Untuk kesekian kali,
Ijinkan kuhamparkan kembali satu kisah di hari lalu,
Biarkan serupa kaset usang,
Moga tak kusut dan menyusut oleh jaman,
Duduklah anakku, tetap takzimlah di situ,
Hikmati rinai kasih yang menghujanimu selalu
Agar pada pergantian waktu,
Ada satu dua hal yang kan terus kubawa serta
Untuk kusiapkan bak mutiara manikam bagimu,
titipan pemilik semesta untukku
Ketika itu pertukaran musim masih amat dipedulikan,
Kaki-kaki kecil kami melintasi jembatan bambu yang melintang,
Tak sedemikian kokoh memang, namun cukuplah ia mampu menopang,
Di atas sungai kecil sumber kehidupan.
Menuju surau serupa bilik tua di kejauhan,
Bergegas kami menembus pekat malam,
Bawa sekeranjang benih ilmu yang terselip di setiap kalam,
Duduk di di sebidang anyaman tikar pandan
Takzim menyimak kisah para nabi dan mukjizat-mukjizat Tuhan,
Terbata-bata mengeja ‘A-Ba-Ta-Tsa’ dengan bimbingan para guru nan sabar,
Melantunkan shalawat memecah sunyi mencipta kehangatan,
Menyalakan lentera hati dengan sebulat tekad tuk bekal di hari depan.
Jalan setapak kami berpagar belukar dan ilalang,
Suara jengkerik terdengar nyaring seolah melantunkan kidung penghiburan
Hujan lebat telah menguji kami dengan basah kuyup seluruh badan,
Namun aroma kecintaan, telah menumbuhkan suka cita ringankan beban,
Ya, sungguh. Merekalah saksi semesta betapa perjuangan telah mulai digulirkan,
Perlahan menanam kesadaran, betapa bekal ilmu itulah sebaik-baik pegangan.
Selalu ada jalan berliku tuk mencapai kebahagiaan yang Dia tawarkan,
Kini kau tahu,
Betapa perputaran roda jaman telah menempatkanmu di atas kemudahan,
Jalan menujuNya amat lebar, berhias lampu yang berpijar terang benderang
Hidangan ilmu sekadar menunggu mulutmu terbuka
dan mengenyamnya dengan kesungguhan,
Dunia kini telah menyusut, hingga tergenggam oleh telapak tangan kecilmu,
Hanya diperlukan kesediaanmu membuka diri tuk mengusir kemalasan,
Hanya dibutuhkan tekadmu tuk mengisi hidup dengan karunia yang Dia tebarkan,
Hanya kekuatan pribadimu yang kan mampu menolongmu,
Membangun imaji terindah pada setiap kalam yang terlantun di pagi dan petang,
Memahat harapan terbaik pada setiap sujud panjang di hening malam,
Membuat sketsa termanis atas akhir masa yang semoga Dia mungkinkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H