Seolah seperti sebuah sinetron, atau film franchise, tragedi demi tragedi yang terjadi di negeri ini akhir-akhir ini kejadiannya beruntun. Tragedi yang satu terjadi di satu tempat eh gak perlu nunggu waktu lama tragedi berikutnya terjadi di tempat lain. Anehnya, tragedi yang satu berhenti di saat tragedi lain muncul dan berantai pula. Yah, semua mungkin kebetulan belaka. Dan semua terjadi juga karena adanya media komunikasi tanpa batas. Bisa jadi dulu pun kejadian demi kejadian beruntun sering terjadi cuma karena pemberitaan melalui koran, televisi dan radio tidak segencar saat ini dengan adanya internet. Dalam hitungan detik, berita di ujung timur Indonesia langsung bisa didengar di ujung barat. Belum lagi media yang menggurita, perusahaan media gak cukup hanya memiliki koran, tetapi ada medsosnya, televisinya, websitenya dan sebagainya.
Kalau kejadiannya baik-baik, yang memberikan gelora, semangat, kehangatan, kewibawaan, saya gak sebut dengan tragedi. Ada juga sih kejadian-kejadian baik yang terjadi seperti masuknya Rio Harianto di seri balapan mobil F1, ekspor kapal perang buatan anak bangsa ke Philipina, yaah masih kalah jauh dengan kejadian-kejadian buruk yang terjadi secara beruntun. Karenanya saya istilahkan dengan Tragedi. Rangkaiannya mirip sehingga saya sebut berantai.
Untuk kasus narkoba tidak usah disebutkan, miris kita melihatnya. Tapi kita tidak bisa berbuat apa untuk mengubahnya. Berita penangkapan artis contohnya, yah mungkin sudah dijadikan target sama BNN. Sehingga setelah artis yang satu tertangkap, gak berapa lama artis kedua, ketiga juga tertangkap. Begitu juga pelawak, penyanyi yang menggunakan narkoba. Beritanya pun cukup bombastis, ditangkap saat pesta narkoba. Miris mendengarnya.
Beralih kita ke kasus prostitusi artis. Begitu artis yang satu tertangkap, tidak perlu waktu lama, kita pun akan terkaget-kaget, muncul puluhan nama yang disebut tersangkut dalam kasus yang sama. Belum lagi yang sangat menghebohkan adalah kasus LGBT, mungkin kasus ini 2 tahun belakangan ini yang cukup mengagetkan masyarakat. Mungkin selama ini sudah banyak yang gerah, cuman belum pernah kesandung para artis pelaku homoseksual ini sampai akhirnya ada pengaduan dari korban pelecehan oleh artis berjenis kelamin sama
Banyak lagi kasus yang mencuat berbarengan dalam periode waktu tertentu, sebut saja, mutilasi, pembunuhan dengan perkosaan, pembunuhan anak dengan penyiksaan, daging gelonggong, makanan berformalin, tarif ceramah ustad, perceraian artis senior, Demikian juga dengan bencana alam, seperti alunan orkestra, Tuhan membuat bencana di negeri ini seperti sebuah simfoni. Meletus gunung di sana, meletus gunung di sini, bergantian. Banjir longsor di sana, banjir longsor di sini. Bahkan munculnya semburan uap panas yang dulunya mungkin gak pernah kita dengar, akhir-akhir ini seperti berlomba muncul di beberapa tempat.
Anehnya, latahnya orang-orang di negeri ini memulihkan nama baik seseorang kejadiannya pun beruntun. Zaskia Gotik yang jelas-jelas menginjak-injak Dasar Negara Indonesia, Pancasila eeh diangkat jadi Duta Pancasila. Pelajar lulusan SMA yang kemarin nunjuk-nunjuk Polwan yang memberhentikan mereka yang berkendara melanggar aturan eeh diangkat jadi Duta Anti Narkoba. Bahkan Setya Novanto yang terkena kasus Papa Minta Saham Freeport terpilih sebagai Ketua Umum Golkar, whuarakadah...!!!
Besok lusa, ntah apa lagi tragedi beruntun yang akan kita hadapi
Apa arti ini semua?Â
Yah, kalo urusannya dengan hukum, pastilah penegakan hukum di negeri ini jauh panggang dari api. Mimpi kali ye, pelanggar hukum dihukum seberat-beratnya. Lu ditangkap polisi, lu bayar lu lolos. Polisinya benar, masuk ke pengadilan. Di sidang lu bayar hakim, lu lolos. Kalau Pak Hakimnya bener, masuk deh penjara. Emang di penjara? Ya tinggal bayar sipir, bebas juga ujung-ujungnya. Paling gak kalo lu ada duit, kamar lu lux deh lengkap dengan fasilitas apa yang lu mau hehe
Kalau urusannya dengan alam? Ya kembali juga ke kita toh, manusianya. Seberapa rakus kita. Seberapa gundul hutan-hutan yang kita tebang, seberapa gundul gunung yang kita ambil batu-batuannya, seberapa besar bukit yang kita lubangi untuk menggali tambang. Seberapa banyak sampah kita buang ke gorong-gorong, parit, selokan dan sungai. Hanya itu kan penyebab-penyebab banjir, longsor, tidak ada yang lain.Â
Sampai kapan ini semua berakhir
Sampai banyak prestasi, hasil-hasil positif, pembangunan-pembangunan berhasil, kegiatan-kegiatan yang membangun mengalahkan pemberitaan yang negatif itu. Sampai muak awak media memberitakan, membesar-besarkan berita yang dulunya hanya konsumsi Koran Lampu Merah, Pos Kota, dan tidak mengejar rating lagi dengan mengabaikan moral.
Apa bisa?
Dengan penuh keyakinan pasti bisa. Buktinya koran-koran seperti Lampu Merah itu hilang. Dan sederhananya, sekotor apa pun air di dalam gelas jika disirami terus menerus dengan air bersih, air kotor pun akan hilang berganti menjadi air bersih. Dan kondisi ini akan memutus tragedi beruntun tersebut.
Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H