Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar dari Bang Jack dan Pak Jalal

24 Juli 2012   10:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah tahun ke 6 sinema Para Pencari Tuhan ( PPT ) menemani acara sahur keluarga kami. PPT yang disutradarai aktor senior Deddy Mizwar di SCTV setiap jam 03.00 dini hari itu selalu memberikan hiburan yang sarat pembelajaran. Sebuah cara cerdas dalam berdakwah.

Setting yang mengambil tema cerita kehidupan sehari-hari dengan bumbu komedi di sana sini dan cerita mengalir sewajarnya ( ga pake lebay ), membuat kami betah mengikuti cerita yang sarat ilmu buat orang awam seperti saya.

Arah Kiblat Itu Penting

Teringat di tahun lalu, Bang Jack, sebagai tokoh agama ( ustad )  di kampung tersebut menyadari posisi mushola yang miring/menyerong sehingga jamaah tak lurus menghadap kiblat saat menunaikan shalat. Ia kemudian menggerakkan warga untuk ”membetulkannya”, yang berarti membongkar bangunan yang telah ada selama bertahun-tahun lamanya.

Arah kiblat adalah hal yang substansial. Barangkali sebagian orang merasa terlalu besar mengorbankan dana pembangunan mushola hanya gara-gara posisi kiblat yang miring itu. Di sinilah kita dapat mulai menyimak, rupanya posisi ka’bah yang harus lurus itu sangat penting artinya bagi setiap muslim. Syarat sahnya shalat adalah menghadap kiblat. Ini sudah diatur sedemikian rupa, agar kita semua kompak dan teratur menghadap ke sebuah arah yang telah ditentukan.

Dan andai seluruh umat muslim yang sedang menunaikan shalat di seluruh penjuru bumi itu dilihat dari posisi atas, maka akan terlihat seperti semut-semut kecil yang berkeliling melingkari Ka’bah menyerupai tawaf. Tawaf yang merupakan rukun haji ini adalah bergerak mengelilingi kabah sebanyak 7x dengan arah berlawanan dengan jarum jam.  Ini sangat menarik, karena ternyata Allah telah mengatur sedemikan rupa. Susunan milyaran galaksi di alam semesta pun berbentuk lingkaran yang semua putarannya sama :bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.

Lalu kita mungkin bertanya, kenapa kok berlawanan dengan arah jarum jam? Saatnya kita memperhatikan sistematika sebuah ulir. Jika ia diputar ke kanan, maka ulir akan bergerak masuk atau pun turun. Sementara jika putarannya ke kiri, maka ia akan naik ke atas. Bukankah setiap gerakan ke atas ini sejalan dengan analogi mendekatkan diri kepada Sang Khalik?

Maka jika sekarang ini sudah banyak dilakukan sertifikasi arah kiblat di masjid-masjid, kita semua akan dapat menanggapinya dengan bijak, tidak serta merta menolak tanpa pengetahuan yang cukup...:)

Menghargai Hak Tetangga/ Orang Lain

Dikisahkan di epidose tadi malam, Pak Jalal adalah konglomerat yang pernah mengalami kebangkrutan usaha sehingga jatuh di titik terendah dalam kemiskinannya, dan kini telah kembali menjadi milyarder dengan usaha broker tanahnya. Namun begitu, ia memilih tinggal di sebuah gubug bersama istrinya, karena lebih menikmati kesederhanaan, dan sudah bosan jadi orang kaya...:)

Barangkali ini tidak akan kita temui di dunia nyata...karena di kehidupan sehari-hari, semakin besar pendapatan seseorang, biasanya keinginan terhadap kenyamanan dunia pun akan seiring sejalan. Kadang yang berada dalam kondisi pas-pasan bahkan kurang pun, seringkali memaksakan diri untuk bergaya hidup yang melebihi kapasitas pendapatannya.

Nah suatu ketika, Pak Jalal mendapati Maulana, seorang warga yang sedang menanam pohon buah di kebunnya.

”Heh....itu sebelah tanah siapa? Kebun orang kan? Kalo nanem pohon, jangan terlalu mepet ke garis batas. Pikirkan, jika nanti ia tumbuh besar, buahnya akan berjatuhan di kebun orang. Itu bisa jadi sumber konflik. Islam mengatur kehidupan sampai ke hal paling kecil, dari masa kini hingga masa yang akan datang. Mundur...mundur...!” Demikian dengan perintah Pak Jalal dengan gaya khas belagunya serta merta memberikan ceramah dan peringatan yang lebih mirip perintah pada Maulana sebagai tanda perhatiannya.

Sambil garuk-garuk kepala, Maulana menjawab ”Lah, kalo gitu....susah amat jadi orang Islam ya”

”Ya memang susah! Kalo mau gampang, jadi batu aja lu!” sambar Pak Jalal ketus seperti biasanya.

Percakapan yang dikemas bak dagelan ini sungguh menjadi pengingat kita semua.

Saya jadi teringat, di jaman dulu, orang tua di kampung selalu bilang, bahwa untuk membuat pagar dari tanaman bambu, tidak boleh terlalu menjorok ke garis batas kebun/lahan orang. Kenapa? Suatu saat mereka akan tumbuh rimbun di masa yang akan datang, dengan akar yang menjalar kemana-mana. Bambu mempunyai kecenderungan tumbuh miring ke luar, sehingga dengan lebatnya dahan, akan merugikan orang lain dengan sampah daun-daun keringnya. Akarnya akan mengganggu lahan / tanah sang tetangga sehingga sulit menjadi media tanam bagi tumbuhan lain.

Hal-hal yang kelihatannya sepele tersebut sesungguhnya adalah inti dari keindahan ajaran Islam, yang jika dilaksanakan akan tercipta kehidupan yang tenang, damai, dan saling menghargai dengan tetangga maupun orang lain.

Lalu, bagaimana dengan orang-orang di daerah perkotaan yang membangun teras rumah ataupun pagar melebihi garis tanah yang menjadi haknya?  Sadarkah kita bahwa saat kita berharap sedikit tambahan ruang untuk tempat tinggal dengan memakan ”sedikit jalan” adalah melanggar hak orang lain, termasuk menjadikan penyempitan jalan?

Seringkali kita mengabaikan hal-hal yang kelihatannya kecil dan sepele, karena melihat orang lain juga melakukan hal yang sama. Maka apakah kita akan menjadikan mereka, orang-orang yang sengaja atau tanpa sengaja berbuat kelalaian dan kekhilafan sebagai guru-guru kita?

Semoga, kita menjadi golongan orang yang mau belajar dan berusaha menjalankan Islam secara kaffah ( menyeluruh), tidak pilih-pilih ajaran mana yang ingin kita amalkan, dan perintah mana yang bisa kita tunda atau abaikan.

Mengetahui sifat makhluknya, Allah telah memberikan peringatan bagi kita semua, jauh-jauh hari sebelumnya :

Hai orang-orang yang beriman, masuklah  kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah), sesudah datan kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ( Al Baqarah 20-209).

So, belajar ke Bang Jack cs lagi yukk!! :):)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun