Kita yang kaya mendadak, serba instan, lolos nyaleg, tiba-tiba keluar dari rumah minta pengalawan foreider sampai ke kantornya yang cuma berjarak 2 km saja, jadi keliling kota dulu 5 km biar tahu kalau dia pejabat baru yang mau lewat. Belum lagi anak istrinya kalau belanja, dikawal, tinggal nunjuk ini itu, yang bayar ajudan yang bawain belanjaan sampai ke mobil ajudan semua.
Diperparah lagi kalau belanjaan itu tinggal atau ada sesuatu yang ketinggalan, mobil pengawal harus putar balik mengambilnya. Melihat sosok Bu Susi kok sepertinya walaupun sudah kaya, menjabat Menteri sekalipun, yang bisa dikerjakannya sendiri, ya dikerjain saja tanpa harus menunjukkan kesombongannya sebagai pejabat, walaupun dia punya hak untuk itu seperti pejabat kebanyakan.
Kagum Bu Susi
Terkadang sifat dan prilaku Bu Susi dalam kesehariannya ini bertolak belakang dengan prilaku dan penerimaan oleh masyarakat kita. Kita yang berpuluh tahun berada dalam masa Orde Baru tidak bisa serta merta menerima sosok pejabat seperti Bu Susi. Pasti banyak pejabat lainnya di negeri ini seperti beliau yang minim publikasi.
Saya yakin banyak yang rendah hati dan merakyat juga, tetapi karena puluhan tahun hidup seperti dalam sebuah kerajaan, kehidupan feodalisme, menyebabkan masyarakat kita menilai sosok Bu Susi seorang yang aneh, mosok pejabat koyok ngono, ah yang benar saja begitu, tidak ada wibawanya dsb.
Karena kebiasaan kita nih begitu seperti saat acara peletakan batu pertama pembangunan Mesjid kampung misalkan, utusan pemda biasanya seminggu sebelumnya sudah turun tuh, dia temui pengurus mesjid, lalu dia bilang, bapak orangnya tidak suka terlambat ya, tamu harus datang setengah jam sebelumnya, nanti latar belakang panggungnya warna kuning ya (disesuain warna partainya misalkan), lalu ini foto bapak kamu scan pajang disana.
Jangan lupa ibu walikota senangnya gulai kepala ikan kakap, itu menu harus ada ya, dan sejumlah permintaan bla bla bla lainnya yang harus dipenuhi panitia hanya untuk peletakan batu pertama mesjid, yang ntah jadi atau tidak dibangunnya kita tidak tahu hehe. Kalau kata Bu Susi yang demikian "Tenggelamkan!" saja. Hari gini masih minta dilayani.
Nah, ketika kita mendapati pejabat yang merakyat, apa adanya seperti Bu Susi, kita pun kaget, masak iya sih. Ya iya lah, emang menteri perempuan gak boleh pendidikan rendah, lihat lah Bu Susi pun menunjukkan semangat bersekolahnya dengan ikut ujian paket C untuk tingkatan SMA. Masbuloh, masalah buat lo kata anak gaul sekarang, ini bukan dunia terbalik, ini realita.
Anda harus meniru semangatnya, menjadikannya inspirasi dalam hidup Anda. Nasib di tangan Tuhan, bahwa tugas kita adalah berikhtiar. Jangan pesimis, minder dan memandang rendah seseorang. Semua bisa terjadi, dan Bu Susi adalah contohnya. Semoga ibu bisa melanjutkan kemajuan laut dan perikanan negeri ini. Kalau pun tidak menjabat lagi, paling tidak Ibu telah memberi warna baru bagi prilaku pejabat negeri ini
Kagum saya buat ibu
Bravo Bu Susi