Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Canda Tawa Kini Tak Terdengar Lagi

10 Januari 2021   10:35 Diperbarui: 10 Januari 2021   11:09 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Derap langkah dan canda tawa kini tak terdengar lagi, ganti ratap tangis dan rintihan kepedihan orang-orang yang menderita luka nestapa. Ya.... kejadian itu dialami oleh saudara-saudari kita korban Sriwijaya Air SJ-182. Angin jahanam telah meluluh lantahkan harapan mereka. Jiwa dan raga mereka hilang lenyap baik tua maupun muda bahkan bayi-bayi yang ada dalam kandungan.

Di awal tahun 2021 negara Indonesia dilanda duka. Kita terperanjak ketika menyaksikan dan mendengar teriakan kegelisahan dan ketakutan saat-saat kritis datang menghantam mereka. Hanya dalam sekejab waktu semua orang lenyap. Itu yang kita saksikan lewat televisi. 

Tentu mereka yang ada di tempat itu mengalami kesulitan sangat berat. Tubuh-tubuh kecil mungil terbaring bujur dan kaku. Ketika mereka tergeletak tak berdaya, tangan-tangan terbuka, bujur kaku sambil berharap ada tangan orang lain yang akan mengenggam dan menolong untuk bangkit berdiri lagi.

Jelas kita merasakan kepedihan yang teramat mendalam. Rasa itu tak dapat kita pungkiri bahwa mereka juga manusia yang sama seperti kita lemah, rapuh dan tak berdaya. Hanya doa dan lantun harapan yang kita panjatkan bagi mereka yang menjadi korban.

Saat KITA lahir ke bumi ini,

KITA kehilangan perlindungan yang hangat di dalam rahim mama.

Saat KITA anak-anak,

KITA juga kehilangan perhatian yang sebenarnya diberikan kepada seorang anak,

perhatian yang khusus.

Dan saat KITA beranjak dewasa,

KITA juga kehilangan sukacita seorang anak,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun