Perpindahan dari satu bukit ke bukit yang lain diyakini bahwa tahun daur pertanian yang lama harus segera ditutup dan memulai sistem daur kerja pertanian baru.
Isyarat atau simbol tidak dikenakan pada semua binatang melainkan binatang-binatang tertentu yang dianggap memiliki kelebihan dari binatang biasa atau dengan kata lain binatang yang dikeramatkan. Masih banyak jenis binatang yang dikeramatkan yang memberikan petunjuk bagi masyarakat adat Dayak.
Petunjuk Bulan dan Bintang
Pertanian masyarakat Dayak sangat berhubungan dengan alam, karena dari alam mereka belajar dan mengerti bagaimana harus bekerja dan tanda apa yang diyakini membawa keberuntungan siklus pertanian mereka. Tanda-tanda itu mereka tangkap dan mengerti dari simbol-simbol yang lahir dari alam lingkungan mereka sendiri.
Tradisi pertanian misalnya, dihubungkan dengan letak bulan dan bintang. Menentukan apakah pertanian itu akan membawa hasil dan menjanjikan keberuntungan atau tidak, namun simbol tidak semua orang memahaminya, hanyalah para tetua adat yang dipandang mempunyai "ilmu" dan kepandaian yang dapat mengartikannya, karena mereka ini diyakini sebagai saksi tradisi nenek moyang, yang menerima warisan kepandaian leluhur.
Simbol bagi masyarakat Dayak dipahami untuk keseimbangan antara manusia sebagai pengelola alam dalam hubungannya dengan penguasanya, sehingga kegiatan pertanian tidak menimbulkan kerusakan, melainkan tetap terpeliharanya kesehimbangan, sesuai dengan kearifan mereka mengelola sumber daya yang ada.
Maka tidak mengherankan sampai saat ini keyakinan hidup yang mereka jalankan tetap ada pada masyarakat Dayak. Keyakinan ini akan tetap kita temukan dalam setiap ritus pertanian mereka, selama adanya sistem pertanian masyarakat petani asli di Kalimantan.
Tetapi bila kita melihat kenyataan pada masa sekarang masyarakat Dayak sendiri sulit mempertahankan tradisi ini berkaitan dengan semakin dipersempitnya lahan yang mereka miliki, karena alasan perkebunan yang mengatasnamakan kepentingan nasional atau orang banyak.
Petunjuk dari Musim
Bagi masyarakat Dayak sudah menjadi kebiasaan bila setiap kesempatan mereka memulai suatu siklus pertanian, akan mempertimbangkan musim kemarau (kering) dan musim hujan (basah). Kebiasaan ini membantu mereka dalam merencanakan suatu sistem pertanian dengan hasil memadai.
Gejala alam yang mereka ketahui, misalnya musim kering akan segera tiba dengan ditandai bergugurnya beberapa jenis daun pohon seperti: tanaman karet, pohon kelapa dan tengkawang.