Bermain sape' tidak hanya sekedar memetik senar atau dawai yang terdapat pada sape', yang kemudian menimbulkan suara harmoni dan indah. Bermain sape' melampaui hal itu. Bermain sape' merupakan ungkapan jiwa dan sebagai simbol presentasional.Â
Sape merupakan alat musik berdawai, yang merupakan hasil kreasi manusia Dayak. Keberadaan alat musik sape' ini tetap terjaga dan terpelihara oleh orang Dayak karena merupakan kekhasan dan identitas manusia Dayak. Ada sape' dengan demikian, merupakan ada prsentasional yang mempresentasikan sesuatu dari keseluruhan identitas orang Dayak dan alam semesta.Â
Manusia dalam hidupnya senantiasa membutuhkan sarana dan tanda untuk dapat mengenal Yang Tertinggi. Sebab sesuai dengan hakekatnya Yang Ilahi itu tak dapat dikenal dan dipahami oleh manusia secara langsung dengan indranya.Â
Untuk mengenal Yang Ilahi itu manusia harus mampu melihat bentuk-bentuk pewahyuan Yang Ilahi dalam alam semesta. Maka simbol-simbol dapat menjadi sarana bagi manusia untuk mengenal dan memahami Yang Ilahi dan sekaligus merupakan cara Yang Ilahi untuk mengungkapkan dirinya kepada manusia.Â
Dan karena Yang Tertinggi itu misteri maka simbol-simbol sebagai sarana pengungkapan diri Yang Tertinggi itu tidak terikat dan dibatasi oleh ruang dan waktu. Bila dilihat secara keseluruhan sape' bisa menimbulkan kesan tertentu bagi para pengamat atau pendengar terhadap orang Dayak. Dari bentuk simbol motif dan ukiran pada permukaan sape' memiliki kaitan dengan kehidupan orang Dayak.
Umumnya sape' tradisional tidak memiliki banyak pahatan atau ukiran, hanya motif naga atau kepala naga pada permukaannya dan pada bagian ujung leher sape' diukir kepala anjing, naga dan burung enggang.Â
Motif burung enggang adalah motif yang sering digunakan dalam kegiatan seni Suku Dayak. Motif ini juga merupakan ciri-ciri untuk pembeda dari kesenian lainnya yang ada di Indonesia. Motif burung enggang dapat dikombinasikan dengan motif naga dan sulur atau akar-akaran. Burung enggang dan naga merupakan simbol penguasa alam.Â
Mahatala atau Pohotara adalah penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai burung enggang gading. Menurut kepercayaan Suku Dayak, Mahatala atau Pohotara ini merupakan jelmaan dari panglima burung yang datang pada saat peperangan. Oleh sebab itu simbol ini juga dominan dalam ukiran dan motif Suku Dayak dan digunakan juga pada bagian ujung leher sape'.
Sedangkan motif naga banyak digunakan dalam gambaran seni Suku Dayak termasuk juga untuk memperindah ukiran pada sape'. Menurut masyarakat adat, naga yang dikenal dengan nama Jata atau Juata dianggap sebagai simbol penguasa alam bawah.
Motif lainnya adalah motif anjing atau kepala anjing yang biasa diukir pada lukisan tentang pengenalan kehidupan masyarakat Suku Dayak. Dalam cerita rakyat Suku Dayak, anjing adalah binatang jelmaan dewa yang di usir dari kayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Motif ini bisa dilihat pada motif pohon kehidupan masyarakat Suku Dayak.Â
Pada dasarnya Suku Dayak membuat motif anjing sebagai rasa syukur atau terima kasih kepada para hewan peliharaan mereka yang selalu menjaga dan menemani mereka pada saat berburu serta selalu setia kepada pemiliknya. Hal ini hendak menegaskan bahwa sape' sungguh merupakan kreasi manusia Dayak yang mempresentasikan perasaan dan keadaan yang menyelimuti kehidupan mereka secara presentasional.
