Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beratnya Cobaan Covid-19

10 November 2020   21:26 Diperbarui: 10 November 2020   21:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang lebih parah adalah kehidupan malam kita. Karena saat siang hari, banyak petugas, lalu ditambah dengan kejenuhan melanda, maka masyarakat banyak yang kongkow-kongkow di malam hari tanpa prokes. 

Saat libur panjang, tempat-tempat rekreasi penuh sesak sampai ada istilah "corona menangis" melihat keadaan ini. Tapi keadaan ini pun tidak hanya terjadi di Indonesia, hampir di seluruh dunia juga sama. Makanya angka suspeknya naik turun.

Bohong atau Tidak Jujur
Jika seluruh rakyat negeri ini diswab satu per satu pada waktu yang sama mungkin angka suspek covid-19 akan melebihi dari angka yang diumumkan setiap hari saat ini. Karena kurangnya sosialisasi, tingginya tingkat ketidakpercayaan dan banyaknya orang-orang yang menyebarkan hoax dan mengompori keadaan menyebabkan orang-orang menganggap enteng wabah ini. Istilahnya kalau belum dirinya atau keluarganya yang kena maka dia masih menganggap penyakit ini tidak ada. 

Di awal-awal berjangkitnya wabah ini seorang wanita dengan santainya nongkrong di pasar di suatu daerah (lupa) dengan menenteng dan menunjukkan surat yang menyatakan dirinya positif terjangkit covid. 

Kejadian demi kejadian lainnya seperti menolaknya pasien yang sudah positif covid untuk diisolasi. Mereka berbohong, tidak jujur pada dirinya, keluarganya dan masyarakat. Hal ini mungkin karena mereka OTG, jadi tidak merasakan gejala apa pun dan tidak mengidap penyakit bawaan. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan mereka menjadi carrier atau penyebar penyakit ini kepada yang lain.

Menyalahkan dan Membentur-benturkan
Seolah tidak ada yang benar yang dilakukan Pemerintah di mata masyarakat kita. Kesalahan demi kesalahan selalu diingat-ingat dan diulang-ulang seperti ketika Pemerintah mengatakan Indonesia tahan corona dan membuka pintu bagi wisatawan mancanegara. Itu di awal-awal penyebaran virus di Cina dan itu diungkit-ungkit seolah-olah itu lah penyebab corona merebak di sini. Lalu ada lagi permintaan lockdown, tetapi dijawab dengan PSBB, itu juga menjadi masalah yang terus diulang-ulang. 

Kemudian ketika pemerintah ingin menyelamatkan perekonomian agar tetap berputar dengan akan membuka Mall, lalu masyarakat membenturkannya dengan kondisi Mesjid yang ditutup. 

Begitu pula dengan belajar daring atau online, banyak sekali video penolakan dan kemarahan dari orang tua murid yang menginginkan sekolah tetap dibuka. 

Semua tentunya bisa kita pahami karena baru kali ini hampir semua negara berhadapan dengan kondisi wabah seperti ini. Kalau gunung meletus, banjir, longsor, tsunami mungkin SOP nya sudah ada, penanganannya sering dilakukan. Tetapi wabah yang belum ada obatnya ini menjadi pengalaman pertama bagi dunia ini dalam menghadapinya, jadi wajar jika pemerintah dimana pun gamang dan masih trial error dalam menghadapinya.

Tidak ada yang lolos dari perangkap corona. Tua, muda, laki-laki, perempuan, lajang, berkeluarga, miskin, kaya, rakyat biasa, pejabat, artis terkenal, olahragawan, semua disapu bersih oleh corona. Jika sikap dan prilaku masyarakat kita seperti ini, hanya doa dan keridoan Tuhan saja yang kita harapkan yang dapat mengangkat musibah ini dari negara kita dengan segera. Insya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun