Reuni Akbar 212 di Monas, Ahad, 2 Desember 2018 kemarin, selain menjadi pembuktian kebangkitan umat Muslim di Indonesia, hal itu juga menjadi memontum bagi Prabowo-Sandi untuk merauk suara umat Muslim dalam pertarungan Pilpres 2019 mendatang.
Dapat dikatakan demikian karena secara tidak langsung, kehadiran sosok Prabowo dalam acara Reuni 212 menonjolkan sisi sebagai Calon Presiden, walaupun tak tersirat dalam orasinya. Secara simbolik, kehadiran Prabowo memberi kepastian dan kegelisahan massa 212 atas permasalahan Negara ini.
Di sisi lain, hal itu diperkuat dengan ucapan juru bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin, yang menyebut kelompoknya mengundang Prabowo dan seluruh politikus yang berhaluan sama dengan mereka. Artinya, dukungan tersebut terpampang nyata meskipun tidak harus dilontarkan dengan ucapan para umat Muslim yang hadir dalam Reuni 212.
Sepertinya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada dalam zona kuning, pasalnya menurut survei yang digelar Alvara sebelumnya pada Februari hingga Mei 2018, elektabilitas Jokowi berada di angka 46,8 persen. Sementara dalam survei terbaru, elektabilitas Jokowi naik menjadi 48,4 persen atau meningkat hanya 1,6 persen.
Berbanding terbalik, ternyata elektabilitas Prabowo meningkat cukup pesat antara bulan Februari sampai dengan Juli 2018. Prabowo sebelumnya hanya berada pada angka 27,2 persen, melonjak menjadi 32,2 persen pada bulan Agustus.
Kebangkitan umat Muslim terlihat jelas, masyarakat akan memilih karena rekam jejak kedekatan Prabowo dengan kelompok Muslim. Prabowo selama ini berada di barisan terdepan ketika ada ulama yang dikriminalisasi atau dipersekusi. Prabowo-Sandi dengan partai koalisinya lebih nyata membela ulama dan kelompok Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H