Pada umumnya simbol presentasional dimengerti sebagai suatu realitas konkret dan kelihatan, yang karena ciri dan coraknya dapat menghadirkan kesadaran misteri bagi manusia. Realitas yang tersembunyi menjadi sarana presentasional manusia dan realitas yang kelihatan dengan menjelaskan realitas yang tak kelihatan.Â
Sape' sebagai simbol presentasional harus dipahami bukan sekedar sape' sebagai in se per se, tetapi terkandung makna yang lebih dalam dan luas. Maksudnya adalah bahwa di balik simbol persentasional terdapat makna yang mengungkapkan bagaimana orang Dayak sungguh menghayati kesatuan mereka dengan alam semesta, sesama dan Tuhan. Sape' salah satu wujud dari kesatuan mereka dengan semua itu. Hal ini dapat dilihat dari simbol-simbol yang disebut dalam keseluruhan sape'.Â
Seperti yang telah saya sebut di atas bahwa pada badan sape' tradisional dibentuk seperti perahu di bagain belakang sebagai ruang resonansi (suara). Sedangkan pada permukaan sape' dihiasi dengan ukiran motif yang variatif, misalnya ukiran naga, kepala anjing dan paruh burung enggang yang terdapat pada bagian ujung leher sape' tradisional. Ukiran-ukiran simbolis tersebut merupakan persentasi hubungan mereka dengan alam yang dapat mengantar orang pada refleksi yang lebih mendalam akan makna prsentasional sape'.
Simbol prsentasional sape' adalah suatu lambang yang menunjukkan dan menghadirkan suatu realitas yang melampaui segala pengalaman biasa dan hanya tercapai melalui dan dalam simbol tersebut. Sebab realitas itu juga memperlihatkan diri dalam simbol.Â
Simbol presentasional sape' tidak hanya sekedar menghadirkan estetika hidup orang Dayak, tetapi juga menampilkan dimensi-dimensi lain, seperti obidiance (ketaatan), dalam arti menjalankan perintah Tuhan. Fidelity (kesetiaan), dalam artian setia menjaga tradisi seperti yang diperintahkan dan disepakati. Bagi orang Dayak setia menjalankan dan menjaga tradisi sama dengan menjaga harmonisasi alam semesta.Â
Alam semesta diakui mengandung unsur-unsur spiritual sebagai tanda kehadiran Yang Tertinggi, maka dapat dipandang sebagai salah satu pewahyuan Yang Ilahi bagi manusia. Sebab itu alam sendiri banyak memberi simbol-simbol mengenai Yang Ilahi bagi manusia, sehingga lewat simbol-simbol yang ada dalam alam itu manusia dapat mengenal dan memahami Yang Ilahi dan mengakuinya.Â
Manusia sendiri memandang simbol-simbol dalam alam itu sebagai cara atau sarana Yang Ilahi untuk mendekatkan dirinya kepada manusia. Maka segala simbol dalam alam itu dapat dipandang sebagai tanda yang membawa keselamatan bagi manusia dan sekaligus sebagai tanda yang menyatakan bahaya dari Yang Ilahi.
Adanya simbol-simbol dalam alam mengubah pandangan manusia mengenai alam. Alam dilihat bukan hanya sebagai tempat tinggal manusia tetapi juga dapat membentuk corak lahir dan batin manusia. Corak lahir dan batin itu ditemukan dalam dan lewat simbol-simbol yang dijumpai dalam alam. Oleh karena itu simbol-simbol tidak bisa dipisahkan dari kehidupan religius manusia.Â
Lewat simbol-simbol manusia dapat mengenal sesuatu yang tersembunyi dan rahasia, kemudian ditafsirkan dan dicari maknanya sehingga hal yang tadinya rahasia dan tersembunyi menjadi sedikit jelas dan bermanfaat bagi manusia. Manusia juga membutuhkan simbol-simbol untuk mengungkapkan jiwa dan perasaan seperti bermain sape' atau eksistensi sape' itu sendiri sehingga simbol-simbol itu dibutuhkan dan dapat diciptakan oleh manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H