Derap langkah dan canda tawa kini tak terdengar lagi, ganti ratap tangis dan rintihan kepedihan orang-orang yang menderita luka nestapa. Ya.... kejadian itu dialami oleh saudara-saudari kita korban Sriwijaya Air SJ-182. Angin jahanam telah meluluh lantahkan harapan mereka. Jiwa dan raga mereka hilang lenyap baik tua maupun muda bahkan bayi-bayi yang ada dalam kandungan.
Di awal tahun 2021 negara Indonesia dilanda duka. Kita terperanjak ketika menyaksikan dan mendengar teriakan kegelisahan dan ketakutan saat-saat kritis datang menghantam mereka. Hanya dalam sekejab waktu semua orang lenyap. Itu yang kita saksikan lewat televisi.Â
Tentu mereka yang ada di tempat itu mengalami kesulitan sangat berat. Tubuh-tubuh kecil mungil terbaring bujur dan kaku. Ketika mereka tergeletak tak berdaya, tangan-tangan terbuka, bujur kaku sambil berharap ada tangan orang lain yang akan mengenggam dan menolong untuk bangkit berdiri lagi.
Jelas kita merasakan kepedihan yang teramat mendalam. Rasa itu tak dapat kita pungkiri bahwa mereka juga manusia yang sama seperti kita lemah, rapuh dan tak berdaya. Hanya doa dan lantun harapan yang kita panjatkan bagi mereka yang menjadi korban.
Saat KITA lahir ke bumi ini,
KITA kehilangan perlindungan yang hangat di dalam rahim mama.
Saat KITA anak-anak,
KITA juga kehilangan perhatian yang sebenarnya diberikan kepada seorang anak,
perhatian yang khusus.
Dan saat KITA beranjak dewasa,
KITA juga kehilangan sukacita seorang anak,
yang bisa saja sesudah merintih menangis tertawa terbahak-bahak.
Dan saat menginjak usia yang semakin lanjut,
banyak kehilangan yang rasanya KITA alami.
KITA kehilangan kebebasan orang muda.
KITA kehilangan kesehatan KITA.
Dan pada saat yang ditentukan,
Akhirnya KITA harus kehilangan hidup KITA.
RIP, turut berduka untuk korban Sriwijaya Air SJ-182
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H