Kemenangan disini merupakan kemenangan yang terjadi secara kebetulan. Kebetulan Anda yang bisa mengaji di kampung Anda, kebetulan si fulan yang ahli pesawat di negara tersebut, kebetulan Anda yang ahli membudidayakan udang sehingga orang-orang seperti ini merupakan pemenang yang sangat beruntung dengan keahliannya.
Menang dalam kompetisi
Kemenangan disini benar-benar ditentukan oleh sebuah kompetisi yang diikuti banyak peserta secara fair, mengikuti aturan yangbtelah ditentukan dan dinilai oleh juri yang kompeten.
Dalam konteks puasa Ramadhan jika kita merupakan The Champion, Sang Pemenang dalam melawan hawa nafsu. Apakah kita benar sebagai pemenang sejati? Apakah kita memang telah bertanding dalam sebuah kompetisi? Apakah kompetitor kita benar-benar bersaing? Apakah kita wajar disebut Sang Pemenang?
Pertanyaan-pertanyaan ini sangat lazim muncul di zaman-zaman sekarang ini. Kompetisi yang digelar Alloh swt Sang pemilik Alam Semesta ini, diikuti dengan ogah-ogahan oleh manusia sebagai makhluknya. Dengan beragam alasan manusia-manusia saat ini tanpa merasa berdosa, makan dan minum saja di siang hari. Tanpa rasa bertanggung jawab nongkrong di kafe sepulang kerja dan tidak melakukan sholat fardhu isya dan taraweh. Dengan alasan ibadah sunnah taraweh dan tadarus ditinggalkan. Dengan alasan tradisi, setiap hari melajukan buka bersama hingga berjam-jam dengan meninggalkan kewajiban sholat fardhu maghrib dan isya dan sholat sunnah taraweh.Â
Aktivitas-aktivitas kita yang muslim antara 11 bulan biasa dan 1 bulan kompetisi itu tiada beda. Kerja ya lembur, Makan ya biasa, Kongkow ya harian, melakukan maksiat, sharing fitnah, mengkonsumsi narkoba semua berjalan normal tanpa beda.
Beda halnya dengan audisi yang diselenggarakan televisi, pesertanya antre, mengular, dengan segenap upaya mereka bersungguh-sungguh mengikuti kompetisi tersebut dan sangat berharap menjadi PemenangÂ
Menyikapi kondisi akhir zaman tersebut, seyogyanya lah kita yang ingin mencapai tingkat ketaqwaan kita kepada Alloh swt benar-benar melaksanakan aturan yang telah ditetapkan, menahan segala nafsu pribadi, menjadikan ramadhan ini tetap lah sebuah kompetisi melawan segala yang dilarang sehingga kita pantas menjadi Pemenang di Hari Kemenangan dan tetap menyandang status Pemenang itu dengan tetap istiqomah menjaga prilaku kita seperti di bulan Ramadhan tersebut tanpa menguranginya.
Akhirul kalam,
Taqobbalallohu Minna Wa Minkum
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H