Mohon tunggu...
Disty Ayu Pratiwi
Disty Ayu Pratiwi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Magister Profesi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Magister Profesi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aku Bangga tapi Aku Rugi?

24 Januari 2022   07:30 Diperbarui: 24 Januari 2022   08:23 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa bilang merasa bangga dan dipuji merupakan suatu hal yang baik? Memang hal itu menyenangkan, namun apabila tidak adanya kontrol diri maka bisa menjadi boomerang bagi kita. Menurut filsafat tentang paham eksistensialisme yang dikemukakan oleh Jean Paul Sarte, manusia dipandang "ada" dan memiliki kesadaran atas dirinya sendiri bahwa dirinya ada dan menempati dunia ini, sehingga dapat memberikan suatu hal yang bermakna baginya. Eksistensialisme pada dasarnya adalah aliran filsafat yang memiliki tujuan untuk menjadikan keberadaan manusia agar cocok dengan keadaan hidup yang dimiliki dan dihadapinya. Manusia berada di dunia sudah dengan eksistensinya yang kemudian ia akan mencari tujuan atau makna untuk menjalani kehidupannya [1].

Berdasarkan paham keberadaan tersebut, menyebabkan manusia mencari suatu kebebasan dalam dirinya. Kebebasan sendiri memiliki banyak arti yang tergantung dari pandangan masing-masing individu, sehingga apabila salah dalam mempersepsikan maka kebebasan itu dapat mengganggu mental seseorang. Salah satunya yakni Narcissistic Personality Disorder (NPD)  atau Gangguan Kepribadian Narsistik. NPD ini terjadi karena adanya perilaku ataupun sikap individu yang berlebihan terhadap dirinya sendiri. Mereka menganggap bahwa dirinya memiliki keunikan dan kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, sehingga pemikiran tersebut membuat individu selalu mengharapkan perhatian dan pujian yang berlebih dari orang lain [2]. Individu NPD ini juga memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi, membanggakan diri, dan membesarakan pencapaian mereka untuk mengesankan orang lain. Orang yang NPD ini kurang dalam berempati pada orang lain namun rasa mementingkan diri sendiri sangat kuat [3]. Penyebab individu mengalami NPD ini dapat berasal dari faktor genetik, jenis kelamin, pola asuh orangtua yang gagal dalam membentuk the self yang sehat pada diri anak, maupun karena pengaruh budaya yang ada di lingkungan sekitar dimana semakin banyaknya sikap individualis seseorang maka akan memunculkan budaya narsisme [4].

Ciri yang paling umum individu dengan NPD ini adalah perasaan dingin dan tidak adanya emosi kepentingan timbal balik dengan orang lain, perilaku berpura-pura yang berlebihan, dan kebutuhan akan kekaguman. Seringkali mereka yang NPD ini tampil sok dan egois sehingga sibuk dengan seberapa positif orang lain menghargai mereka [3]. Gangguan psikologis seperti ini tidak boleh dianggap "enteng" karena dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain disekitar anda apabila tidak diketahui dan ditangani lebih dini. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk berwawasan luas tentang kesehatan mental agar terhindar dari gangguan psikologis yang sangat rentan menyerang diri [5].

Referensi

[1]      E. Purnamasari, "Kebebasan Manusia Dalam Filsafat Eksistensialisme (Studi Komparasi Pemikiranmuhammad Iqbal Dan Jean Paul Sartre)," Manthiq, vol. 2, pp. 119--133, 2017.

[2]      D. P. Sari, "Gangguan Kepribadian Narsistik dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental," Islam. Couns.  J. Bimbing. Konseling Islam, vol. 5, no. 1, p. 93, 2021, doi: 10.29240/jbk.v5i1.2633.

[3]      American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder Edition "DSM-5". Washinton DC: American Psychiatric Publishing. Washinton DC.

[4]      R. Sabekti, A. Yusuf, R. Pradanie, and F. Keperawatan, "AKTUALISASI DIRI DAN KECENDERUNGAN NARSISME PADA REMAJA AKHIR PENGGUNA MEDIA SOSIAL (Self-Actualization and Trends of Narcissism in Adolescent Social Media User)," vol. 1, no. 1, pp. 7--13, 2019, [Online]. Available: http://e-journal.unair.ac.id/PNJ%7C7JournalHomepage:https://e-journal.unair.ac.id/PMNJ/index.

[5]      F. MA and M. M. Anto, "Importance of mental health awareness among school teachers in bridging mental health treatment gap in India," Int. J. Soc. Psychiatry, 2021, doi: 10.1177/0020764021991889.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun