Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Sumber Pengetahuan Suku Dayak dalam Menentukan Waktu Kerja yang Baik

8 Februari 2021   07:32 Diperbarui: 9 Februari 2021   09:38 5121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iustrasi masyarakat Suku Dayak (Foto: Kompas.com)

Masyarakat Dayak, khususnya masyarakat Dayak tradisional punya cara unik untuk menentukan waktu kerja yang baik. Paling tidak ada tiga sumber pengetahuan masyarakat Dayak.

Pengetahuan ini bermanfaat untuk menentukan kapan pekerjaan ladang atau pertanian dapat berlangsung. Misalnya petunjuk dari suara burung, petunjuk dari bulan dan bintang dan petunjuk dari musim.

Masyarakat Dayak mengenal juga apa yang dimaksud hari baik dan bulan baik, sehingga setelah lahan pertanian didapatkan, mereka akan menentukan kapan pekerjaan akan dimulai.

Penentuan waktu kerja biasanya pada bulan Juni dan Juli. Pada hari dalam bulan itulah ditentukan waktu untuk memulai kerja pertama kali yang menentukan kelanjutan siklus pertanian nantinya.

Penentuan itu juga berkaitan dengan beberapa gejala dan simbol yang mereka tangkap dari alam tempat mereka hidup dan bergaul sepanjang waktu.

Petunjuk dari Suara Binatang

Binatang bagi masyarakat Dayak adalah inspirasi dalam banyak hal, dari makhluk alam mereka dapat menangkap, meyakini, mengerti dan memahami segala sesuatu. Keakraban mereka dengan lingkungan ini melahirkan sistem pengetahuan yang unik bagi orang bukan suku Dayak.

Pada kesempatan tertentu masyarakat Dayak memahami beberapa jenis binatang yang menyimbolkan suatu maksud dalam pertanian. Binatang yang memberikan isyarat kepada masyarakat adalah binatang-binatang yang dipandang memiliki kelebihan tertentu seperti: burung tebelangking burung ini berdiam di tanah.

Tidak mudah menemukannya tetapi pada saat tertentu apabila siklus pertanian hampir tiba ia akan mudah ditemukan dalam hutan secara berkelompok dengan mengeluarkan suara yang khas seperti musik dalam sebuah acara gawai.

Sistem pertanian Dayak yang mengandalkan kerja sama, menarik perhatian ini ke dalam sistem siklus kerja mereka. Suara yang ditangkap itu merupakan simbol kegembiraan, sehingga pertanian akan membawa keberuntungan.

Burung ruai merupakan salah satu burung yang diyakini oleh masyarakat Dayak memberikan pengetahuan kepada mereka kapan pekerjaan ladang dapat dimulai. (sumber: change.org)
Burung ruai merupakan salah satu burung yang diyakini oleh masyarakat Dayak memberikan pengetahuan kepada mereka kapan pekerjaan ladang dapat dimulai. (sumber: change.org)
Selain warna dan bentuknya yang khas burung enggang sangat membantu masyarakat Dayak dalam menentukan musim pekerjaan yang baik. (sumber: pontianak.tribunnews.com)
Selain warna dan bentuknya yang khas burung enggang sangat membantu masyarakat Dayak dalam menentukan musim pekerjaan yang baik. (sumber: pontianak.tribunnews.com)
Binatang lain yang diyakini memberikan pemahaman kepada sistem pertanian masyarakat Dayak adalah burung ruai. Perpindahan waktu malam hari sambil mengeluarkan suara yang khas, mengandung pesan bagi masyarakat Dayak bahwa pelaksanaan pekerjaan dapat dimulai.

Perpindahan dari satu bukit ke bukit yang lain diyakini bahwa tahun daur pertanian yang lama harus segera ditutup dan memulai sistem daur kerja pertanian baru.

Isyarat atau simbol tidak dikenakan pada semua binatang melainkan binatang-binatang tertentu yang dianggap memiliki kelebihan dari binatang biasa atau dengan kata lain binatang yang dikeramatkan. Masih banyak jenis binatang yang dikeramatkan yang memberikan petunjuk bagi masyarakat adat Dayak.

Petunjuk Bulan dan Bintang

Pertanian masyarakat Dayak sangat berhubungan dengan alam, karena dari alam mereka belajar dan mengerti bagaimana harus bekerja dan tanda apa yang diyakini membawa keberuntungan siklus pertanian mereka. Tanda-tanda itu mereka tangkap dan mengerti dari simbol-simbol yang lahir dari alam lingkungan mereka sendiri.

Tradisi pertanian misalnya, dihubungkan dengan letak bulan dan bintang. Menentukan apakah pertanian itu akan membawa hasil dan menjanjikan keberuntungan atau tidak, namun simbol tidak semua orang memahaminya, hanyalah para tetua adat yang dipandang mempunyai "ilmu" dan kepandaian yang dapat mengartikannya, karena mereka ini diyakini sebagai saksi tradisi nenek moyang, yang menerima warisan kepandaian leluhur.

Simbol bagi masyarakat Dayak dipahami untuk keseimbangan antara manusia sebagai pengelola alam dalam hubungannya dengan penguasanya, sehingga kegiatan pertanian tidak menimbulkan kerusakan, melainkan tetap terpeliharanya kesehimbangan, sesuai dengan kearifan mereka mengelola sumber daya yang ada.

Maka tidak mengherankan sampai saat ini keyakinan hidup yang mereka jalankan tetap ada pada masyarakat Dayak. Keyakinan ini akan tetap kita temukan dalam setiap ritus pertanian mereka, selama adanya sistem pertanian masyarakat petani asli di Kalimantan.

Tetapi bila kita melihat kenyataan pada masa sekarang masyarakat Dayak sendiri sulit mempertahankan tradisi ini berkaitan dengan semakin dipersempitnya lahan yang mereka miliki, karena alasan perkebunan yang mengatasnamakan kepentingan nasional atau orang banyak.

Petunjuk dari Musim

Bagi masyarakat Dayak sudah menjadi kebiasaan bila setiap kesempatan mereka memulai suatu siklus pertanian, akan mempertimbangkan musim kemarau (kering) dan musim hujan (basah). Kebiasaan ini membantu mereka dalam merencanakan suatu sistem pertanian dengan hasil memadai.

Gejala alam yang mereka ketahui, misalnya musim kering akan segera tiba dengan ditandai bergugurnya beberapa jenis daun pohon seperti: tanaman karet, pohon kelapa dan tengkawang.

Gejala ini merupakan petunjuk yang tepat untuk membuka suatu lahan pertanian, karena akan mendapatkan panas yang cukup untuk mengeringkan kayu-kayu di lahan pertanian mereka.

Bagi masyarakat Dayak pohon tengkawang dapat memberikan pengetahuan bagi mereka ketika daun-daunnya berguguran berarti menandakan musim kering/kemarau akan segera tiba. (sumber: goodnewsfromindonesia.id)
Bagi masyarakat Dayak pohon tengkawang dapat memberikan pengetahuan bagi mereka ketika daun-daunnya berguguran berarti menandakan musim kering/kemarau akan segera tiba. (sumber: goodnewsfromindonesia.id)
Pohon meranti, apabila pucuk-pucuk daun baru bermunculan maka musim penghujan akan segara tiba dan itu baik untuk pekerjaan ladang. (sumber: pertanianku.com).
Pohon meranti, apabila pucuk-pucuk daun baru bermunculan maka musim penghujan akan segara tiba dan itu baik untuk pekerjaan ladang. (sumber: pertanianku.com).
Musim penghujan akan segera tiba, ditandai bermunculnya pucuk-pucuk daun muda pada beberapa jenis pohon tertentu seperti: damar, meranti dan pelayek.

Tanda ini merupakan isyarat pekerjaan penanaman harus segera dilaksanakan karena musim penghujan akan segera tiba, ini penting diperhatikan karena lahan pertanian masyarakat adalah lahan kering yang tergantung pada curah hujan.

Demikianlah ulasan saya tentang sumber pengetahuan suku Dayak dalam menentukan waktu kerja yang baik. Semoga bermanfaat untuk siapa saja yang membaca artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun