Popper terlahir dengan nama Karl Raimund Popper. Dia dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1902 di Wina, Austria. Ayahnya seorang Yahudi bernama Dr. Simon Siegmund Karl Popper. Dia seorang pengacara yang senang dengan filsafat. Minat Popper pada filsafat rupanya tumbuh dari ayahnya.
Pemikiran-pemikiran Popper dalam epistemologi mengritisi pemikiran aliran sebelumnya yaitu aliran skeptisisme, rasionalisme dan empirisme. Popper yakin bahwa manusia dapat mencapai suatu pengetahuan yang benar. Hal ini berlawanan dengan pendapat dari kaum skeptik.Â
Akan tetapi manusia tidak boleh puas dengan pengetahuan yang sudah didapatnya. Pengetahuan manusia itu tidak sempurna dan bahkan dapat salah. Untuk itu manusia harus selalu mengritisi pengetahuan yang sudah didapatnya.Â
Melihat kenyataan ini, Popper memunculkan teori falsifikasi dalam epistemologi dengan tujuan untuk menyempurnakan rasionalisme dan empirisme. Selanjutnya akan diuraikan di bawah ini:
Popper mengajukan paham rasionalisme kritis untuk mengritisi rasionalisme yang tidak kritis. Rasionalisme yang tidak kritis itu tidak konsisten karena tidak didukung oleh penalaran atau pengalaman.Â
Menurut Popper rasionalitas dan rasionalisme perlu dikembangkan dengan banyak membaca dan berdiskusi. Hal ini sangat esensial dalam melanjutkan langkah ketika kita ingin berfilsafat dan belajar filsafat. Pandangan Popper tentang rasionalisme kritis yang dijelaskan dalam tulisan ini dapat menjadi sarana kita untuk memancing perkembangan rasio kita.
Popper sejalan dengan pemikiran Kant yang menyatakan bahwa pengetahuan itu bersifat a priori tetapi dia tidak setuju dengan pendapat Kant tentang pengetahuan yang dianggap sah secara a priori.Â
Popper berpendapat bahwa suatu teori itu merupakan suatu hipotesis atau dugaan sementara kita saja. Akan tetapi kita dapat menggunakan teori itu sebagai landasan atau titik tolak untuk mencapai pengetahuan yang benar. Oleh karena itu perlunya sikap kritis dan terbuka atas teori kita. Kita harus siap mengganti teori kita yang lama dengan teori yang baru jika kita menemukan kesalahan dalam teori itu supaya teori itu semakin disempurnakan.
Telaah terhadap rasionalisme kritis yang ditujukan kepada empirisme dan skeptisisme tidak dimaksudkan untuk menimbulkan keraguan tentang peranan rasio dalam pembentukan pengetahuan melalui epistemologi. Kritik ini haruslah dipandang sebagai acuan dalam mencari solusi alternatif mengatasi kelemahan-kelemahan dalam teori sebelumnya.Â
Penggunaan pancaindra yang memiliki keterbatasan harus dibantu dengan penalaran yang sempurna untuk menyempurnakan pengamatan. Metode-metode eksperimen yang dijalankan harus ditetapkan secara benar sehingga keterbatasan pengamatan manusia dapat diminimalisasikan.