Sumbangan TulisanÂ
Oleh: Nasarudin Yaho
Kabar duka muncul dari Kraton Solo. Kiai Joko, salah seekor kerbau pusaka kraton mati (22/1), dengan kondisi mengenaskan, mulutnya penuh bisul dan bernanah.
Dalam tradisi Jawa, setiap peristiwa kraton selalu dihubungkan dengan mistisisme tertentu, apalagi menyangkut pusaka kraton.
Selain Kiai Joko pusaka kraton Solo yang dianggap sakti adalah Kiai Slamet. Keduanya dihormati dan dikeramatkan. Ketika berkeliaran di jalan tidak ada yang berani mengusik. Bahkan kotorannya sekalipun dibuat rebutan karena dianggap bertuah.
Ketika Kiai Joko mati dalam kondisi yang mengenaskan hal ini bisa menjadi kode dari langit yang membawa arti tertentu. Mulutnya yang bisulan dan bernanah bisa dikaitkan dengan kebiasaannya sewaktu hidup yang kurang baik dalam mempergunakan mulutnya.
Kondisi ini juga bisa dikait-kaitkan dengan kepemimpinan nasional sekarang yang dianggap kurang berkah karena banyaknya bencana. Hal ini menjadi peringatan keras dari langit agar para penguasa mawas diri.
Hilangnya pusaka kraton dan banyaknya bencana alam menjadi tanda bahwa kekuasaan seorang pemimpin mulai kehilangan legitimasi ilahiah.
Orang bisa saja menganggap hal ini sebagai takhayul atau gugon tuhon. Tetapi hal itu bisa dibuktikan secara ilmiah.
Survei terbaru Median yang dirilis minggu ini menyebutkan margin keunggulan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amien dari Prabowo Subianto-Sandi Uno tinggal 9,2 persen. Terungkap pula bahwa elektabilitas Jokowi-Makruf turun atau stagnan.
Salah satu faktor menarik yang membuat pemilih enggan mencoblos Jokowi-Makruf adalah banyaknya bencana yang terjadi sekarang.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat awam masih percaya kepada kekuatan supranatural dari langit yang mempengaruhi kepemimpan seseorang. Dalam tradisi Weberian salah sumber kepemimpinan adalah kekuasaan ilahiah yang diturunkan dari langit melalui wangsit atau wahyu.
Seseorang bisa menjadi raja atau penguasa seperti presiden karena mendapat wahyu dari langit. Demikian pula, semua tanda-tanda alam selalu dikaitkan dengan kepemipinan seseorang. Jika kondisi alam damai tentram, cuaca bagus, sehingga hasil alam dan pertanian bagus maka pemimpin negeri dianggap mendapatkan berkah dari langit. Sebaliknya, kalau kondisi alam buruk, banyak bencana, banyak pagebluk atau penyakit, maka ditafsirkan bahwa alam tengah murka dan mengirim pesan keras kepada penguasa yang sudah kehilangan legitimasi dari langit.
Matinya Kiai Joko dan rentetan bencana sekarang ini adalah kode langit bahwa kekuasaan nasional sudah memasuki sandya kala dan segera muncul ratu baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H