Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Orang Dayak tentang Hakekat Relasi Manusia dengan Sesamanya (Part 2 of 3)

6 Januari 2021   11:42 Diperbarui: 6 Januari 2021   12:08 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas menenun wanita Dayak Desa, tenun ikat khas Dayak Desa menjadi warisan budaya dan semangat gotong royong di Dusun Tapang Sambas, Tapang Kemayau, Kab. Sekadau (Dokumentasi by Ibu Anna)

Dalam tulisan saya tentang Filosofi Orang Dayak (Part 1 of 3) terdahulu, saya mengakhirinya dengan filosofi balale', maka dalam tulisan kali ini saya akan mengulas secara mendalam filosofi balale' tersebut. 

Masyarakat suku Dayak di pedalaman, pada umumnya merupakan masyarakat petani atau masyarakat pedesaan. Lebih-lebih pada mereka yang masih bertahan dalam rumah panjang atau rumah betang adalah merupakan masyarakat keluarga. Karena rumah panjang terdiri atas bilik-bilik, yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga, di mana keluarga yang satu dengan keluarga yang lain masih ada hubungan kekerabatan. 

Oleh karena itu orang pasti akan mengatakan bahwa masyarakat seperti itu memiliki filosofi yang menilai tinggi konsep sama-rata-sama-rasa, dalam artian mementingkan hubungan horizontal atau yang disebut konsep gotong royong atau filosofi balale' pada Dayak Kenayant.

Dalam tulisan J.U. Lontaan, tampak bahwa pada masyarakat suku ini tidak hanya terdapat konsep gotong royong sebagai ungkapan hubungan horizontal, tapi juga hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya. Hal ini nampak dalam tulisan J.U. Lontaan sebagai berikut: "Hidup bergotong-royong, memang sifat pusaka suku Dayak. Baik bertani, membangun rumah, mengongkosi perkawinan dan lain-lain. Kehidupan rukun, selalu dipeliharanya. Mereka sangat patuh pada atasannya. Dengan kode yang tertentu, mereka dapat bertindak segera melalui perintah figur mereka".

Dalam filosofi hidup orang Dayak, mereka sangat menjunjung tinggi nilai gotong royong, walaupun semangat gotong royong mereka dalam pemanfaatannya masih sangat terbatas di lingkungan mereka sendiri. Dalam hal ini ada filosofi tradisional orang Dayak "Enai tau belangit kedirik" (tidak bisa hidup dengan mempunyai langit sendiri). Suatu filosofi yang berlaku sebagai kata-kata nasihat atau teguran kepada orang muda, supaya dalam hidup bermasyarakat harus saling tolong menolong, saling membantu karena tak mungkin orang dapat hidup tanpa bantuan orang lain.

Semangat gotong royong ini dapat dilihat pada waktu mereka mebuka ladang, menanam padi, mendirikan rumah, pada waktu ada pesta perkawinan, pada waktu ada kematian dan pada waktu menjelang upacara-upacara adat. 

Mereka pada umumnya ramah ingin bergaul kepada siapa saja. Percaya mempercayai adalah sifat luhurnya. Suatu janji harus ditepati karena janji dianggap sebagai hutang yang harus dibayar. 

Sifat ramah tidak hanya terhadap sesama teman, tetapi juga terhadap musuh, seperti dikatakan oleh J.U. Lontaan dalam karyanya Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat: "Musuh, bagi suku ini dalam hukum adatnya jika berada dalam rumahnya tidak boleh diusik atau diusir. Dia harus diperlakukan dengan baik, harus diberi makan dan diberi minum selama dia berada di dalam rumah panjangnya. Keamanannya harus dijamin sebaik mungkin. Bila mana musuh akan pergi, boleh dihadang di tengah perjalanan".

Filosofi sama-rata-sama-rasa juga nampak dalam peraturan bila orang memberikan sesuatu kepada beberapa orang. Ada suatu istilah yang orang Dayak sebut sebagai kempunan, suatu istilah Dayak yang sangat ditakuti. Misalnya memberi sesuatu kepada beberapa orang dalam satu rombongan. Maka bagi mereka yang tidak kebagian terancam kempunan. Yang dituduh menyemabkan kempunan ini, ialah orang yang memberi hadiah atau makanan tadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun