Setiap kebudayaan di Indonesia tentu mempunyai tradisi lisan. Tradisi lisan banyak bentuknya, misalkan tradisi lisan dalam bentuk pantun, tradisi lisan model mantera, sebagai ungkapan simbol dan sebagainya.Â
Dalam kebudayaan Dayak tradisi lisan masih tetap terjaga, para tetua zaman dulu yang tidak mengerti membaca dan menulis mengungkapkan kegembiraan, nasehat, kasih sayang dalam bentuk lisan. Dapat dikatakan bahwa tradisi lisan adalah sumber sejarah orang Dayak.Â
Salah satu masalah yang erat bertalian dengan Sejarah Dayak adalah 'Tradisi Lisan Sebagai Sejarah'. Hal ini berkaitan dengan kurangnya tradisi tulisan (sumber tertulis mengenai Dayak) yang bisa kita jumpai.Â
Namun demikian para sejarawan yang akhirnya menerima dan mengakui bahwa 'Tradisi Lisan' bisa dipandang sebagai sejarah dan sumber sejarah dengan segala kelemahan dan kekurangannya, seperti sumber tertulis yang juga mempunyai kelemahan dan kelemahan.
Menurut Jan Vansina professor dari Frankfurt am/ Main dan Madison dalam karyanya yang berjudul "Oral Tradition As History", menggolongkan tradisi lisan dalam dua kategori besar, komunikasi yang menjadikan "berita", "News" dan yang kedua, komunikasi yang menampilkan suatu "penafsiran", "Interpretation".Â
Yang tergolong menjadi kategori pertama adalah berita tentang suatu kejadian yang berlangsung tidak terlalu lama, tetapi bagi para audience, ada unsur human interest (mengaduk-aduk perasaan), juga kadang unsur sensasional. Sumbernya berupa kesaksian mata, desas-desus pengalaman pribadi berupa visi, mimpi ataupun halusinasi.
Bagian kedua adalah berupa ungkapan pengalaman tidak bersangkutan dengan berita, di dalamnya ada unsur kenang-kenangan, komentar etimologis terhadap hal tertentu, ungkapan linguistik (folk etymology), tradisi (uraian penjelasan atau impormatif), ungkapan sastra dalam seni lisan (oral art)Â atau (verbal art).Â
Semua itu merupakan renungan tentang situasi termasuk pesan-pesan yang sudah ada, maka itu dapat mewakili suatu tingkat elaborasi kesadaran sejarah dan termasuk sumber-sumber utama yang sering kita sebut sebagai kebudayaan.
Dari kerangka pemikiran di atas dapat dipahami mengapa tradisi lisan merupakan sumber sejarah bagi masyarakat Dayak, disamping karena tidak dikenalnya tradisi tulisan yang memungkinkan pendokumentasian sejarah Dayak. Dalam tradisi lisan akan dapat ditemukan beberapa kejadian masa lalu yang melatarbelakangi kehidupan dan perjuangan masyarakat Dayak.
Tradisi lisan merupakan suatu bentuk ungkapan ekspresi masyarakat Suku Dayak yang dihidupi secara turun-temurun dari nenek moyang. Bagi masyarakat Dayak tradisi merupakan suatu pegangan untuk bertindak. Tradisi dipahami sebagai suatu kekayaan kelompok yang perlu dijaga bersama.Â
Tradisi masyarakat Dayak dapat dikenal sebagai ungkapan sejarah atau informasi sejarah masyarakat Dayak. Hal itu dikarenakan tidak dikenalnya tradisi tulisan di dalam masyarakat Dayak. Tradisi ini suci dan luhur karena merupakan warisan nenek moyang yang diperuntukan bagi generasi penerusnya. Karena itu tidak mengherankan mengapa tradisi ini menentukan sekali dalam segala aspek kehidupan orang Dayak.
Tradisi lisan merupakan sumber sejarah Suku Dayak yang amat penting, sehingga mempunyai pengaruh juga dalam proses pembangunan masyarakat.Â
Oleh karena itu suatu masyarakat yang ingin maju perlu anggotanya melestarikan dan memperluas cakupan penggunaannya. Dalam hal ini tradisi lisan cukup membantu untuk menerangkan dan melestarikan sejarah Suku Dayak di daerah Kalimantan yang memiliki berbagai macam bahasa.Â
Di lain pihak, para penguasa pembangunan akan lebih mudah melaksanakan tugasnya apabila mereka dapat dan mau belajar dari sejarah tradisi lisan. Karena dengan mau mempelajari tradisi setempat, itu berarti juga menghargai kebudayaan setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H