Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Oleh-oleh Misterius

13 April 2014   13:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca status FB seorang sahabat yang berbagi gembira dan mengungkapkan kesyukuran karena baru beroleh rizki berupa oleh-oleh teman dan kenalan berupa manisan rumput laut khas Lombok dan Bapia khas Jogja saya jadi teringat sesuatu. Sebuah kejadian cukup langka tentu saja.

Suatu sore ketika pulang dari kantor yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari tempat tinggal, saya dikejutkan oleh dua kotak makanan yang ada di meja. Satu kotak wingko babat “Dryana” isi 20pcs, dan satu kotak lagi tahu Cahungaran. Tentu saja saya langsung berseru pada asisten yang pastinya sebagai pihak penerima. “Mbak, ini oleh-oleh dari siapa?”

Yang dijawab dengan “Iya Bu, maaf saya lupa tadi dari Ibu siapaaa gitu. Katanya buat Ibu..” Demikian si embak meyakinkan berkali-kali kalau si pengirim itu menyebutkan nama saya sebagai orang yang hendak diberi oleh-oleh itu. Sayang sekali dia lupa siapa nama pengirimnya, meskipun memori sudah dikerahkan sedemikian rupa. Dia mengakui kekeliruannya, kenapa tidak dicatat sehingga nama-nama yang asing dan sulit diingat bisa tetap dilaporkannya.

Wah Mbak… aku bingung nih. Harus senang atau harus waspada. Senang karena dapat rejeki makanan segini banyak, waspada karena jangan-jangan orang itu salah kirim. Soalnya temanku ga ada yang lagi pergi atau mudik ke Semarang lho. Aku udah ingat-ingat, tidak ada satu pun kerabat dan sahabatku yang punya potensi untuk kirim oleh-oleh ini. Tadi naik apa yang ngirim? Ciri-cirinya seperti apa orangnya?” saya masih juga penasaran dibuatnya.

Naik motor Vega R warna hijau muda baru Bu. Masih muda, laki-laki. Dia bilang disuruh sama si Ibu siapaaa itu…” Jawabannya bukan memberi titik terang, malah jadi membuat saya semakin penasaran.

Ya sudahlah..  Entah siapa yang mengirimkan, semoga Allah membalas pahala kebaikan. Rizki ini kita nikmati aja, tahunya digoreng saja Mbak. Kalau nanti ada yang datang kembali terus bilang kalau salah kirim ya kita bayar aja. Hehehe” Demikian saya memutuskan.

Wingko dan tahu baso itu lalu menjadi kudapan meriah sore itu dan sempat saya bagi ke tetangga yang main, ke teman yang mampir. Saya ceritakan ‘oleh-oleh’ misterius itu pada semua yang ikut makan. Berharap suatu hari ada orang yang memberi tahu bahwa dialah yang mengirimkan. Sekadar sebagai tempat saya mengucapkan terimakasih, dan mengobati rasa penasaran saya sekaligus pastinya. Sebuah hal yang tak pernah saya lakukan mengecek di internet berapa harga makanan pemberian, karena pastinya terbilang ‘pamali’ atau tidak pantas .

Karena meskipun tak seberapa harganya, sebuah pemberian itu pada akhirnya memiliki nilai jauh di atas nominal karena niat baik yang mendasarinya. Niat baik atas nama persahabatan, kekerabatan, kekeluargaan yang tak dapat dikonversikan dengan mata uang.

Namun untuk kasus ‘oleh-oleh misterius’ ini, saya terpaksa mengintip harga di google dan saya dapatkan angka cukup signifikan. Wingko aneka rasa kisaran harga Rp. 73.000,-/dus di tahun 2012 ( mungkin ada kenaikan beberapa persen di tahun ini ) dan tahu Rp. 20.000,-/dus. Karena nilai itulah yang harus saya persiapkan ketika ada pihak yang mengklaim ‘salah kirim’.  Hingga dua pekan berlalu, tak ada berita apa pun soal oleh-oleh itu, sehingga saya memilih memaknai, inilah rahasia rizkiNya. Rizki yang datang dari arah tak disangka-sangka dalam arti sebenarnya. Rizki yang bahkan tak tahu darimana asal muasalnya :D

Kita sering mendengar, pemberian atau amal kebaikan yang terbaik adalah yang dilakukan dengan diam-diam. Bukan amal yang digembar-gemborkan meskipun terbungkus dalih sebagai contoh teladan. Karena bahaya lain mengintai ; riya atau sombong. Dimana sebutir kesombongan sudah cukup menjadi alasan Tuhan untuk menjadikan sia-sia seluruh perbuatan kebaikan.

Pemberian ketika tangan kanan mengulurkan, tangan kiri tidak pernah tahu. Tapi untuk kasus oleh-oleh ini, ada baiknya jika Anda mau memberikan sesuatu pada pihak lain, minimum diberi tahu si penerimanya. Jika pun menyuruh pihak lain, coba dicek, apakah benar si penerima sudah menerima kiriman Anda. Bukan pamrih ucapan terimakasih, terlebih menjaga jangan sampai salah sasaran. Atau pun setidaknya tidak membuat si penerimanya penasaran  :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun