Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relasi Manusia dengan Alam

13 Oktober 2020   07:44 Diperbarui: 10 Januari 2021   14:01 1710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi bpk. Dionesius. Foto: Wisata Alam Panorama Kedah Tempunak.

Manusia dengan alam itu tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena alam merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan kata lain manusia sebagaimana halnya makhluk hidup yang lain berinteraksi dengan alam atau lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. 

Kelestarian alam sangat bergantung dari cara atau sikap manusia dalam menghadapinya. Dengan demikian tampaklah bahwa manusia bisa menjaga dan melestarikan alam dengan baik. Manusia tidak dapat berdiri sendiri di luar alam, manusia tanpa alam adalah abstraksi belaka. Karena adanya relasi yang tak terpisahkan inilah sehingga kita mengatakan alam itu penting bagi makhluk hidup.

Bumi atau alam ini sebagai poros dan pusat dari keseluruhan alam semesta dan yang dihuni oleh manusia perlu membina hubungan dengan alam atau lingkungan hidup supaya alam dapat menjadi tempat hidup yang aman dan menyenangkan sehingga tidak menakutkan bagi manusia. Adanya usaha manusia Dayak untuk berkomunikasi dengan alam menandakan hakekat manusia yang berada bersama dan dalam alam ini, manusia harus mengerti dan memahami hakekat dan makna alam agar dapat mengolah alam dengan baik dan benar.

Bagi Suku Dayak, interaksi mereka dengan alam itu kuat sekali. Interaksi tersebut nampak sekali dalam sistem ekonomi tradisional mereka yang subsistem, maksudnya tujuan mata pencaharian mereka, semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri pada saat-saat mereka memerlukan. 

Dengan demikian, Suku Dayak tidak mengenal istilah eksploitasi alam. Dalam sistem perladangan, mereka memanfaatkan lahan yang telah ditinggalkan selama jangka waktu tertentu (5 sampai 10 tahun) sebelum dipergunakan kembali sehingga tanah dapat memulihkan kesuburannya.

Bagi Suku Dayak, sumber daya alam tidak hanya digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari, melainkan dipakai sebagai lambang status sosial, sarana untuk menjalin relasi dan untuk keperluan ritual. Penduduk Suku Dayak sangat bergantung dengan air, tanah dan hutan. Relasi mereka yang erat atas lingkungan hidup dan alam itu mempengaruhi pandangan Suku Dayak terhadap tanah.

Bagi mereka, tanah sebagai tempat tinggal turun temurun dan tempat mencari makan dianggap sebagai milik paling berharga. Konsekuensinya walaupun tanah dapat dipinjamkan, tidak pernah bisa diperjualbelikan. Tanah dan air adalah unsur-unsur alam yang membentuk manusia. Menurut kepercayaan Suku Dayak yang turun temurun, kita berasal dari tanah dan air sehingga hubungan tanah, air dan manusia tidak bisa dipisahkan. Tanpa tanah dan air manusia akan mati.

Supaya hubungan manusia dengan tanah, dan air dapat berjalan dengan lancar dan harmoni maka manusia membutuhkan aturan-aturan. Dalam masyarakat Dayak peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan alam dicantumkan atau terdapat dalam hukum adat. 

Dalam hukum adat diuraikan sikap manusia yang pantas terhadap alam dan segala isinya. Hukum adat mengajarkan kepada manusia untuk selalu menjaga dan memelihara alam ini. 

Maka dengan mengetahui dan menghayati hukum adat, masyarakat Dayak sudah satu langkah berusaha untuk menguasai jiwanya terhadap alam dan perkembangan sosial. Sebab hukum adat merupakan alat untuk mengendalikan perasaan dan kemauan manusia yang berlebihan terhadap alam dan nafsu-nafsu lainnya.

Kesadaran akan kesatuan manusia dengan alam membawa manusia berusaha untuk menjalin hubungan dengan alam, sehingga terjadi konfigurasi sedemikian menunggal antara manusia Dayak dengan alam. Hancurnya alam semesta akan menghancurkan hidup kita juga. 

Manusia Dayak menghormati dan percaya bahwa alam ini dijaga dan dikuasai oleh Yang Ilahi, maka masyarakat Dayak memandang alam ini sebagai dunia yang keramat, kudus dan suci, sehingga cara mendekati alam pun harus dengan cara yang khusus dan istimewa, yaitu dengan upacara-upacara ritual.

Walaupun ada keatuan perasaan manusia Dayak dengan alam tetapi tidak boleh disimpulkan bahwa manusia Dayak adalah manusia alam. Mereka adalah bagian dari alam. Sebab antara manusia dengan alam tetap ada perbedaan, manusia adalah manusia dan alam adalah alam, meskipun keduanya ada ketergantungan dan tak terpisahkan.

Alam itu begitu pentung bagi manusia, maka dari itu manusia berkewajiban memelihara alam ini. Menurut masyarakat Dayak ada tiga elemen utama dalam alam ini yang sangat mempengaruhi hidup mereka, yaitu tanah, hutan dan air. Ketiga elemen itu membentuk suatu identitas masyarakat Dayak dan kebudayaan Dayak. Karena air, tanah, hutan dan berbagai unsur alam menentukan hidup dan masa depannya. Hidup manusia ditentukan oleh alam yang menyimpan rahasia hidup dan masa depannya. 

Pandangan yang mengatakan bahwa tanah adalah milik manusia dan dapat dimanfaatkan semaunya, justru bertolak belakang dengan filsafat masyarakat adat tentang tanah dan asal usul manusia. Penguasaan atas tanah, air dan hutan demi kepentingan manusia hendaknya belajar dari hikmat masyarakat adat bahwa alam ini tidak lain adalah sumber hidup manusia. Karena itu alam harus dilestarikan, dijaga dan dirawat tak boleh dirusak agar ekosistem tetap seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun