aku bergegas membuka mata, perlahan mulai menatap langit-langit kamar yang telah aku hapal betul setiap sudutnya,
setiap jengkal tatapanku mengarah pada pengingatan tentangnya.
aku mulai mencarinya, pikiranku mulai berselancar mengingat banyak hal tentangnya.
aku mengenyahkan segala gelisahku, tapi tetap saja hasilnya aku gelisah.
aku memaksanya, namun dia mengatakan maaf.
jika aku beralih memaksaMu, Engkau tidak akan mengatakan maaf untukku kan, Tuhan?
Engkau tetap pada keyakinanku kan, Tuhan?
aku mohon biarkan semuanya pada keyakinanku.
sekilas aku mengingat kuasaMu, Engkau menentukan segala takdirMu,
namun aku juga percaya hanya Engkau pula yang dapat mengubah apa yang telah Engkau takdirkan.
jika takdirMu pada kegelisahanku, maka aku akan memohon kepadaMu ubahlah takdirMu pada keyakinanku.
biarkan dekapan doaku lantas menjadi keyakinannya masih akan 'BISA'.
pagi ini aku tidak mendengar suara gemericik hujan, namun, aku yakin esok akan tetap ada hujan.
jika esok tetap tidak ada hujan, aku yakin lusa akan ada hujan
 jika lusa pun tetap tidak ada hujan, aku tetap yakin setelah lusa tetap akan ada hujan.
karena hujan tidak akan pernah benar-benar hilang.
hahahaha
mungkin gelisahku menertawakan keras kepalanya keyakinanku,
Demi Tuhan tidak masalah, karena keyakinanku akan tetap seperti itu adanya, meski gelisah berkecamuk menampar dasar hati.Â
apa yang perlu kamu takutkan? aku masih disini bersama segenap doaku. kamu tidak akan mengatakan maaf lagi untukku kan?
aku masih ingin mendengar kamu mengatakan bahwa kamu akan baik-baik saja, kembali menyamarkan kepedihan menjadi tawa.
aku menunggumu.
akan tetap menunggumu.
meski datangmu mulai sempoyongan mengarahku. ~tb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H