Di sebuah Minggu pagi yang cerah saya dan keluarga berniat mengisi waktu dengan mengajak jalan-jalan putri kami ke pusat kota. Hal yang sering enggan kami kerjakan jika mengingat kemacetan ibukota. Saat itu jalanan Jakarta masih cukup lancar karena sebagian pemudik masih asyik di kampung halaman mereka masing-masing. Atau mereka memilih tinggal lebih lama sambil berharap kepadatan arus mudik mereda? Bisa jadi, karena tahun ini mungkin tercatat sebagai tahun paling ruwet dengan tingkat kemacetan luar biasa dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Bagi kami, jalan-jalan sambil menyelipkan satu agenda pertemuan dengan rekan bisnis ataupun kolega adalah hal yang lazim dilakukan. Perihal bekerja sambil berlibur dan sebaliknya memang harus dinikmati tanpa membolehkan keinginan mengeluh sempat terbersit atau tumbuh dalam benak kami. Ya, karena itulah pilihan hidup yang harus dijalankan dengan ikhlas dan suka hati J
Tak terkecuali hari itu, kami mampir ke sebuah perusahaan di Kawasan Industri Pulogadung, karena suami sudah membuat janji temu dengan seorang teman untuk membahas pekerjaan.
Lebih dari satu setengah jam kemudian, barulah kami bisa melanjutkan jalan-jalan. Yang ternyata hari telah memasuki pertengahan siang.
Hampir selalu ada saja cerita yang menarik di setiap pertemuan. Dan kali ini sebuah cerita unik cukup membuat kami tertawa hingga mengobati kejenuhan saya menunggu di parkiran.
“Tadi Pak Wp cerita tentang seorang jalan seorang pengusaha sukses keturunan China. Bagaimana ia dulu begitu nekadnya mencari modal dengan caranya sendiri. Jadi dulu pengusaha itu pernah jaya, tapi kemudian karena sesuatu hal, usahanya surut dan tutuplah perusahaannya. Tapi sejatuh-jatuhnya dia, masih memiliki modal Rp. 100juta.
Nah beberapa saat memang ia tidak terlihat menjalankan aktifitas apa pun. Mungkin juga sedang menata diri untuk bangkit. Di sela-selanya, ia mengajukan pinjaman pada seseorang ( tentunya pemilik dana besar ) sebesar Rp. 30juta, untuk waktu 1 bulan. Dapatlah ia uang pinjaman tersebut, lalu disimpan di bawah kasur tempat tidurnya. Tidak diapa-apakan. Tiga minggu kemudian, ia kembalikan uang 30juta tersebut ke pemilik dana beserta sejumlah bagi hasil yang disepakati. Si pemilik dana tentunya senang karena dana yang dia pinjamkan kembali lebih cepat dari yang dijanjikan.
Bulan berikutnya, pengusaha itu kembali mengajukan pinjaman. Kali ini lebih besar lagi, Rp. 50juta. Dan seperti sebelumnya, ia hanya mendiamkan dana itu selama 2 minggu, dan kemudian mengembalikan dengan tambahan uang bagi hasil sesuai kesepakatan.
Maka ketika ia meminjam untuk ketiga kalinya, sebesar Rp. 100juta, tentu si pemilik dana dengan mudahnya menyetujui mengingat dua periode sebelumnya semua berjalan lancar. Dan ketiga kalinya pun, dana itu kembali lebih cepat dari yang dijanjikan.
Kali keempat, pengusaha itu mengajukan pinjaman berikutnya. Kali ini tidak tanggung-tanggung, 1 trilyun! Angka yang tidak main-main untuk sebuah investasi perorangan bukan? Si pemilik dana yang pastinya sudah ‘ketakar’ oleh si pengusaha berapa kekuatan finansialnya garuk-garuk kepala. Benar bahwa 3x ia telah meminjamkan dana dan semua uangnya selamat berikut penerimaan bagi hasil yang diberikan. Tapi 1 trilyun bukan uang yang sedikit untuk dijadikan sebuah pertaruhan. Maka ia pun minta waktu untuk mempertimbangkannya.
Dan beberapa hari kemudian, si pemilik dana menyanggupi memberikan pinjaman investasi 50% dari yang diajukan, yaitu 500 milyar. Tentu dengan sederet klausal yang telah disepakati bersama.
Maka mulailah pengusaha itu bangkit mengawali usaha barunya kembali. Ia keluar dari pertapaan setelah mengantongi modal yang ia peroleh dari sebuah KEPERCAYAAN
Benar bahwa ia telah mengorbankan beberapa rupiahnya terlebih dahulu untuk berbagi hasil usaha yang sebenarnya tidak pernah ia jalankan karena uang tersebut hanya disimpan di bawah kasur. Tapi dengan caranya, ia mampu menarik sebuah kepercayaan dari pemilik modal. Dan dengan modal kepercayaan itulah ia kemudian kembali memperoleh kesuksesannya kembali.”
“Hahaha.. geblek banget ya. Serius ga tuh Pak ceritanya? Nekad banget itu orang!” komentar saya.
“Ya katanya sih beneran. Pelajarannya ya seribu jalan menuju Roma. Jadi pengusaha memang kadang harus nekad. Tapi nekad dengan kalkulasi-kalkulasi juga pastinya. Buat kita uang 100juta itu besar, tapi buat si pengusaha kawakan ya jalan dengan modal segitu mendingan diem dulu sambil cari jalan buat narik investor…”
Sekelumit cerita tentang kenekatan menggelindingkan usaha itu menjadi obrolan yang meriah hari itu. Bahwa mungkin ada jutaan cerita unik di balik kesuksesan seseorang dalam menjalankan usaha. Ada faktor nekad, yang dipadu padan dengan kerja keras dan terus mencari peluang serta kesediaan terus belajar.
Senekad apa Anda, boleh-boleh saja asal tetap dengan perhitungan yang matang! :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H