Jika kita telisik secara lebih jauh, peran emak-emak merupakan sendi penting dalam kehidupan bernegara. Suara emak-emak acap kali adalah sebuah indikator ketidakadilan akibat perumusan kebijakan publik yang salah, baik terkait ekonomi atau isu kesejahteraan, bahkan hukum sekalipun. Suara emak-emak adalah pelantang yang secara nyaring menyuarakan adanya kegagalan pemerintah dalam menjaga kestabilan ekonomi, juga ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola pemerintahan secara adil.
Namun sayangnya dewasa ini emak-emak sering menjadi objek perundungan oleh kalangan netizen, hal itu biasanya terkait sikap emak-emak yang acap kali sulit terprediksi ketika mereka berkendara di ruang publik, atau sikap kekeh mereka ketika berargumen dalam mempertahankan sesuatu, yang kemudian terkesan 'ngotot' bahkan melabrak patron di ruang sosial. Kata emak-emak kini mengalami pendangkalan bahkan merujuk sesuatu yang pejoratif ketika itu diucapkan, menunjuk pada sikap yang tidak mau kalah dan selalu benar. "Kelar hidup lo" begitu frasa yang sering terlontar ketika kita berhadapan dengan emak-emak dalam suatu situasi yang tidak menguntungkan.
Jelas hal tersebut adalah upaya untuk mendegradasi suara emak-emak untuk naik satu oktaf dalam menyuarakan keadilan dan kemakmuran bagi bangsa ini. Pada sisi ekonomi peran emak-emak begitu signifikan dalam menjaga harga kebutuhan pokok tetap stabil. Ilmu ekonomi sendiri secara etimologis merujuk pada aktivitas kerumahtanggan, Oikos begitu orang Yunani menyebutnya. Jelas di situ peran emak-emak adalah sentral dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi. Suara emak-emak adalah suara yang penuh perjuangan dengan tuntutan keadilan, maka salah besar jika kita mengabaikan suara emak-emak.
Pada Pilpres 2019 ini pun emak-emak memainkan peran kunci, bagimana emak-emak menentukan pemimpin pilihannya. Presiden pilihan emak-emak adalah pemimpin yang dianggap mampu menjaga keadilan dan kestabilan ekonomi untuk kehidupan ke depan. Emak-emak juga adalah orang yang sangat peka terhadap kejujuran, siapa pemimpin yang benar-benar menperjuangkan keadilan dan mana yang hanya memakai keadilan sebagai isu untuk lobi politik dalam mendongkrak elektabilitas semata. Emak-emak tidak bisa dibohongi oleh janji-janji, apalagi data yang penuh manipulasi. Meraka adalah orang yang sangat tajam dalam menganalisa kebenaran data, tau mana harga yang asli dan paslu, mereka menguasai secara penuh apa yang sebnarnya terjadi di pasar. Jadi tidak akan ada yang mampu berbohong dihadapan emak-emak dengan hanya bermodal iming-iming harga murah.
Kemarin, rabu 20 Februari 2019 telah terjadi sebuah gerakan revolusioner dari emak-emak. Mereka bersuara menyampaikan aspirasi politiknya. Jelas emak-emak paham betul dengan politik, sebab perjuangan politiklah yang dapat menjamin dapur mereka tetap ngebul. Ratusan emak-emak yang tergabung dalam Komunitas Rabu Biru Indonesia mendeklarasikan dukungan untuk paslon nomor urut 02.Â
Dengan penuh akal sehat, pikiran, dan nurani mereka menuntut adanya perubahan atas ketimpangan yang terjadi di Republik ini. Mereka  tidak terima dengan keadaan timpang tersebut dan ingin menyegerakan perubahan. Mereka untuk berjuang demi perubahan tersebut. Bagi mereka sosok Prabowo Subianto adalah orang yang tepat untuk memimpin perjuangan ke arah Indonesia adil dan makmur ini.
Kalau emak-emak sudah turun ke gelanggang politik, jelas gerakan revolusioner akan. Karena emak-emak memiliki kesadaran dan kehawatiran terhadap apa yang terjadi pada bangsa, dan berjuang semata demi keselamatan anak cucu mereka.
Suara aktivisme emak-emak dalam politik adalah sinyal bahaya bagi kekuasaan, sebab suara itu adalah tanda telah terjadi ketidakadilan, ketimpangan, dan kondisi perekonimian yang sulit. Ketika emak-emak mulai bersuara, kekuasaan harus siap-siap diganti. Â Suara emak-emak tidak bisa dikalahkan!
Sumber: