kesehatan lainnya.

     Penting untuk diingat bahwa dampak HIV tidak hanya terbatas pada individu yang terinfeksi, tetapi juga dapat memengaruhi generasi berikutnya. Jika seorang ibu rumah tangga mengidap HIV selama kehamilan, risiko penularan kepada janin atau bayi yang dikandungnya sangat tinggi. Penularan virus ini dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Oleh karena itu, perawatan dan pengobatan pada ibu hamil yang menderita HIV menjadi sangat penting untuk mencegah penularan kepada bayi.
     Data penelitian menunjukkan bahwa penanganan HIV pada ibu hamil dapat secara signifikan mengurangi risiko penularan kepada bayi. Program pencegahan penularan vertikal, seperti pemberian obat antiretroviral kepada ibu dan bayi, telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko penularan. Selain itu, dukungan dan edukasi kepada ibu hamil mengenai langkah-langkah pencegahan juga berperan penting dalam mengurangi dampak serius HIV pada masyarakat. Kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan yang komprehensif menjadi kunci dalam menanggulangi dampak luas yang diakibatkan oleh penyebaran HIV.
    Adapun dampak dari peningkatan kasus HIV juga akan menyangkut aspek sosial dan ekonomi. Dimana pada aspek sosial, masyarakat umumnya menganggap HIV sebagai penyakit yang sangat menakutkan sehingga banyak masyarakat yang menjauhi pada penderita HIV. Padahal penyakit HIV atau penyakit menular seksual lainnya hanya akan menular melalui sebuah cairan darah seperti ketika memakai jarum bersama penderita HIV maka akan tertular. secara ekonomi, HIV juga memerlukan biaya yang sangat besar dalam pengobatannya dimana pengobatan ini tidak dapat menghilangkan virus HIV-nya namun hanya bisa mengurangi risiko penularan pada orang lain dan juga melemahkan virus HIV. Biaya pengobatan HIV yang sangat tinggi ini juga berdampak pada kondisi ekonomi pada keluarga sehingga menyebabkan penderita mengalami stres dan juga bisa menurunkan produktivitas kerja.

     Proses pencegahan HIV dan penyakit menular seksual lainnya ini mengalami hambatan dan tantangan yang serius. Stigma buruk masyarakat terhadap HIV dan IMS lainnya membuat penderita enggan bersikap terbuka atas keluhan dan penderitaannya. sehingga petugas kesehatan mengalami keterhambatan ketika melakukan skrining dan memberi bantuan yang diperlukan. Selain itu, meningkatnya Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran akan penyakit IMS. Terutama pada kalangan ibu rumah tangga, akibatnya, banyak diantara ibu rumah tangga kerap kali tidak mengetahui langkah pencegahan HIV. Kesadaran akan penyakit IMS, termasuk HIV, dapat ditingkatkan melalui pendidikan  kesehatan yang menyeluruh, terutama pada ibu rumah tangga dan remaja.
     Pencegahan infeksi menular seksual pada perempuan yang disebabkan oleh pasangan memerlukan tindakan yang efektif. Langkah-langkah ini melibatkan peran aktif seorang laki-laki dalam menghindari hubungan seksual dengan selain pasangan mereka dan menggunakan alat pengaman saat berhubungan seksual. Di sisi juga seorang laki-laki, penting untuk mengontrol hawa nafsu dan menghindari keterlibatan dalam hubungan seksual dengan lebih dari satu perempuan, karena tindakan ini dapat meningkatkan risiko penularan.
     Pemerintah memiliki peran kunci dalam pencegahan peningkatan penyakit menular seksual (IMS). Sosialisasi aktif harus dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang cara penularan dan pencegahan IMS, terutama pada perempuan yang lebih rentan terhadap HIV. Selain itu, upaya perlu difokuskan pada laki-laki dengan penekanan pada pentingnya menghindari hubungan seksual dengan perempuan lain untuk mengurangi risiko penularan IMS.

     Data menunjukkan bahwa sosialisasi yang efektif dapat mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah juga dapat memperkuat program pendidikan kesehatan seksual di sekolah-sekolah dan memanfaatkan media massa untuk menyampaikan pesan pencegahan IMS secara luas. Dengan melibatkan masyarakat dan memberikan informasi yang akurat, upaya pencegahan IMS dapat mencapai dampak yang lebih positif dan menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun