Mohon tunggu...
Dita Anis Zafani
Dita Anis Zafani Mohon Tunggu... Penulis - Ekonom, Aktivis lingkungan, dan Penggerak GUSDURian

Literasi ekonomi, lingkungan, dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

QRIS Antarnegara: Tenang Melancong ke ASEAN Walau Tanpa Uang Cash

20 Juni 2023   22:15 Diperbarui: 20 Juni 2023   22:41 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai generasi millennial serta pengguna gadget dan e-money, pastilah saya termasuk penyumbang angka 30,87 juta pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Indonesia. Dua tahun terakhir saya nyaris tidak mengantongi uang cash kemanapun. 

Mungkin karena malas untuk tarik tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM), belum kemungkinan kerusakan uang karena basah atau sobek, risiko uang hilang dan ketinggalan, hingga enggan membawa dompet (karena semua kebutuhan sudah ada di HP), kini uang cash terasa ribet dan tidak begitu urgen. Kalaupun pegang uang cash paling hanya kisaran Rp. 50.000-100.000 an saja. Selama saldo rekening dan e-wallet terisi, maka rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Kebiasaan ini ternyata juga merubah beberapa hal dalam kehidupan sehari-hari, satu diantaranya preferensi berbelanja.

Akhir pekan kemarin saya bersama lima orang kawan mampir ke pusat kuliner di dekat Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Perut kami keroncongan setelah bepergian ke Sidoarjo dengan berkendara menggunakan motor. Setelah melaksanakan shalat ashar di masjid, kami pun berkeliling melihat semua jualan para pedagang. Menunya lumayan lengkap. Mulai dari makanan ala korea dengan grill-nya, seafood, ceker pedas, papeda dan telur gulung,  jus buah, hingga makanan berat seperti soto ayam dan soto daging. 

Masing-masing dari kami sibuk menentukan makanan apa yang akan dibeli. Setelah merasa cukup berkeliling melihat semua menu tiba-tiba kami tersadar bahwa kami tidak membawa uang cash yang cukup banyak.  Sedangkan beberapa pedagang yang berjualan tidak menyediakan jasa pembayaran transaksi menggunakan QRIS. 

Kami yang awalnya hanya mempertimbangkan menu apa yang akan dibeli, kini bertambah apakah si penjual menyediakan pembayaran menggunakan QRIS atau tidak. Akhirnya ada beberapa makanan yang kami relakan tidak beli lantaran kehabisan uang cash.

Dari kejadian tersebut saya menyimpulkan bahwa kemudahan bertransaksi menjadi salah satu kunci penting dalam penjualan. Saya pun membayangkan, berapa banyak kira-kira kerugian para penjual karena kurang melek layanan transaksi keuangan terkini?  kalau dalam skala lokal saja jumlahnya signifikan apalagi dalam skala yang lebih besar, konteks negara misalnya.

Tidak menutup kemungkinan lambatnya kemajuan ekonomi sebuah negara salah satunya disebabkan karena kurang praktisnya alat transaki baik sesama warga negara atu antarwarga negara. 

Kurang lebih sama seperti saya dan kawan-kawan, para turis yang datang dan melihat berbagai makanan dan hasil kerajinan Indonesia (atau negara lain) bisa jadi sangat tertarik untuk membeli, tapi karena terhalang perbedaan mata uang akhirnya gagal. Begitupun dengan warga Indonesia yang melancong ke luar negeri.

Bertransaksi di Luar Negeri

Saya sendiri belum pernah bepergian ke luar negeri. Belakangan karena banyaknya akun travel yang berseliweran di beranda Instagram, keinginan untuk pergi ke luar negeri semakin tinggi. Negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) tentunya menjadi tujuan destinasi terkuat. Selain karena jaraknya tidak terlalu jauh dari Indonesia, budgetnya pun terjangkau.

Sebagai orang yang zero experience tentunya terdapat banyak sekali bayangan dan kekhawatiran tentang perjalanan pertama ke luar negeri. Seperti bagaimana mencari akomodasi, menggunakan atau memesan transportasi, mencoba jajanan kuliner, berburu barang-barang unik dan murah, dan banyak lagi. 

Untuk membeli barang dan menggunakan jasa-jasa tersebut pastinya harus bertransaksi. Tapi bagaimanalah caranya bertransaksi di luar negeri meskipun masih kawasan ASEAN? Jangankan membawa uang cash di negeri orang, di negeri sendiri saja sudah terasa ribet. Lalu walaupun misal menukar uang terlebih dahulu sebelum berangkat, tapi bagaimana jika ditengah-tengah liburan uangnya habis? Pasti akan bingung sekali mencari money changer.

QRIS Antarnegara

Semua keresahan saya di atas nampaknya sudah tidak relevan lagi. Pasalnya Bank Indonesia sudah bekerjasama dengan empat Bank Sentral ASEAN, yaitu Bank Negara Malaysia (BNM), Bango Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT) dalam mengimplementasikan QRIS antarnegara. Yaitu melalui Sistem Pembayaran Lintas Negara (cross border payment) melalui Regional Payment Connectivity (RPC). 

Transaksi berbasis QR ini katanya dapat digunakan antarnegara dengan hanya memindai QR standard negara yang dikunjungi. transaksinya pun bisa dengan aplikasi pembayaran Indonesia. Begitupun sebaliknya.

Membayangkannya saja sudah tergambar kepraktisan-kepraktisan yang disuguhkan melalui terobosan RPC. Dengan ini tentunya pembayaran antarnegara ASEAN akan lebih cepat, mudah, transparan, dan inklusif. 

Saat bertransaksi menggunakan QR antarnegara, aplikasi perbankan atau jasa keuangan yang dipakai akan otomatis mengkonversi nilai mata uang luar ke rupiah, hal ini sangat bermanfaat bagi para customer agar lebih bijak dalam bertransaksi karena memiliki perbandingan berapa uang yang dihabiskan dalam nominal rupiah. Berkat QR antarnegara rasanya saya bisa melancong ke luar negeri dengan mantap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun