Mohon tunggu...
Dita Pahebong
Dita Pahebong Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis Lepas yang senang berefleksi

semua manusia yang ber_Akal punyak hak untuk berfikir dan berkreatifitas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Jawa dan Minangkabau sebagai Ide Penciptaan Musik

9 Februari 2017   01:26 Diperbarui: 9 Februari 2017   11:46 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Karya seni tidak hadir secara tiba-tiba, melainkan melalui proses kreatif yang cukup lama dan tersusun. penciptaan karya musik merupakan proses kerja yang dilakukan seorang komposer mulai dari wilayah gagasan menuju bentuk. Proses yang dimaksud adalah tahapan-tahapan perenungan, tindakan, pembuatan, atau pengolahan sehingga menghasilkan bentuk berupa musik.

Sebuah karya musik sebagai pengungkapan tentang cerita cinta dikemas dalam bentuk penggabungan idium musik yang berangkat dari pengalaman estetis seorang komposer bernama Antonius Edi Dwi Purnama yang akrab dipanggil Purnomo, seorang mahasiswa Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Yogyakarta asal Bukittinggi, Sumatera Barat, saat ini menempuh tugas Akhir penciptaan musik.

Karya musik berawal dari ketertarikan pada sebuah perjalanan cinta kedua orang tua. Ayah bernama Aron Suwito Prayitno yang berasal dari daerah Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pasaman Barat, dan Ibu yang berasal dari daerah Wates, Kulon Progo. Pertemuan keduanya terdapat beberapa pengalaman yang unik sehingga menjadi guyonan dalam keluarga, atas dasar ini sehingga terinspirasi menjadikan sebagai ide dalam penciptaan musik etnis kali ini. Begitu katanya saat diwancarai di atas panggung.

Karya yang diberi judul "Story Of Love" yang dihelat pada 17 januari 2017 di Plaza jurasan Tari Institut Seni Indonesia Yogyakarta tercipta atas Latar belakang ide dari pertemuan kedua orangtua. Kemudian diwujudkan dalam bentuk karya musik instrumental, yaitu gabungan dari budaya Jawa dan Minangkabau kemudian instrumen musik barat sebagai jembatan dari kedua instrumen Jawa dan Minangkabau.

Penggabungan beberapa instrument tradisional ini tentunya tidak terlepas pada pelestarian budaya. Meminjam kalimat dari Endang Caturwati yang mengatakan bahwa tradisi sebagai landasan dasar pemikiran dan pola kreatif bagi para seniman dan ilmuan-ilmuan seni agar seni tradisi tidak lagi dianggap kuno, serta memberikan daya tarik tersendiri terhadap generasi muda agar mau melestarikan tradisi lokal sebagai identitas bangsa.

Terlepas dari pelestarian, kisah yang unik tentang perjalanan cinta kedua orangtua ini disebabkan oleh perbedaan jarak serta latar belakang budaya menjadi warna-warni peristiwa hingga sampai pada jenjang pernikahan. Dalam hal ini, sifat feminim, tegas, berani, cerdas serta bertanggung jawab merupakan sosok seorang Ibu, kemudian dituangkan dengan tangga nada pelog melalui permainan instrumen bonang pelog, slenthem pelog, gender dansuling. Istrumen berikut memiliki karakter suara yang lembut. 

Sedangkan sifat maskulin, tegas, bertanggungjawab, pintar, dan dewasa. Sebagai sosok Ayah yang digambarkan melalui idium budaya Minangkabau dengan menggunakan instrumen talempong, bansi, dan sarunai. Selanjutnya, menggunakan pola tabuik menjadi penggambaran maskulin serta tegas yang diaplikasikan dengan mengkolaborasikan instrumen drum, rebana, dan Instrumen menyerupai sarunai. Beberpa instrumen lainnya kemudian menjadi pendukung dalam memperkuat suasana yang akan direpresentasikan.

Dalam hal ini, warna cahaya serta simbol-simbol begitu juga dengan kostum sebagai artistik yang menjadi pendukung akan perwujudan konsep tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa audio visual menjadi satu kesatuan dan masing-masing mempunyai peranan dalam sebuah karya seni.
Dalam proses penciptaan musik kali ini, kita selaku pengapresiasi mendapat pengetahuan bahwa pemilihan instrumen merupakan bagian yang terpenting dalam mewujudkan sebuah peristiwa dalam karya seni. Dalam karya Story Of Love kali ini lebih terfokus pada penggambaran fenomena yang bersifat internal, dalam hal ini keluarga, secara kontribusi pada budaya Minangkabau dan jawa hanya terletak pada penggunaan instrumen dengan kemasan-kemasan yang lebih dapat dinikmati di era global ini.

Secara manfaat dari karya tersebut, tentunya merupakan bentuk pelestarian musik, terutama seni musik tradisional Jawa dan Minangkabau, yang kemudian mencakup fungsi musik etnis dalam sebuah pertunjukan, yang memberikan pengalaman dan pengetahuan serta wawasan yang terkandung dalam proses pelestarian musik etnis. Selain itu, juga dapat menjadi tambahan ciptaan karya, memperkaya kreatifitas dalam bidang seni musik tradisional.

Oleh: Dita Pahebong

*/ Penulis adalah Mahasiswa Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun