Mohon tunggu...
Dita ginata
Dita ginata Mohon Tunggu... Psikolog - Pelajar

Tersenyum lah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Film "Kartini"

10 Maret 2021   11:42 Diperbarui: 10 Maret 2021   12:09 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebodohan dan keluguan perempuan tanah Jawa pada zaman dahulu membuat para perempuan saat itu dianggap hanya sebagai teman pelengkap bagi laki-laki yang posisinya berada di belakang. Yang mana perempuan saat itu tidak memiliki hak untuk maju ataupun sekadar mengungkapkan pendapat. Pada saat itu sekolah bagi perempuan tidak diperbolehkan mereka dipingit hanya boleh berdiam diri saja di rumah.

Namun Kartini hadir membebaskan semua itu yang terangkum dalam sebuah film "Kartini" yang diangkat langsung dari kisah nyata seorang tokoh emansipasi wanita yaitu Raden Ajeng Kartini yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Film ini menceritakan tentang kehidupan Kartini (Dian Sastrowardoyo) yang memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sosok Kartini digambarkan sebagai seorang pemberontak  dan tak segan melawan orang yang menantangnya di saat ia tidak melakukan hal yang salah. Seperti saat ia melawan kakaknya yang berusaha memisahkan kamarnya dari ibu kandungnya, MA Ngasirah (Cristine Hakim) yang dirinya memang bukanlah berstatus bangsawan.

Kisah berlanjut sekarang Kartini telah memasuki masa pubertasnya ia dipingit dan diharuskan untuk berdiam diri di rumah dan mempelajari tata krama layaknya perempuan yang lain sembari menunggu ada lelaki yang meminangnya kelak.

Dari lubuk hati Kartini ia ingin menganyam pendidikan setinggi-tingginya hingga ke negeri Belanda. Namun, pikiran ia berkecambuk dengan pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa perempuan harus melakukan hal ini? Mengapa perempuan tidak bisa belajar seperti laki-laki? Dan pertanyaan lainnya yang menghiasi pikirannya.

Suatu hari kakak Kartini Sosrokartono ( Reza Rahadian) memberikan kunci lemari yang berisi buku-buku kepada Kartini sebelum ia pergi ke Belanda.  Kartini membaca buku-buku itu dan membebaskan pikirannya dengan berbagai macam khayalan yang divisualisasikannya secara nyata. Sampai ketika adiknya Kardinah(Ayushita) dan Roekmini(Acha Septriasa) masuk ke kamarnya untuk dipingit. Kartini pun mengajak kedua adiknya tersebut untuk membantu perjuangannya mendobrak tradisi bahwa sebenarnya perempuan wajib mendapatkan hak yang sama untuk sekolah
setinggi-tingginya.

Sepanjang hidup Kartini ia memperjuangkan  hak bagi setiap orang terutama hak untuk kaumnya. Ia berjuang agar tidak terpenjara dalam dunia luar dengan cara membaca buku,menulis,melawan tradisi kuno hingga menentang poligami.

Hingga perjuangan Kartini pun berhasil,ketika ia menikah dengan bupati dan mendirikan sekolah wanita dan menciptakam lapangan kerja bagi kaum miskin di Jepara, Jawa Tengah.

Lagi-lagi film yang disutradarai oleh Hanung ini sukses di khalayak masyarakat dengan pemilihan aktor yang profesional membuat perjalanan film terasa dijiwai dan hal-hal yang sangat detail yang membawa para penonton seakan ada pada tahun dimana emansipasi wanita di perjuangkan. Menyaksikan bagaimana perjuangan tokoh emansipasi wanita ini di zaman lalu, yang memperjuangkan hak perempuan tanah Jawa agar mereka tidak diperbudak dan hanya menuruti perkataan laki-laki saja.

Dalam film Kartini ini yang mana dibuat berdasarkan naskah cerita yang disusun oleh Hanung Bramantyo dan Bagus Bramathi ini, sosok Kartini ditampilkan sebagai seorang tokoh yang gagasan dan kiprahnya menginspirasi semua orang dan patut untuk diteladani oleh siapapun.

Terlebih untuk para perempuan muda agar senantiasa menginspirasi dan selalu berkarya menjadi perempuan hebat yang tak mudah goyah dan tidak bergantung kepada laki-laki.

Dilihat secara umum semua pemain berakting natural dan tampil seotentik mungkin sesuai dengan suasana di zaman aslinya.

Dian Sastro sebagai pemeran Kartini sangat menjiwai peranannya terlebih ia merupakan influencer dan aktris yang multitalenta ditambah reza rahadian sebagai pemeran kakak kartini yaitu Sosrokartono membuat perjalanan film ini menambahkan feel ekstra. Namun masih ditemukan pemeran yang sedikit kurang yaitu Denny Sumargo sebagai pemeran Slamet yang masih kurang berkesan dalam memerankan peran antagonis.

"Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan,pemandangannya sudah diperluas,tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya." (R.A Kartini)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun