Awal Juni 2016 kemarin, saya membaca sebuah artikel dengan judul "Selamat tinggal El Nino, Selamat datang La Nina" yang menyatakan bahwa musim panas atau kering telah berlalu dan musim dingin atau basah akan datang. Banyak wilayah di belahan dunia ini akan dilanda cuaca yang lebih dingin dengan curah hujan yang lebih besar. Beberapa negara telah diterjang banjir bandang seperti Jerman, Perancis, Cina dan negeri kita, Indonesia di musim La Nina ini. Sebelumnya kemarin kita telah mendengar berita-berita cuaca panas yang sangat ekstrim di musim El Nino. Kebakaran hebat yang melanda hutan-hutan Australia dan Kanada. Kini kita dihadapkan pada bencana lain yaitu Banjir dan Longsor.
Beberapa wilayah di negeri ini telah mengalami banjir rob, banjir yang disebabkan naiknya air laut, seperti Jakarta, Demak dan Semarang. Tinggi dan lamanya curah hujan telah menyababkan banjir di Padang dan Solo. Curah hujan yang tinggi akan melanda negeri ini, ke depan kita pasti akan disuguhi berita-berita banjir dan longsor. Pertanyaannya seberapa siapkah kita, masyarakat dan pemerintah, menghadapi musim ini. Seberapa kuatkah tanggul-tanggul kita, seberapa lancarkah sistem drainase kita.
Kekuatan tanggul sangatlah tergantung dari usia, struktur tanah dan arus banjir. Di negara mana pun, tanggul jebol tetap menjadi masalah dan sering dialami. Tetapi yang menjadi masalah adalah seberapa baik maintenance atau perawatan dan kecepatan dalam perbaikan tanggul yang jebol, sehingga bencana banjirnya cepat teratasi.
Jika bicara drainase, mungkin kita tidak perlu bicara negara lain. Curah hujan yang tinggi dan waktu yang lama pasti menyebabkan banjir, tetapi di negara yang sistem pembuangan air atau drainasenya baik, hujan berhenti, banjir pun lenyap. Sebaliknya apa yang terjadi di negeri ini ?
Beberapa tahun yang lalu, saat melihat banjir yang melanda Jakarta, saya berpikir, masalah banjir ini pasti akan melanda seluruh kota-kota di negeri ini bahkan di desa-desa karena semua kota dan desa di negeri ini punya masalah yang sama yaitu DRAINASE.
Ternyata benar dugaan saya, tidak butuh waktu lama, hampir semua kota jika turun hujan dalam jangka waktu 1-2 jam atau 1 jam dengan curah hujan tinggi, pastilah akan banjir. Saluran pembuangan air kita, parit-parit, got, selokan, sungai semua mengalami pendangkalan, berisi tanah dan sampah. Lagi-lagi semua terjadi karena prilaku masyarakat kita sendiri, baik kaya maupun miskin, berpendidikan atau tidak, semua berperan dalam buruknya drainase kita.
Masyarakat miskin dan berpendidikan rendah punya prilaku membuang sampah ke selokan dan sembarangan. Gak jauh beda dengan masyarakat kaya dan berpendidikannya yang membangun rumah, toko, ruko, kantor menutup trotoar dengan penutup permanen dan mengalirkan dan membiarkan bekas semen, kerikil dan pasirnya terbuang ke selokan, mengendap, dan mendangkalkan selokan. Semua berakibat pendangkalan dan mampetnya saluran pembuangan kita.
Belum lagi tata kota yang tidak jelas. Beberapa kota di negeri ini punya gorong-gorong besar yang dibangun zaman Belanda yang semua berakhir di laut, bahkan jeep pun bisa masuk untuk inspeksi. Tetapi apa yang terjadi? Gorong-gorong ditutup, peta dasarnya dimana, letaknya dimana, nyambung kemana pun mungkin pemda setempat gak tau posisinya. Sungguh sangat disayangkan. Belum lagi kasus pembuangan kulit kabel di Jakarta beberapa waktu lalu. Tidak habis pikir kita bagaimana ada orang-orang tertentu yang jahat yang dengan sengaja melakukannya. Itulah yang terjadi di negeri ini, seperti yang dikisahkan dalam Al Quran "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92).
Kegiatan gotong royong di masyarakat kita sudah punah jadi cerita masa lalu. Masyarakat kita kini menuju masyarakat berbayar, apa-apa tinggal bayar saja. Sayangnya pemerintah setempat tidak peka dengan perubahan ini. Berharap masyarakat ikut gotong royong membersihkan selokan adalah suatu hal yang mustahil. Mungkin di beberapa tempat kekerabatan masih kuat, tapi tidaklah cukup untuk membersihkan drainase satu kota dan mengubah prilaku mereka buang sampah ke selokan.
Membersihkan drainase itu bukan dengan ucapan pak, bu. Berharap drainase lancar itu bukan dengan wacana pak, bu. Membersihkan drainase itu dengan mengerahkan beko, truk, karung-karung, pekerja-pekerja dan tempat pembuangan akhir sampah dari selokan.
Semoga drainase kita bersih dan kita terhindar dari banjir parah, Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H