Susi Pudjiastuti demikian namanya. Mungkin seantero jagad nusantara mengenal sosoknya sejak namanya ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menteri yang mengurus laut negeri ini. Orangnya nyentrik dan penuh kontroversi, mulai dari pendidikannya, gayanya, tatonya, bisnisnya sampai dengan merokoknya.
Saya tidak akan membahas yang demikian, karena sejak awal penunjukannya hingga sekarang, sudah banyak media, blog, yang membahasnya. Bahkan penampilan terakhirnya kala menjadi model dadakan yang berlenggang lenggok di atas catwalk warga netizen sontak mengapresiasinya, sungguh luar biasa menteri yang satu ini. The Power of Emak-emak hehe.
Bu Susi yang Apa Adanya
Melihat publikasi-publikasi yang ada, secara umum dapat kita katakan bahwa ibu Menteri yang satu ini sosok yang humble kata orang sekarang. Rendah hati, mudah bergaul dan tidak menjaga jarak dengan lawan bicaranya. Tentu penilaian ini sangat-sangat jauh dari kebenaran.
Yang paling mengerti Bu Susi jelas stafnya, ajudan dan keluarganya. Sedangkan kita sebagai masyarakat awam hanya bisa melihat dari berita, video dan medsos yang mempublikasikan sosok Bu Susi. Tidak banyak pejabat tinggi yang seperti Bu Susi ini.
Sebenarnya saya mau mengambil contoh pejabat humble itu Bapak Presiden kita, Pak Jokowi, ah sutralah, bapak ini terlalu banyak musuhnya. Banyak banget tabungan pahala Pak Jokowi ini ya, lagi asik-asik bercengkerama sama Jan Etes cucunya, dibully, lagi kerja difitnah, lagi ngopi pun digosipin, ah sudah nasibmu lah pakde hehe.
Makanya saya ambil sosok Bu Susi aja deh, yang sama "gila" nya dengan Pak Jokowi yang mau masuk-masuk got, terjun ke arena lepas bom teroris dan berdiri tegak di ujung kapal perang kita untuk menunjukkan kedaulatan NKRI. Saya gak akan menceritakan sosok bapak, ntar saya dibilang kampanye lagi.
Kembali ke Ibu Susi. Ibu ini berkali-kali diundang dan tampil di televisi baik acara serius maupun santai. Nampak disitu ibu ini tidak berjarak, foto-fotonya yang sedang merokok, renang, menyelam, bahkan tersembul tato di betisnya. Jelas disini kinerja yang dikedepankan oleh seorang Bu Susi. Dan tepatlah Presiden memilihnya. Siap di meja kerja, siap di lapangan dan siap santai di acara apa pun, tanpa harus heboh mempersiapkan segalanya.
Sungguh pekerjaan protokoler agak menurun periode ini dan mungkin agak bingung kali ya. Karena puluhan tahun protokoler dihadapkan pada protap yang kaku, bahkan urusan anak pejabat, menemani ibu pejabat nyalon saja, protokol harus ekstra ketat. Tapi lihat lah sekarang, banyak berubah, sungguh merakyat, tak beda dengan kita. Mau ngopi yuk monggo menepi ngopi di warung, adanya bakso yo wes ngebakso, sambil ngerokok angkat satu kaki di atas kursi.
Lazimnya orang-orang kebanyakan Indonesia makan di warteg hehe. Tidak pake jaim, jaga image. Kalau pun ada tim hore yang nyinyir, mengatakan ah pencitraan, nyari simpati saja. Aduh mas, capek banget sih bertahun-tahun harus jaim.
Ini yang saya suka dengan Bu Susi. Tajir melintir, punya bisnis penerbangan tapi hidupnya biasa saja. Beda dengan kita yang umumnya baru pakai tas 2 juta saja sudah pamernya kemana-mana, baru pakai gelang 20 susun, tangannya gak turun-turun, baru ngecat rumah, pengumumannya sekelurahan. Jadi jelas beda mana yang OKB, orang kaya baru mana yang kaya beneran. Apalagi yang meniti karirnya dari bawah, merasakan bagaimana mengumpulkan pundi-pundi rupiah sampai terwujud semua kekayaan yang dicita-citakan.
