Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Neraka Cabang Surga

28 Agustus 2021   09:58 Diperbarui: 28 Agustus 2021   10:17 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribetnya hidup zaman now kalau apa-apa selalu dikaitkan dengan agama. Seyogyanya agama itu ditempatkan di posisi tertinggi dalam kehidupan. Ia berisikan tuntutan, pedoman, moral yang melandasi seluruh aspek kehidupan. Bukan malah menjadikan agama menjadi alasan untuk melegalisasi segala tindakan pembenaran, dan ketika yang mengatasnamakan agama itu berbuat melawan moral, pedoman tadi, justru tidak salah, dibenarkan.

Seperti seorang remaja memakai sorban pulang dari mesjid mengendarai sepeda motor di jalan raya melawan arus. Dari contoh ini yang dilakukan remaja ini dalam beribadah adalah baik. Ia telah menjalankan perintah agama, yaitu beribadah, pakai pakaian ibadah, cakep. Tetapi hal lain yang dilanggarnya juga banyak, ia menggunakan sepeda motor di jalan raya, sementara ia belum memiliki SIM, mungkin kalau menggunakannya di komplek perumahan tidak masalah, tapi kalau di jalan raya tentu harus menaati aturan berkendara, memakai helm, tidak melawan arus, berpakaian yang tidak membuat celaka, seperti daster, rok panjang, sarung yang bisa masuk ke roda, dan tentu membawa SIM dan STNK. Ketika seseorang memahami agama dengan baik, harusnya semua aturan yang dibuat baik di dunia dan akhirat itu ya ditaati, persis seperti doa sapujagat yang selalu dipanjatkan, selamat dunia dan akhirat. Seringkali yang terjadi kita menuntut orang lain berbaju syar'i namun kelakuan jauh dari tuntunan, seperti dengki, egois, pemarah, ghibah, menyalah-nyalahkan dan sebagainya.


Surga Memiliki 7 Pintu
Dunia seolah sudah terbolak balik, kita yang menggunakan masker di saat pandemi, dipelototin, asing, bahkan beberapa waktu silam ada kejadian di dalam mesjid sekalipun seorang yang sedang beribadah menggunakan masker, dimarahin, dipaksa untuk membuka maskernya. Padahal Arab Saudi sekalipun sudah dua tahun menutup pintunya untuk jamaah haji dari negara asing demi keselamatan. Dan tuntunan untuk keselamatan jiwa ini jika kita mau membawa-bawa agama, jelas tertuang di dalam hadits, "ketika suatu daerah terkena wabah penyakit, jangan kau datangi dan orang di wilayah tersebut jangan keluar sampai wabah hilang".

Artinya apa, kita dituntun untuk mendahulukan keselamatan daripada ibadah. Jadi jangan dipilih-pilih dan dicari-cari hadits atau ayat-ayat yang enak, nyaman, cocok untuk diri kita sendiri. Dan jangan dibentur-benturkan pula. Seperti pahala berlipat untuk yang sholat berjamaah di mesjid selalu dipegang, diagungkan, meskipun pandemi, dan melaksanakan sholatnya tanpa prokes, lalu jika meninggal, dibilang sudah ajal. Lah ini konyol, bahkan egois. Kita tidak mementingkan keselamatan diri kita dan keluarga kita, ketika mati, anak kita terlantar sekolahnya, makannya, hidupnya terlilit utang, sementara kita enak-enakan di surga. Ini keliru.

Kita harus paham bahwa surga dalam Islam itu memiliki 7 pintu yang mana orang-orang dengan kriteria tertentu bisa memasukinya. Sehingga kita banyak mendengar kisah, amalannya cuma memberi minum anjing yang kehausan tapi ia masuk surga, amalannya cuma tulus merawat orang tuanya yang sakit tapi masuk surga, tetapi ada yang rajin ibadah siang malam karena dengki malah masuk neraka. Jadi yang menentukan seseorang masuk surga atau tidak itu bukan kita, bukan cap dari masyarakat, tapi Allah, Tuhan Sang Kuasa. Namun kita juga harus paham ciri-ciri mereka yang bisa masuk dari ketujuh pintu surga itu, sehingga kita bisa masuk surga sesuai amalan kita.


Halusinasi Surga
Banyak yang tertipu pintu surga yang ternyata itu Neraka cabang Surga. Ya ini hanya sebuah kiasan hiperbola saja. Bahwa sekarang orang dikit-dikit bicara surga, dikit-dikit pahala dan dosa. Harusnya kita pegang itu syair Rabiah Al Adawiyah, "Ya Illahi! Jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa Neraka, maka bakarlah aku dengan Neraka-Mu. Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk Surga, maka haramkanlah aku daripadanya!"

Bukan berarti seorang Rabiah Al Adawiyah tak acuh pada akhirat, dan memikirkan dunia. Rabiah justru mengeyampingkan segala kepentingan duniawinya, semata untuk fokus mencintai Allah dalam ibadahnya. Jadi berpakaian itu ya karena Allah bukan karena fashionnya, berbisnis itu karena Allah, bukan karena maruknya, dengkinya, orang lain buka usaha restoran kita juga ingin buka, orang lain buka 2 cabang, kita juga buka 3 cabang, dan ibadah juga karena Allah bukan karena pujian, sanjungan bahkan pahala. Pahala akan mengikuti dan tak akan pernah meleset hitungannya persis seperti ungkapan zaman now "Hasil Tidak Mengkhianati Usaha".

Jangan sampai kita terhalusinasi surga, dikit-dikit surga, jangan-jangan itu surga pintu kedelapan alias neraka yang buka cabang di surga. Oh Em Ji kata milenial. Sudah lah. Jadikan agama sebagai pedoman mu. Jangan menyalahkan. Ilmu yang kamu dapat sekarang bukan lebih baik dari ilmu kakek nenek kita jaman dulu. Hijab syar'i kita yang bermeter-meter itu tidak lebih baik dari selendang penutup kepala nenek-nenek pendamping ulama-ulama kita dahulu.

Penyebutan insha Allah, insya Allah, in sya Allah, in sha Allah, atau alhamdulillah, alkamdulillah, alkhamdulillah hanya lah masalah dialek atau transliterasi, seperti orang suatu daerah dalam mengucapkan huruf E, seperti itu saja, tidak ada yang perlu diperdebatkan. Yang penting Anda tau maknanya. Persis juga seperti ucapan Happy Birthday, Selamat Ulang Tahun dan Barakallah Fii Umrik, bukan berarti yang bilang Happy Birthday, kebaratan, lalu auto kafir, masuk neraka dan yang mengucapkan pakai bahasa Arab auto masuk surga. Emang di barat gak ada yang Muslim. Hal-hal seperti ini kita jangan konyol, menghabiskan energi dan waktu. Sampai dibahas di share di grup-grup medsos. Rugi. Masih banyak kerjaan dan kegiatan lain yang bisa dikerjakan daripada bahas begituan. Jangan terprovokasi Nersur, neraka surga, bingung mikirin ini surga apa neraka ya hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun