Mohon tunggu...
dita maulida agriyani
dita maulida agriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bismillah

masih belajar jadi harus semangat dan bersabar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perempuan sebagai Pencari Nafkah Utama

27 Oktober 2022   13:52 Diperbarui: 27 Oktober 2022   14:05 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan di Indonesia sering kali mendapatkan stigma bahwa diri mereka lemah.
Padahal, menjadi perempuan itu tidak mudah. Utamanya di masa pandemi ini. Mereka dihadapkan pada kondisi yang cukup berat.

Perempuan di Kampung Donat mampu menyikapi hal ini dengan cukup baik, yang mana banyak dari mereka membuka usaha donat sebagai pencari nafkah utama yang seharusnya menjadi tugas laki-laki sebagai seorang suami.

Berbagai upaya dialakukan, akan tetapi pada kenyataannya mereka masih saja berhadapan dengan stigma masyarakat disekitar untuk mengambil alih peran pemimpin keluarga di bidang ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Agung selaku kepala desa bahwa, walaupun banyak perempuan memikul tanggung jawab tunggal menghidupi keluarganya.

Maka dari itu pencari nafkah dalam keluarga di Kampung Donat pun tetap melakukan pekerjaan domestiknya. Hal tersebut dilakukan karena keyakinan mereka mengenai perannya dalam mencari nafkah hanyalah untuk membantu suami, sedangkan pekerjaan domestik merupakan pekerjaan secara kodrati sebagai seorang perempuan. 

Secara fisik, perempuan memang berbeda dengan laki-laki. Walaupun bekerja perempuan Kampung donat tidak melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Kondisi tersebut yang kemudian menciptakan pembagian kerja secara gender dalam masyarakat.

Melihat strategi yang dilakukan oleh perempuan di Kampung Donat untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi, bahkan rela melakukan pemberhentian produksi selama sebulan untuk menghindari kerugian pada awal pembatasan sosial berskala besar (PSBB), telah membuktikan bahwa perempuan di Kampung Donat mampu untuk berinisiatif dan bertindak secara produktif di luar peran gender yang melekat pada diri mereka.

Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa perempuan di Kampung Donat Solo memiliki peran sebagai pengatur keuangan keluarga. Peran tersebut diambil karena menurut informan hasil dari penjualan kue seutuhnya mereka miliki agar lebih muda untuk membelanjakannya sesuai dengan keperluan seperti belanja bahan makanan dan bahan-bahan kue. 

Memiliki peran sebagai pengatur keuangan serta berbelanja merupakan peran yang telah melekat pada perempuan secara jender dalam masyarakat, mengingat bahwa laki-laki memiliki stereotipe sebagai "pencari nafkah" dan memberikan hasil pendapatan pada istri untuk diatur dan digunakan oleh istri dalam pemenuhan kebutuhan. 

Akan tetapi dalam kasus yang ada di Kampung Donat, istri bekerja bersama dengan suami membuat donat, peran suami untuk menafkahi secara ekonomi kemudian menjadi bias karena aktifitas ekonomi yang dilakukan secara bersama-sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun