Aarav memanglah anak yang lahir dari keluarga miskin ayahnya hanya buruh petani ubi kayu,Namun Aarav merupakan anak yang cerdas di sekolahnya,  tetapi kecerdasan yang ia miliki saja tidak mempengaruhi pembayaran uang sekolah.Â
Ia juga seorang anak yang pendiam hingga tak heran banyak sekali teman yang sering menganggunya,mulai dari menempelkan kertas ke badannya, ketika berjalan di halangi oleh kaki temannya hingga Aarav tersandung,dan banyak lagi kejadiaan yang sering dialami oleh Aarav.
Di sekolah ia dijuluki sebagai ayam burik karena penampilannya yang kusam serta baju seragam yang sudah berubah menjadi kekuning-kuningan dengan tas yang sudah banyak jaitan sana sini.
Kelas hari ini berakhir sangat tidak menyenangkan ia selalu teringat cemoohan yang di lontarkan
"Emang nasib seorang anak miskin selalu dipermalukan!" Gerutu Aarav dalam hati
 Bel pulang sekolah berbunyi, ia memutuskan untuk pulang paling terakhir karena dia masih merasa malu untuk bertemu orang-orang pikirnya pasti mereka akan terus memperolok kejadian tadi pagi.
Ia berjalan dengan kepala menghadap ke bawah karena  masih merasa malu hingga saat sampai di luar gerbang ia masih terkena olokan oleh dua orang temannya yang memang sedang menunggu Aarav sedari tadi.
"Haii Aarav si celana boolong" Ucap kedua orang temannya sambil tertawa dan bertepuk tangan.
Ia hiraukan itu sambil terus berjalan meninggalkan olokan yang dilemparkan padanya,tanpa sadar air mata Aarav berjatuhan.
Alangkah terkejutnya! Seorang kakek yang entah darimana datangnya menghentikan air mata yang terus berjatuhan itu,
"Hai anak muda sungguh kau adalah anak yang baik,kau anak jantan jangan sampai air mata mu terbuang sia-sia"
"Mmmm-maaf tapi kakek siapa?"
"Aku tau keadaan yang kau rasakan, aku berpesan kepadamu teruslah berjuang angkatlah derajat kedua orangtua mu,jangan kau dengarkan olokan temanmu jadikanlah pemicu semangat,bahwa kau bisa menjadi orang yang sukses percayalah nak,"