Mohon tunggu...
AAAA^NhuzQ
AAAA^NhuzQ Mohon Tunggu... -

Pengikut PBNU = Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Ulama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Andakah Mujahid Pilihan dalam Aksi Super Damai 212?

1 Desember 2016   21:44 Diperbarui: 1 Desember 2016   22:06 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aksi Super Damai Belas Islam III 212 benar-benar menggetarkan musuh-musuh Allah. Berbagai cara mereka lakukan untuk menggagalkan aksi super damai 212 tersebut. Dari mulai menghembuskan fitnah isu makar, pelarangan bus yang akan mengangkut peserta aksi, isu ditungganggi aktor politik, masa bayaran, bid'ah hingga isu terorisme.

Ternyata semua bentuk penghadangan untuk penggembosan dan menggagalkan aksi 212 tersebut justru semakin membangkitkan ruh jihad para peserta aksi. Ketika ruh jihad sudah bersemayam di jiwa mereka maka tidak ada yang ditakuti. Semua mereka lakukan hanya karena ingin membela agama Allah.

Lihat saja ketika bus dilarang, para mujahid dari Ciamis memilih berjalan kaki. Persis seperti yang dilakukan oleh Rosululloh dan para sahabat ketika berhijrah dari Kota Mekah ke Madinah.

Ketika bus dilarang, mereka memilih menggunakan konvoi sepeda motor, kereta api bahkan ada yang mencarter pesawat terbang. Mereka lebih baik kehilangan harta benda daripada harus menjadi musuh Allah.

Dengan banyaknya hadangan dan rintangan maka dapat dipastikan mereka yang sampai di Monas dan berpartisipasi dalam aksi Bela Islam III 212 adalah para mujahid pilihan. Seorang mujahid yang niatnya hanya karena Allah pastinya lebih dahsyat dibandingkan kekuatan apapun. Mereka lah para pencipta sejarah kebangkitan Islam.

Anda boleh saja mencibir sambil memaki bahwa aksi Bela Islam III hanyalah unjuk rasa kebencian pada Ahok. Anda juga boleh sinis dengan mengatakan aksi Bela Islam III hanya bersifat lokal. Dan anda juga boleh memfitnah bahwa hanya orang-orang bodoh yang rela menghabiskan energinya untuk ikut aksi Bela Islam III.

Faktanya, ada orang yang super sibuk usai aksi 4-11. Pontang panting kesana-kemari menemui para tokoh politik dan ulama. Seperti ada “invisible power” yang menekannya. Benar-benar menekannya, bukan basa-basi dan bukan omong kosong.

Adanya tekanan dari “invisible power” menunjukkan bahwa mereka sangat takut dengan kekuatan persatuan Umat Islam. Mereka panik dengan adanya aksi 4-11. Segala fitnah pun diluncurkan melalui buzzer-buzzer bayaran. Dan kini mereka makin panik dengan aksi 2-12. Jika umat Islam bersatu habislah para “invisible power”. Maka untuk menggagalkan aksi Bela Islam III segala cara pun dilakukan. Dari cara soft diplomasi hingga cara-cara kotor dan keji.

Umat Islam yang lama tertidur dan terbuai mulai menggeliat ketika Al-Qur’an dinistakan. Umat Islam yang lama tertidur dan terbuai mulai bangkit ketika ulama yang merupakan pewaris para nabi dihinakan. Raksasa peradaban yang lama tertidur ini mulai menggeliat bangkit melawan penistanya.

Gerakan terbangun kekuatan maha dahsyat umat Islam membuat kehebohan sedemikian rupa. Musuh-musuh Islam pun mulai panik. Mereka mengerahkan buzer-buzzer bayaran untuk mengalihkan isu, memfitnah dan memprovokasi. Mereka mengerahkan buzer-buzzer bayaran untuk membela penista Al-Qur’an.

Bersatunya umat Islam Indonesia yang selama ini tercerai-berai adalah kehendak Allah. Semoga saja ini memang pertanda kebangkitan umat Islam bangsa Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Semangat Ukhuwah Islamiyah (persatuan umat Islam) lintas organisasi, partai politik, pergerakan, dan madzhab, yang selama ini hanya dijadikan slogan semata sudah mulai terbentuk dengan indahnya. Mereka bergerak bersama hanya karena ingin membela agama Allah. Dan semangat Ukhuwah Islamiyah yang sudah terbentuk ini harus terus dijaga. Jangan ada lagi yang merasa besar sendiri. Jangan pula ada yang merasa benar sendiri. Jika niatnya hanya karena Allah maka semua bisa disatukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun