"Intel itu intelin musuh negara, jangan intelin mantan presiden RI, mantan ketua MPR, anaknya proklamator, mantan panglima TNI, intelin ulama besar kita," tegas Prabowo Subianto dalam sebuah Pidato Kebangsaan. Jelas ucapan tersebut adalah peringatan bagi aparatur intelejen negara, bahwa pentingya bekerja secara profesional dan penuh integritas.
Sejatinya memang benar apa yang diucapkan Prabowo Subianto, tugas intelijen adalah memata-matai musuh negara negara yang berpontensi mengancam kedaulatan, bukan justru menspionase bangsa sendiri.Â
Sindiran telak itu jelas menghamtam integritas pemerintah, menunjukkan bahwa yang dicemaskan oleh penguasa saat ini bukanlah lagi soal infilterisasi asing yang ingin mengacak-acak NKRI, tapi bangsa sendiri, mereka yang memiliki potensi menjadi oposisi yang kemungkinan akan mendongkel pemerintahan dari tampuk pemegang kekuasaan.
Memerintahkan intelijen memata-matai oposisi petanda bahwa rezim ini sedang dilanda kepanikan, takut status kekuasaanya terganggu. Sampai-sampai spionase harus dijadikan jalan untuk memantau setiap gerakan lawan politik.
Memang intelijen sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah, tapi bukan berarti intelijen dapat ditunggangi untuk melancarkan kepentingan untuk mengamankan kekuasaan. Pemerintahan yang cerdas seharusnya paham bagaimana tugas dan fungsi utama intelijen negara.
Keterlaluan jika negara sampai harus secara khusus menugaskan intelijen memata-matai mantan presiden RI, mantan ketua MPR, anaknya proklamator, mantan panglima TNI, intelin ulama besar. Hal tersebut sama saja dengan mengatakan mereka semua adalah ancaman dan musuh bagi negara yang berpotensi menggangu kedaulatan NKRI.
Sepertinya pemerintah saat ini ingin menerapkan sebuah masyarakat sebagaimana yang George Orwell tuliskan dalam sebuah novel 1984. Pemerintah ingin menerapkan Orwellian Society, sebuah tatanan masyarakat yang berda di bawak kendali penuh pemerintah dan menihilkan ruang kebebasan dalam beraspirasi. Setiap gerak-gerik yang kita lakukan selalu berada dalam pengawaan agar sewaktu-waktu bisa dilumbuhkan jika berpotensi membahayan kekuasaan.
Atau jangan-jangan pemerintah ingin menerapkan tatanan masyarakat seperti kolega dagang dekatnya yaitu China, yang telah lebih dahulu menerapkan sistem sebagaimana yang digambarkan Orwell. If you want to understand China, read George Orwell kutipan pada sebuah judul berita Washington Examiner.
Kelakuan pemerintah menginteli lawan politiknya saat ini jelas telah keluar jalur dan sangat kerterlaluan. Semoga pemerintah lekas sadar dan kembali ke jalan yang benar, keluar dari kolam keruh hasrat ingin terus berkuasa. Pergantian adalah hal yang lumrah, ketakuan akan pergantian itu yang harus diubah, pun begitu dengan pergantian presiden.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H