Kita yang kaya mendadak, serba instan, lolos nyaleg, tiba-tiba keluar dari rumah minta pengalawan foreider sampai ke kantornya yang cuma berjarak 2 km saja, jadi keliling kota dulu 5 km biar tahu kalau dia pejabat baru yang mau lewat. Belum lagi anak istrinya kalau belanja, dikawal, tinggal nunjuk ini itu, yang bayar ajudan yang bawain belanjaan sampai ke mobil ajudan semua.
Diperparah lagi kalau belanjaan itu tinggal atau ada sesuatu yang ketinggalan, mobil pengawal harus putar balik mengambilnya. Melihat sosok Bu Susi kok sepertinya walaupun sudah kaya, menjabat Menteri sekalipun, yang bisa dikerjakannya sendiri, ya dikerjain saja tanpa harus menunjukkan kesombongannya sebagai pejabat, walaupun dia punya hak untuk itu seperti pejabat kebanyakan.
Kagum Bu Susi
Terkadang sifat dan prilaku Bu Susi dalam kesehariannya ini bertolak belakang dengan prilaku dan penerimaan oleh masyarakat kita. Kita yang berpuluh tahun berada dalam masa Orde Baru tidak bisa serta merta menerima sosok pejabat seperti Bu Susi. Pasti banyak pejabat lainnya di negeri ini seperti beliau yang minim publikasi.
Saya yakin banyak yang rendah hati dan merakyat juga, tetapi karena puluhan tahun hidup seperti dalam sebuah kerajaan, kehidupan feodalisme, menyebabkan masyarakat kita menilai sosok Bu Susi seorang yang aneh, mosok pejabat koyok ngono, ah yang benar saja begitu, tidak ada wibawanya dsb.
Karena kebiasaan kita nih begitu seperti saat acara peletakan batu pertama pembangunan Mesjid kampung misalkan, utusan pemda biasanya seminggu sebelumnya sudah turun tuh, dia temui pengurus mesjid, lalu dia bilang, bapak orangnya tidak suka terlambat ya, tamu harus datang setengah jam sebelumnya, nanti latar belakang panggungnya warna kuning ya (disesuain warna partainya misalkan), lalu ini foto bapak kamu scan pajang disana.
Jangan lupa ibu walikota senangnya gulai kepala ikan kakap, itu menu harus ada ya, dan sejumlah permintaan bla bla bla lainnya yang harus dipenuhi panitia hanya untuk peletakan batu pertama mesjid, yang ntah jadi atau tidak dibangunnya kita tidak tahu hehe. Kalau kata Bu Susi yang demikian "Tenggelamkan!" saja. Hari gini masih minta dilayani.
Nah, ketika kita mendapati pejabat yang merakyat, apa adanya seperti Bu Susi, kita pun kaget, masak iya sih. Ya iya lah, emang menteri perempuan gak boleh pendidikan rendah, lihat lah Bu Susi pun menunjukkan semangat bersekolahnya dengan ikut ujian paket C untuk tingkatan SMA. Masbuloh, masalah buat lo kata anak gaul sekarang, ini bukan dunia terbalik, ini realita.
Anda harus meniru semangatnya, menjadikannya inspirasi dalam hidup Anda. Nasib di tangan Tuhan, bahwa tugas kita adalah berikhtiar. Jangan pesimis, minder dan memandang rendah seseorang. Semua bisa terjadi, dan Bu Susi adalah contohnya. Semoga ibu bisa melanjutkan kemajuan laut dan perikanan negeri ini. Kalau pun tidak menjabat lagi, paling tidak Ibu telah memberi warna baru bagi prilaku pejabat negeri ini
Kagum saya buat ibu
Bravo Bu Susi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H