Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Adab Ngobrol

28 Desember 2019   08:19 Diperbarui: 28 Desember 2019   08:18 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Yang namanya tukang kombur alias tukang cerita itu tak harus menunggu tua. Banyak kondisi yang kita temui di lapangan mengenai Tukang Cerita ini. Ada yang kecilnya mudanya pendiam, tau2 tuanya rajin berceloteh. Ada yang mudanya suka rumpi, saat tuanya pendiam.

Tapi kebanyakan emang dari kecilnya tukang cerita. Orang yang suka bercerita alias ngobrol ini memang sedari kecilnya kelihatan. Luwes. Mudah bergaul. Ada saja yang ingin dibahas.

Dari rasa pengen tau ini muncullah percakapan, tanya ini itu, mendekati seseorang diajak ngobrol dan ada saja yang dibahas tanpa mikir apa yang dibahas. Nah yang gak mikir ini lah yang seringkali membahayakan. Lha kok? Iya.. Kalau anak2 sih tanya ini itu ngoceh ini itu masih bisa dimaklumi. Itu pun seringkali membuat orang dewasa esmosi. Aahh nanya mulu, celewet! Begitu kira2.

Tapi kalau itu keterusan, yang ada akan menimbulkan cek cok, perselisihan bahkan pertengkaran. Tak sedikit kasus pembunuhan yang terjadi setelah berkombur atawa ngobrol sambil ngopi di warung. Awalnya cekakak cekikik, tetiba tersinggung lalu bunuh2an.

Yaa begitu lah

Seringkali kita kelepasan ngomong, orang Medan bilang sor sendiri sampai gak mikirin lawan bicara tersinggung atau gak. Kita asik aja cerita panen sawit kita yang ribuan hektar sama tetangga yang baru saja PHK. Kita cerita bahagianya kita malam mingguan sama pacar ke teman yang perawan tua.

Kita ngomongin indahnya Sydney, Kualalumpur, Seoul, Tokyo sama teman yang tak pernah mudik boro2 punya paspor dsb dst. Kita sering kelepasan, out of control, rem blong, mulut ini nyerocos saja tanpa rem. Padahal seringkali kita lihat sholatnya rajin, sedekah kuat, silaturahmi erat, pendidikan tinggi, jabatan wokeh, karena memang Si Tukang Kombur ini tak ada urusan sama Agama, Pendidikan apalagi Jabatan. Dia adalah Habit, kebiasaan. Kebiasaan Tukang Cerita.

Mau seribu kali cerita itu2 saja pun dia tak peduli, mau orang bosen pun bodo amat, yang penting dia plong bercerita persis seperti Penyanyi yang punya lagu baru. Kemanapun dia ngamen, lagunya itu2 saja ya memang dia lagi punya lagu baru itu. Dia promosi, dia menghibur. Lha kalau tukang cerita, tidak ada panggungnya. Kalau lucu mending ikut stand up comedy hehe

Aku pun pernah kaget, emosi, heran campur aduk ngeliat sifat Tukang Kombur ini pada awalnya. Karena walaupun lahir besar di Medan, tapi setelah 20 tahun merantau di Jakarta, sudah amat langka nemui orang yang tukang bercerita ini, apalagi lingkungan ku seputar sekolah, kantor, bertetangga pun ketemunya weekend doang karena lelah bekerja pergi sebelum matahari terbit dan pulang sudah tenggelam.

Sabtu minggu waktunya untuk keluarga, istirahat, rekreasi, minim sekali untuk ngerumpi. Tau2 mendarat di Pakam, bekerja bersama orang lapangan, keras. Masih kuat di ingatanku saat pertama kali mengantor disana, berkenalan tanggal 2 Januari 2014, setelah sowanan dengan Pimpinan, lalu masuk ke ruang Tata Usaha, ternyata disini tempatnya semua orang hilir mudik, urusan kerjaan, administrasi, keluarga, curhat dsb haha..

Saat asik ngobrol sama kepala TU nya tau2 masuk lah seorang pegawai, bapak2. Kenalan tanya sana sini kenapa pindah ke Medan kan sudah enak di Jakarta dan sampai sekarang cerita ini, pertanyaan ini harus kujawab tiap kali ada orang yang bingung kenapa mau balik? sampai akhirnya masuk ke pertanyaan, anggota berapa? apa pula ini? anggota apa? istilah apa ini? terus terang banyak istilah Medan yang ga kupahami lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun