Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memuji, Mengapresiasi itu Gampang Kok

3 Maret 2018   12:06 Diperbarui: 3 Maret 2018   12:12 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Puja puji sering kita dengar dari mulut seorang lelaki pada wanita pujaan hatinya. "Kamu cantik sekali hari ini lebih dari biasanya", "Kamu manis deh pake kerudung itu, aku tambah cinta", " Sehari gak denger suaramu yang manja itu, gelisah hati ini dik", itu mah gombal hehe

Paling tidak ungkapan perasaan itu benar-benar disampaikan dari hati seorang pria pada kekasihnya.

Atau ungkapan-ungkapan pujian itu sering terlontar dari orang tua kepada prestasi anaknya, kakek kepada cucunya atau guru kepada muridnya. Lebih dari itu kita jarang sekali memuji, kita hampir tidak pernah mengapresiasi hasil karya orang lain, berat rasanya untuk mengatakan, keren ya, kamu hebat, buset bagus banget kerjaanmu, terima kasih ya atas tulisannya. 

Jarang, bahkan mengomentari tulisan, naskah, artikel orang lain tidak pernah apalagi memberikan standing applause atau berdiri sambil bertepuk tangan seperti yang dilakukan orang asing mungkin berat rasanya. Kenapa bisa begitu? Karena memang tidak biasa, tidak pernah dan tidak mau menghargai prestasi, hasil karya orang lain. Kita lebih gampang mencari kelemahannya, kekuranganya, keburukannya. Padahal kita sendiri tidak terima juga dikritik hehe.

Buka Diri, Lepaskan Emosi

Ketika kita meluapkan emosi, perasaan senang di hati kita kepada orang lain maka semesta akan menangkapnya dan segala kebahagiaan, keceriaan, kesenangan akan terpancar kepada diri orang lain dan juga diri kita sendiri. Yang kita beri apresiasi, kita kasi selamat merasa dihargai dan dia akan berterima kasih pada orang yang memberi pujian. 

Pujian yang tulus yang keluar dari hati paling dalam, spontan, tidak dibuat-buat, tidak jaim, itu akan melepaskan energi positif, kebaikan yang sangat besar kepada alam semesta yang ditangkap alam semesta dan dikembalikan, disampaikan kembali kepada yang menyampaikan pujian.

Jika dihubungkan dengan agama nilainya akan lebih makjleb lagi. Ungkapan disampaikan dengan pujian kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang meridoi hal tersebut, misal Subhanallah, keren sekali, Puji Tuhan, ganteng sekali kamu Mas. Itu jauh lebih besar lagi energi positifnya. Dan akan menimbulkan beragam kebaikan. 

Jika puji-pujian disampaikan setiap saat, saling memuji, di rumah, bertetangga, di kantor, di sekolah, di kampus, maka perasaan menghargai dan dihargai semakin tinggi, rasa dengki berkurang dan lama kelamaan hilang. Dorongan untuk membuat yang lebih baik lagi, cantik dan indah lagi, yang keren lagi itu semakin terpacu. Pujian menjadi trigger pencapaian yang lebih baik lagi.

Jika perasaan itu lepas, tidak terkungkung, sesuatu menjadi ringan. Untuk mengucapkan terima kasih tidak berat. Atasan dengan enteng akan mengucapkan terima kasih jika bawahannya telah menyiapkan kerjaannya. Ayah akan memberikan kado kecil buat Mama yang telah membantu terselenggaranya acara pengajian Bapak-bapak di rumah. 

Kakak akan membelikan adiknya es krim karena membantunya menyiapkan kerajinan tangan. Mahasiswa akan mentraktir bakso untuk temannya yang membantu menyusun skripsinya. Itu semua dilakukan dengan sukarela dan suka cita. Semua bahagia. Saling memuji dan menghargai. Tidak berat hati. Plong.

Sederhana, Jika Mau

Jika kita tahu faedah atau manfaat dari memuji atau mengapresiasi, sesungguhnya maka hal tersebut mengalir dengan sendirinya tanpa keterpaksaan. Tanpa diikuti dengan mimik muka mencibir, merendahkan. Biasa saja. Tidak berat hati. Pujian itu lepas begitu saja.

Namun karena kebiasaan yang jarang itu tadi, memang dibutuhkan latihan. Tidak masalah. Orang yang tidak pernah senyum saja perlu latihan agar ia bisa menarik otot-otot pipinya untuk tersenyum. Wajah menjadi tidak kaku dan bisa kerutan. Sederhana memang, tapi untuk orang tertentu perlu latihan.

Karena sulitnya bagi kita saat ini untuk memuji orang lain, ketika pujian disampaikan seseorang, muncul perasaan negatif lain, ah kamu berlebihan, boongan ya, halah paling di depan doang di belakang dia mah menjelek-jelekkan. Nah.. Begitu lah kita karena tidak biasa. Coba biasakan dari sekarang untuk memuji. Ketika dibantah dengan perkataan, "halah.. " Langsung kuatkan dengan ungkapan "beneran, kamu hebat, kamu cantik, keren lukisannya, bagus permainanmu". Tidak masalah untuk latihan memuji atau mengapresiasi. Karena semuanya nanti akan terbiasa.

Ingat, semesta mendengarkan, alam menangkap apa yang kita sampaikan. Bunga-bunga akan semakin indah ketika kita rawat dengan pujian. Pohon-pohon akan berbuah lebat saat kita siram ditambah dengan pujian baginya. Mungkin sebagian menganggapnya gila, tidak wajar dan tidak waras. Namun lambat laun ketika anda melakukannya, anda akan merasakan manfaatnya.

Tentu tidak semua hasil karya sesorang itu maksimal, ada kelemahan disana sini. Anda pun sadar hal demikian. Namun ketika hasil kerja orang lain tidak diapresiasi, dibanding-bandingkan dengan yang lain yang lebih baik dengan tujuan untuk merendahkan, sesungguhnya yang buruk itu adalah diri kita yang tidak bisa menerima pencapaian orang lain. 

Mereka yang berbuat tetap saja melakukan yang terbaik dan terus memperbaikinya hingga lebih baik. Pujian akan berdatangan terus dan terus dari yang lain. Sementara kita tetap saja dengan kedengkian kita, tertutupnya mata hati kita untuk menerima hasil karya orang lain. Yang buruk kita, yang hebat mereka. Maka agar semua sama-sama hebat, baik, keren, mulailah memuji, mengapresiasi apa yang telah dilakukan orang lain baik untuk kita maupun untuk yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun