Mohon tunggu...
Dista Putri
Dista Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya perempuan, hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ilmu Kalam sebagai Metode Dialog Teologi Antaragama

2 Desember 2024   11:32 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:22 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu aspek penting dalam Ilmu Kalam adalah penggunaan rasionalitas dalam membangun argumentasi. Pendekatan ini membuat Ilmu Kalam relevan dalam dialog lintas agama. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip logika dan rasionalitas, perbedaan keyakinan dapat didiskusikan secara terbuka atau bersama tanpa menimbulkan konflik emosional.

Misalnya, konsep Tuhan yang Esa dalam Islam dapat dibandingkan dan dikaji secara bersama dengan konsep ketuhanan dalam agama lain seperti Kristen, Hindu, dan Yahudi. Perdebatan ini dapat menimbulkan atau membawa pemahaman yang lebih mendalam terhadap keyakinan masing-masing tanpa harus menegasikan kepercayaan yang lain.

Sejarah telah mencatat beberapa momen penting di mana pendekatan Kalam digunakan dalam dialog antaragama.Seperti, pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, para cendekiawan Muslim berdiskusi dengan para filsuf Yunani dan teolog Kristen tentang konsep-konsep metafisika. Para ulama seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Al-Ghazali mengembangkan argumen teologis yang tidak hanya memperkuat keyakinan Islam tetapi juga menjawab pertanyaan yang mendasar untuk semua agama.

Dalam konteks modern, pendekatan Kalam dapat digunakan untuk mendiskusikan isu-isu teologis seperti kejahatan dan penderitaan (problem of evil), eksistensi Tuhan, dan kehidupan setelah mati. Diskusi semacam ini dapat membantu membangun jembatan dialog antara umat beragama di tengah dunia yang semakin plural.

Meskipun Ilmu Kalam memiliki potensi besar dalam dialog antaragama, akan tetapi ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dengan seksama. Salah satunya adalah perbedaan epistemologi dan metodologi antara agama-agama yang berbeda. Tidak semua agama memiliki tradisi teologi rasional yang sama atau setara dengan Ilmu Kalam, sehingga mungkin sulit mencari titik temu.

Selain itu, kepekaan terhadap keyakinan religius masing-masing pihak juga harus dijaga agar dialog tidak berubah menjadi debat yang menjadi permusuhan atara sesama. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang inklusif dan penuh penghormatan terhadap perbedaan.

Ilmu Kalam, dengan basis rasionalitas dan logikanya, dapat menjadi metode yang efektif dalam dialog teologi antaragama. Melalui pendekatan ini, umat beragama dapat berdiskusi secara konstruktif tentang isu-isu teologis yang mendalam, membuka ruang untuk saling memahami, dan membangun harmoni di tengah keberagaman. Dalam dunia yang terus menghadapi konflik berbasis agama, Ilmu Kalam dapat menjadi salah satu alat penting untuk menciptakan perdamaian dan saling pengertian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun